29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:03 AM WIB

Dewan Marahi Rekanan, PT Undangi Minta Maaf, Sutaya: Ya, Kami Teledor

MANGUPURA – Pasca ambruknya plafon gedung lantai II SMPN 2 Mengwi membuat gerah Komisi IV DPRD Badung.

Selain melakukan inspeksi mendadak (sidak) langsung ke lapangan, Komisi IV juga memanggil rekanan proyek pembangunan sekolah senilai Rp 29 miliar tersebut di gedung dewan kemarin.

Kontan dalam pemanggilan berlangsung panas. Pasalnya para anggota Komisi IV dan juga Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Badung  menyemprot para rekanan dan mempertanyakan kualitas proyek tersebut.

Pemanggilan sendiri dipimpin I Nyoman Gede Wiradana selaku Wakil Ketua I Komisi IV dengan didampingi anggota seperti Ni Luh Gede Rara Hita Sukmadewi, Ni Luh Putu Sekarini, Luh Gede Mediastuti, Nyoman Suwardana dan Ni Ketut Sueni.

Dari Dinas PUPR hadir langsung Kadisnya IB Surya Suamba didampingi Kabid Cipta Karya IGA Arinda Trisnawati, dan Kabid Sarana dan Prasarana Disdikpora Putu Robby Widya Harsana.

Sementara dari PT. Undagi Jaya Mandiri dihadiri langsung oleh bosnya I Wayan Sutaya dengan didampingi satu anak buahnya.

Pihak konsultan perencana dan pengawas juga ikut diseret ke gedung dewan. Dalam pemanggilan tersebut, rekanan penggarap proyek senilai Rp 29 miliar itu langsung kena “semprot” wakil rakyat.

Tak hanya dimarahi oleh dewan, pihak PUPR selaku penanggungjawab juga ikut menjewer rekanan yang sekaligus membangun SMPN 2 Mengwi itu.

Rekanan dan konsultan pengawas selain dianggap tidak beres bekerja, juga memberikan keterangan plintat plintut. Sehingga membuat marah dewan dan pihak PUPR.

Wiradana menegaskan bahwa ambruknya plafon SMPN 2 Mengwi yang baru selesai dibangun dua tahun lalu itu membuktikan bahwa proyek tersebut bermasalah.

Ia minta pihak PUPR, para konsultan dan rekanan bertanggungjawab atas peristiwa tersebut. “Kami miris melihat kejadian ini.

Robohnya plafon SMPN 2 Mengwi menandakan proyek itu bermasalah. Syukur tidak ada korban jiwa,” kata Wiradana.

Pihaknya minta satu persatu pihak yang terlibat dalam proyek itu membeberkan penyebab dan upaya yang telah dilakukan.

Kendati sudah ada perbaikan, namun pihaknya masih ragu gedung tersebut berfungsi layak. “Kami trauma, begitu juga siswa disana trauma.

Tidak ada angin tidak ada hujan plafon tiba-tiba ambruk sampai ke rangkanya. Kok bisa begitu? Ini kan bermasalah,” tegas anggota dewan dua periode itu.

Lebih lanjut, Komisi IV sudah turun ke lokasi dan melihat kualitas proyek tersebut memang tidak bagus. “Kami ingin mengetahui antisipasi. Karena jangan sampai sekarang roboh diperbaiki. Besok ada roboh lagi,” imbuhnya.

Menanggapi hal itu, Kadis PUPR IB Surya Suamba sendiri mengaku ikut was-was dengan kejadian tersebut.

Pihaknya sudah memerintahkan rekanan untuk mengevaluasi kembali bangunan itu secara keseluruhan.

“Komisi IV was-was. Terus terang kami pun sangat was-was. Karena bukan kami sendiri yang pasang,” tegasnya.

PIhaknya telah melakukan kajian. Penyebab ambruknya plafon disebabkan pengikat/ pengait plafon atau holo tidak kuat.

Pihaknya juga sudah mengganti plafon gypsum dengan plafon berbahan kayu semen sehingga lebih kuat. “Jujur disini ada kesalahan SOP. Rangka pengikat tidak sesuai spesifikasi. Itu sudah kami suruh perbaiki,” kata Surya Suamba.

Awal mula munculnya kasus ini karena mandor yang menggarap plafon ini kebetulan tidak becus. Sehingga langsung dipecat.

Sayangnya sebelum dipecat, plafon terlanjur dipasang dan itulah yang ambruk. Total yang ambruk adalah 108 meter persegi.

“Mandor yang pasang kebetulan bermasalah. Dia sudah dipecat. Tapi, terlanjur plafon dipasang dan inilah yang jebol karena kurang gantungan,” paparnya.

Hal senada juga disampaikan konsultan pengawas.  “Dalam perbaikan-perbaikan sudah kita minta dikembalikan sesuai spesifikasi. Dan itu sudah dikerjakan, jadi aman,” katanya.

Kemudian Wayan Sutaya selaku bos PT Undagi Jaya memohon maaf atas kejadian ini. Pihaknya mengaku sudah memperbaiki kerusakan tersebut.

“Iya, saya mengakui keteledoran terhadap mandor ini. Sebelum jalan saya sudah berpikir mati tapi hidup. Karena mandor saya yang dipecat terlanjur itu ditutup (pafon dipasang, red),” ungkapnya.

Nah, giliran anak buahnya memaparkan kronologis kejadian dan penanganan. Pihak dewan langsung mencak-mencak. Pasalnya, pihak rekanan dianggap tidak menyampaikan fakta yang sebenarnya.

“Bapak jangan mengada-ngada. Kalau salah memberi keterangan bisa panjang urusannya. Bisa kami tutut hukum,” ucap Wiradana.

 Hal senada juga disampaikan Surya Suamba. Pihaknya mengingatkan rekanan agar terus terang. “Kami minta jangan  membuat-buat dihadapan anggota dewan. Iya, bisa kami tuntut,” timpal Surya Suamba.

 Wiradana pun langsung minta agar seluruh bangunan SMPN 2 Mengwi dicek ulang. Pihaknya akan turun lagi mengecek kondisi bangunan tersebut. Pasalnya, dari laporan pihak sekolah bangunan banyak yang cacat. Bahkan ada genteng belum terpasang dan ada beberapa plafon yang kembung.

“Kami pokoknya belum percaya. Beri kepercayaan kepada, kami ingin ngecek ulang. Beberapa bagian harus dibuka lagi, biar pasti dan ada jaminan bagi sekolah, ” tukas Wiradana. 

MANGUPURA – Pasca ambruknya plafon gedung lantai II SMPN 2 Mengwi membuat gerah Komisi IV DPRD Badung.

Selain melakukan inspeksi mendadak (sidak) langsung ke lapangan, Komisi IV juga memanggil rekanan proyek pembangunan sekolah senilai Rp 29 miliar tersebut di gedung dewan kemarin.

Kontan dalam pemanggilan berlangsung panas. Pasalnya para anggota Komisi IV dan juga Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Badung  menyemprot para rekanan dan mempertanyakan kualitas proyek tersebut.

Pemanggilan sendiri dipimpin I Nyoman Gede Wiradana selaku Wakil Ketua I Komisi IV dengan didampingi anggota seperti Ni Luh Gede Rara Hita Sukmadewi, Ni Luh Putu Sekarini, Luh Gede Mediastuti, Nyoman Suwardana dan Ni Ketut Sueni.

Dari Dinas PUPR hadir langsung Kadisnya IB Surya Suamba didampingi Kabid Cipta Karya IGA Arinda Trisnawati, dan Kabid Sarana dan Prasarana Disdikpora Putu Robby Widya Harsana.

Sementara dari PT. Undagi Jaya Mandiri dihadiri langsung oleh bosnya I Wayan Sutaya dengan didampingi satu anak buahnya.

Pihak konsultan perencana dan pengawas juga ikut diseret ke gedung dewan. Dalam pemanggilan tersebut, rekanan penggarap proyek senilai Rp 29 miliar itu langsung kena “semprot” wakil rakyat.

Tak hanya dimarahi oleh dewan, pihak PUPR selaku penanggungjawab juga ikut menjewer rekanan yang sekaligus membangun SMPN 2 Mengwi itu.

Rekanan dan konsultan pengawas selain dianggap tidak beres bekerja, juga memberikan keterangan plintat plintut. Sehingga membuat marah dewan dan pihak PUPR.

Wiradana menegaskan bahwa ambruknya plafon SMPN 2 Mengwi yang baru selesai dibangun dua tahun lalu itu membuktikan bahwa proyek tersebut bermasalah.

Ia minta pihak PUPR, para konsultan dan rekanan bertanggungjawab atas peristiwa tersebut. “Kami miris melihat kejadian ini.

Robohnya plafon SMPN 2 Mengwi menandakan proyek itu bermasalah. Syukur tidak ada korban jiwa,” kata Wiradana.

Pihaknya minta satu persatu pihak yang terlibat dalam proyek itu membeberkan penyebab dan upaya yang telah dilakukan.

Kendati sudah ada perbaikan, namun pihaknya masih ragu gedung tersebut berfungsi layak. “Kami trauma, begitu juga siswa disana trauma.

Tidak ada angin tidak ada hujan plafon tiba-tiba ambruk sampai ke rangkanya. Kok bisa begitu? Ini kan bermasalah,” tegas anggota dewan dua periode itu.

Lebih lanjut, Komisi IV sudah turun ke lokasi dan melihat kualitas proyek tersebut memang tidak bagus. “Kami ingin mengetahui antisipasi. Karena jangan sampai sekarang roboh diperbaiki. Besok ada roboh lagi,” imbuhnya.

Menanggapi hal itu, Kadis PUPR IB Surya Suamba sendiri mengaku ikut was-was dengan kejadian tersebut.

Pihaknya sudah memerintahkan rekanan untuk mengevaluasi kembali bangunan itu secara keseluruhan.

“Komisi IV was-was. Terus terang kami pun sangat was-was. Karena bukan kami sendiri yang pasang,” tegasnya.

PIhaknya telah melakukan kajian. Penyebab ambruknya plafon disebabkan pengikat/ pengait plafon atau holo tidak kuat.

Pihaknya juga sudah mengganti plafon gypsum dengan plafon berbahan kayu semen sehingga lebih kuat. “Jujur disini ada kesalahan SOP. Rangka pengikat tidak sesuai spesifikasi. Itu sudah kami suruh perbaiki,” kata Surya Suamba.

Awal mula munculnya kasus ini karena mandor yang menggarap plafon ini kebetulan tidak becus. Sehingga langsung dipecat.

Sayangnya sebelum dipecat, plafon terlanjur dipasang dan itulah yang ambruk. Total yang ambruk adalah 108 meter persegi.

“Mandor yang pasang kebetulan bermasalah. Dia sudah dipecat. Tapi, terlanjur plafon dipasang dan inilah yang jebol karena kurang gantungan,” paparnya.

Hal senada juga disampaikan konsultan pengawas.  “Dalam perbaikan-perbaikan sudah kita minta dikembalikan sesuai spesifikasi. Dan itu sudah dikerjakan, jadi aman,” katanya.

Kemudian Wayan Sutaya selaku bos PT Undagi Jaya memohon maaf atas kejadian ini. Pihaknya mengaku sudah memperbaiki kerusakan tersebut.

“Iya, saya mengakui keteledoran terhadap mandor ini. Sebelum jalan saya sudah berpikir mati tapi hidup. Karena mandor saya yang dipecat terlanjur itu ditutup (pafon dipasang, red),” ungkapnya.

Nah, giliran anak buahnya memaparkan kronologis kejadian dan penanganan. Pihak dewan langsung mencak-mencak. Pasalnya, pihak rekanan dianggap tidak menyampaikan fakta yang sebenarnya.

“Bapak jangan mengada-ngada. Kalau salah memberi keterangan bisa panjang urusannya. Bisa kami tutut hukum,” ucap Wiradana.

 Hal senada juga disampaikan Surya Suamba. Pihaknya mengingatkan rekanan agar terus terang. “Kami minta jangan  membuat-buat dihadapan anggota dewan. Iya, bisa kami tuntut,” timpal Surya Suamba.

 Wiradana pun langsung minta agar seluruh bangunan SMPN 2 Mengwi dicek ulang. Pihaknya akan turun lagi mengecek kondisi bangunan tersebut. Pasalnya, dari laporan pihak sekolah bangunan banyak yang cacat. Bahkan ada genteng belum terpasang dan ada beberapa plafon yang kembung.

“Kami pokoknya belum percaya. Beri kepercayaan kepada, kami ingin ngecek ulang. Beberapa bagian harus dibuka lagi, biar pasti dan ada jaminan bagi sekolah, ” tukas Wiradana. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/