27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 6:35 AM WIB

Lawan Travel Warning Australia, Kadiskes Klaim Bali Bebas JE

DENPASAR – Indonesia kini dihebohkan berita pemerintah Australia yang menerbitkan travel warning bagi warganya yang ingin bepergian ke Indonesia, khususnya ke Bali.

Dibilang ada wabah atau penyebaran virus Japanese Encephalitis (JE) di Indonesia, termasuk di Bali. 

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Ketut Suarjaya pun langsung mereaksi kabar tersebut dengan  mengeluarkan surat pernyataan bahwa tidak benar terjadi wabah atau kejadian luar biasa di wilayah Provinsi Bali tahun ini.

Suarjaya mengaku sudah menonton dan membaca berita di sosial media. Menurutnya, di Bali sudah gencar dilakukan vaksinasi JE sejak 1 April.

Menurutnya, memang ada satu kasus pada Januari dan itu sudah sampai negatif. Lanjutnya, penelitian terkait kasus itu pernah dilakukan tahun 1992.

“Berita itu saya baca juga, videonya juga saya lihat. Tadi juga sudah saya buatkan surat pernyataan. JE ini beberapa tahun memang ada di beberapa provinsi di Indonesia, termasuk Bali.

Memang di Bali sendiri juga ada beberapa kasus dan sudah diteliti. Penelitiannya sudah sejak 1992,” katanya.

Surat pernyataan yang dibuat Kadiskes Bali berisi empat poin bantahan, yakni tidak benar terjadi outbreak atau wabah atau kejadian luar biasa (KLB) di wilayah Provinsi Bali tahun 2018.

Di Bali pada tahun 2018 ditemukan 1 kasus pada bulan Januari dengan hasil negatif tanpa kematian, pada tanggal 1 April – 30 April 2018

telah dilakukan vaksinasi JE pada anak-anak umur 9 bulan – 15 tahun dengan capaian 101,78 persen dari target.

Terakhir, upaya pencegahan terus dilakukan dengan melakukan vaksinasi rutin, pemberantasan sarang nyamuk, dan peningkatan kebersihan lingkungan.

 “Jadi tidak ada outbreak (OB) di Bali. Di Australia diberitakan ada OB di Bali. Jadi kami klarifikasi tidak ada OB di Bali tahun 2018, bahkan hanya satu kasus, itupun di bulan Januari. Hasilnya 100 persen negatif,” jelasnya.

Dia juga mengklarifikasi bahwa tidak ada kasus baru.  “Di sini tidak ada kasus. Kami menunggu informasi resmi dari Kemenkes. Dan, kami sudah buat pernyataan,” sambungnya. 

DENPASAR – Indonesia kini dihebohkan berita pemerintah Australia yang menerbitkan travel warning bagi warganya yang ingin bepergian ke Indonesia, khususnya ke Bali.

Dibilang ada wabah atau penyebaran virus Japanese Encephalitis (JE) di Indonesia, termasuk di Bali. 

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Ketut Suarjaya pun langsung mereaksi kabar tersebut dengan  mengeluarkan surat pernyataan bahwa tidak benar terjadi wabah atau kejadian luar biasa di wilayah Provinsi Bali tahun ini.

Suarjaya mengaku sudah menonton dan membaca berita di sosial media. Menurutnya, di Bali sudah gencar dilakukan vaksinasi JE sejak 1 April.

Menurutnya, memang ada satu kasus pada Januari dan itu sudah sampai negatif. Lanjutnya, penelitian terkait kasus itu pernah dilakukan tahun 1992.

“Berita itu saya baca juga, videonya juga saya lihat. Tadi juga sudah saya buatkan surat pernyataan. JE ini beberapa tahun memang ada di beberapa provinsi di Indonesia, termasuk Bali.

Memang di Bali sendiri juga ada beberapa kasus dan sudah diteliti. Penelitiannya sudah sejak 1992,” katanya.

Surat pernyataan yang dibuat Kadiskes Bali berisi empat poin bantahan, yakni tidak benar terjadi outbreak atau wabah atau kejadian luar biasa (KLB) di wilayah Provinsi Bali tahun 2018.

Di Bali pada tahun 2018 ditemukan 1 kasus pada bulan Januari dengan hasil negatif tanpa kematian, pada tanggal 1 April – 30 April 2018

telah dilakukan vaksinasi JE pada anak-anak umur 9 bulan – 15 tahun dengan capaian 101,78 persen dari target.

Terakhir, upaya pencegahan terus dilakukan dengan melakukan vaksinasi rutin, pemberantasan sarang nyamuk, dan peningkatan kebersihan lingkungan.

 “Jadi tidak ada outbreak (OB) di Bali. Di Australia diberitakan ada OB di Bali. Jadi kami klarifikasi tidak ada OB di Bali tahun 2018, bahkan hanya satu kasus, itupun di bulan Januari. Hasilnya 100 persen negatif,” jelasnya.

Dia juga mengklarifikasi bahwa tidak ada kasus baru.  “Di sini tidak ada kasus. Kami menunggu informasi resmi dari Kemenkes. Dan, kami sudah buat pernyataan,” sambungnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/