DENPASAR – Hari-hari terakhir matahari terasa begitu terik. Bahkan, matahari bisa dinikmati begitu lama di Bali saat ini.
Sinar matahari mulai pukul 06.20 dan baru terbenam pukul 18.30 wita. Ternyata fenomena ini memang lazim terjadi setiap tahun bersamaan dengan datangnya musim hujan.
Dalam ilmu astronomi fenomena ini lazim disebut pergerakan semu matahari. Indonesia sendiri terletak di antara 6° Lintang Utara (LU) hingga 11° Lintang Selatan (LS).
Dengan posisi tersebut, Indonesia masuk Negara tropis dengan dua musim yang dimiliki yaitu musim hujan dan musim kemarau yang bergantian setiap 6 bulan sekali.
Lantas, apa yang dimaksud dengan pergerakan semu matahari? Dikutip dari berbagai literatur ilmu astronomi, gerak semu matahari ialah peredaran matahari dari garis khatulistiwa
menuju ke garis lintang balik utara 23,5° LU, kembali lagi ke khatulistiwa dan bergerak menuju ke garis Lintang balik selatan 23,5° LS dan akhirnya kembali lagi ke garis khatulistiwa.
Karena peredaran matahari tersebut, mempengaruhi letak tempat terbit dan terbenamnya matahari yang setiap harinya tidak sama atau tidak menetap.
Sebab, setiap hari akan terjadi pergeseran dari letak terbit dan terbenamnya matahari jika dibandingkan dengan letak terbit atau terbenamnya matahari di hari kemarin.
Gerak semu matahari terjadi karena suatu proses revolusi atau perputaran bumi mengelilingi matahari, sehingga dapat dikatakan jika yang berubah merupakan posisi bumi terhadap matahari.
Akibat dari proses revolusi tersebut, menghasilkan pergeseran semu letak terbit atau terbenamnya matahari setiap harinya.
Karena adanya pergerakan ini, menyebabkan adanya perbedaan panas matahari yang didapatkan permukaan bumi dan mengakibatkan Negara kita Indonesia memiliki dua musim yaitu hujan dan kemarau.
Selain itu, akibat lain adanya gerak semu matahari ialah terjadinya perubahan gerak angin yang kita kenal sebagai angin muson.
Wilayah-wilayah bumi yang berada di lintang yang lebih tinggi, akan lebih sedikit mendapatkan sinar matahari jika dibandingkan dengan wilayah bumi yang berada di lintang yang lebih rendah.
Berdasar data BMKG Denpasar pukul 08.00 Wita, suhu udara di permukaan Pulau Dewata saat ini mencapai 26 derajat celcius.
Puncak suhu udara saat fenomena berlangsung diperkirakan hingga 35 derajat. Dengan suhu sebesar itu, suasananya cukup gerah. Apalagi, kelembapannya mencapai 87 persen dengan kecepatan angin hanya berkisar 3 knot/jam.