26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 3:36 AM WIB

Bupati Giri Prasta Apresiasi Seniman yang Produktif di Masa Pandemi

MANGUPURA – Sebagai wujud apresiasi dan dukungan Pemkab Badung pada kreativitas sineas muda bali dalam memproduksi film lokal berkualitas

yang sarat akan nilai pendidikan budaya kesetaraan dan kemanusiaan, Bupati Badung Nyoman Giri Prasta didampingi Wabup Ketut Suiasa dan Sekda Wayan Adi Arnawa

menghadiri acara pemutaran film Lampah Solah produksi Sanggar Seni Pancer Langit dan film Dua Sisi produksi Haibanana Film di Balai Budaya Giri Nata Mandala Puspem Badung, Sabtu kemarin (12/6).

Pada kesempatan itu Bupati Giri Prasta secara pribadi memberikan dana motivasi sebesar Rp 10 juta kepada masing-masing rumah produksi.

“Ini wujud apresiasi luar biasa kami kepada para seniman yang tetap produktif di tengah pandemi, ini cara kami untuk memberikan fasilitas kepada anak-anak kami,

adik-adik kami maupun kepada tokoh-tokoh seniman yang ada di Badung dan dimanpun berada untuk mengakselerasikan dan mengaktualisasikan diri terhadap hasil karya seninya,” ujar Bupati Giri Prasta.

Melalui pemutaran 2 film pendek yang memuat tentang realita kehidupan masyarakat sehari-hari ini, menurut Giri Prasta ada banyak pelajaran yang bisa dipetik.

Contoh, film Lampah Solah mengajarkan untuk menjadi orang yang kekinian dan maju itu penting tapi jangan sampai menggerus seni tradisi adat dan budaya yang diwarisi.

Sementara itu film Dua Sisi mengingatkan semuanya untuk jangan menilai orang dari casingnya saja tapi dari tingkah laku dan perbuatannya.

“Ini menjadi penting sekali, untuk itu kedepannya kita akan memasukkan video kedalam kurikulum edukasi di sekolah,

karena dari sebuah film pendek kita mendapatkan banyak pembelajaran. Dan ini sejalan dengan konsep Badung yaitu ngewaliang wed unteng Bali,” ucapnya.

Lebih lanjut Giri Prasta menyebutkan bahwa Balai Budaya Giri Nata Mandala merupakan sebuah infrastruktur bagi para seniman dan pelaku industri kreatif untuk berkarya dan berkreasi mengaktualisasikan ide-ide kreatifnya.

Kedepannya balai budaya juga akan dimanfaatkan sebagai tempat exhibition seperti pagelaran seni, pameran UMKM, konser musik maupun menjadi tempat pelaksanaan event bertaraf nasional dan internasional.

“Disamping itu kita juga koneksikan balai budaya menjadi Cineplexnya Badung, yang ada tempat santainya ada tempat kulinernya, ada tempat bermain anaknya sehingga

ini akan menjadi pusat kegiatan masyarakat yang hidup setiap hari,” terangnya seraya menyebut pihaknya komitmen untuk

melakukan kebijakan gas dan rem, gas pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan rem penyebaran pandemi ditengah masyarakat.

Sementara Anak Agung Gede Agung Rahma Putra, pendiri Yayasan Pancer Langit sekaligus penanggung jawab film yang didampingi sutradara film Anak Agung Mas Sudarningsih,

menyampaikan film ‘Lampah Solah’ menceritakan tentang proses perjalanan seseorang menjadi seorang penari.

“Film ini kami persembahkan kepada para penari dalam memperingati Hari Tari Sedunia yang diperingati setiap tanggal 29 April,” ujar Anak Agung Gede Agung Rahma Putra.

Sedangkan Puja Astawa didampingi penulis buku sekaligus pemeran utama dalam film Dua Sisi, Dewi Pradewi menjelaskan, film ini berkisah tentang stigma masyarakat terhadap perempuan bertato.

Dimana Selama ini masih ada anggapan jika perempuan bertato adalah perempuan yang tidak baik. Dengan dirilisnya film ini, pihaknya berharap agar masyarakat dapat diterima dengan baik dan memiliki pola pikir baru terhadap tato.

“Tato adalah salah satu bentuk karya seni. Akan tetapi stigma negative terhadap orang bertato masih sangat melekat di masyarakat.

Melalui film yang berjudul Dua Sisi, Dewi Pradewi ingin menunjukkan bahwa setiap perempuan punya cara berbeda untuk tampil cantik,” ungkapnya. (rba)

 

MANGUPURA – Sebagai wujud apresiasi dan dukungan Pemkab Badung pada kreativitas sineas muda bali dalam memproduksi film lokal berkualitas

yang sarat akan nilai pendidikan budaya kesetaraan dan kemanusiaan, Bupati Badung Nyoman Giri Prasta didampingi Wabup Ketut Suiasa dan Sekda Wayan Adi Arnawa

menghadiri acara pemutaran film Lampah Solah produksi Sanggar Seni Pancer Langit dan film Dua Sisi produksi Haibanana Film di Balai Budaya Giri Nata Mandala Puspem Badung, Sabtu kemarin (12/6).

Pada kesempatan itu Bupati Giri Prasta secara pribadi memberikan dana motivasi sebesar Rp 10 juta kepada masing-masing rumah produksi.

“Ini wujud apresiasi luar biasa kami kepada para seniman yang tetap produktif di tengah pandemi, ini cara kami untuk memberikan fasilitas kepada anak-anak kami,

adik-adik kami maupun kepada tokoh-tokoh seniman yang ada di Badung dan dimanpun berada untuk mengakselerasikan dan mengaktualisasikan diri terhadap hasil karya seninya,” ujar Bupati Giri Prasta.

Melalui pemutaran 2 film pendek yang memuat tentang realita kehidupan masyarakat sehari-hari ini, menurut Giri Prasta ada banyak pelajaran yang bisa dipetik.

Contoh, film Lampah Solah mengajarkan untuk menjadi orang yang kekinian dan maju itu penting tapi jangan sampai menggerus seni tradisi adat dan budaya yang diwarisi.

Sementara itu film Dua Sisi mengingatkan semuanya untuk jangan menilai orang dari casingnya saja tapi dari tingkah laku dan perbuatannya.

“Ini menjadi penting sekali, untuk itu kedepannya kita akan memasukkan video kedalam kurikulum edukasi di sekolah,

karena dari sebuah film pendek kita mendapatkan banyak pembelajaran. Dan ini sejalan dengan konsep Badung yaitu ngewaliang wed unteng Bali,” ucapnya.

Lebih lanjut Giri Prasta menyebutkan bahwa Balai Budaya Giri Nata Mandala merupakan sebuah infrastruktur bagi para seniman dan pelaku industri kreatif untuk berkarya dan berkreasi mengaktualisasikan ide-ide kreatifnya.

Kedepannya balai budaya juga akan dimanfaatkan sebagai tempat exhibition seperti pagelaran seni, pameran UMKM, konser musik maupun menjadi tempat pelaksanaan event bertaraf nasional dan internasional.

“Disamping itu kita juga koneksikan balai budaya menjadi Cineplexnya Badung, yang ada tempat santainya ada tempat kulinernya, ada tempat bermain anaknya sehingga

ini akan menjadi pusat kegiatan masyarakat yang hidup setiap hari,” terangnya seraya menyebut pihaknya komitmen untuk

melakukan kebijakan gas dan rem, gas pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan rem penyebaran pandemi ditengah masyarakat.

Sementara Anak Agung Gede Agung Rahma Putra, pendiri Yayasan Pancer Langit sekaligus penanggung jawab film yang didampingi sutradara film Anak Agung Mas Sudarningsih,

menyampaikan film ‘Lampah Solah’ menceritakan tentang proses perjalanan seseorang menjadi seorang penari.

“Film ini kami persembahkan kepada para penari dalam memperingati Hari Tari Sedunia yang diperingati setiap tanggal 29 April,” ujar Anak Agung Gede Agung Rahma Putra.

Sedangkan Puja Astawa didampingi penulis buku sekaligus pemeran utama dalam film Dua Sisi, Dewi Pradewi menjelaskan, film ini berkisah tentang stigma masyarakat terhadap perempuan bertato.

Dimana Selama ini masih ada anggapan jika perempuan bertato adalah perempuan yang tidak baik. Dengan dirilisnya film ini, pihaknya berharap agar masyarakat dapat diterima dengan baik dan memiliki pola pikir baru terhadap tato.

“Tato adalah salah satu bentuk karya seni. Akan tetapi stigma negative terhadap orang bertato masih sangat melekat di masyarakat.

Melalui film yang berjudul Dua Sisi, Dewi Pradewi ingin menunjukkan bahwa setiap perempuan punya cara berbeda untuk tampil cantik,” ungkapnya. (rba)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/