DENPASAR – Sejumlah pedagang pasar di Pasar Abiantimbul, Desa Pemecutan Kelod menolak untuk mengikuti swab test.
Pasalnya, mereka sebelumnya sudah dilakukan tes swab dan kemarin diminta untuk yang kedua kalinya.
19 pedagang pasar tersebut protes padahal hasil swab pertama yang mereka ikuti hasilnya negatif dan baru keluar tanggal 10 Juli kemarin.
Meski hasilnya negative, mereka diminta untuk kembali melakukan swab test tahap kedua. Alasannya, mereka merasa tidak nyaman saat dilakukan swab lantaran ada alat yang harus dimasukkan ke hidung dan tenggorakan.
Direktur Umum Perumda Pasar Sewakadharma Kota Denpasar, Anak Agung Yuliarta mengatakan, pada tanggal 12 Juli lalu terdapat satu orang pedagang ikan yang tidak berjualan karena sakit Demam Berdarah (DB).
Karena lama tak kunjung sembuh akhirnya dilakukan swab test dan hasilnya positif. Tidak hanya itu, suaminya juga turut dinyatakan positif.
“Karena positif kami melakukan tracing kepada pedagang pada radius 10 meter. Dari hasil tracing tersebut kami temukan 25 orang pedagang yang kontak erat dengan pedagang tersebut,” katanya.
Dijelaskan pada tanggal 3 Juli, para pedagang yang berjumlah 25 orang tersebut menjalani swab test. Dari hasil swab ditemukan 6 orang yang positif.
Pihak pasar kembali melakukan tracking pada pedagang yang berada di radius 10 meter dan ditemukan ada 16 orang pedagang yang seharusnya menjalani swab test.
Akan tetapi pihak Puskesmas yang akan melakukan swab meminta agar pedagang yang sudah dinyatakan negatif sebelumnya sebanyak 19 orang untuk ikut swab kembali.
Alasannya karena 19 orang pedagang ini tak melakukan isolasi mandiri dan tetap berjualan selama hasil swab belum keluar.
“Dari pihak Puskesmas Denpasar Barat II meminta mereka untuk swab lagi. Namun pedagang itu menolak. Alasannya karena hidung mereka masih sakit pasca di tes pada tanggal 3 kemarin itu,” kata dia.
Di sisi lain Dirut Perumda Pasar Sewakadharma Kota Denpasar, Ida Bagus Kompyang Wiranata merasa janggal dengan peristiwa tersebut.
Dikarenakan 19 pedagang ini komplain, maka 16 pedagang yang harusnya ikut swab hari ini terpengaruh dan pelaksanaan swab pun ditunda.
Alasan pihak Puskesmas untuk melakukan swab kepada 19 pedagang yang sebelumnya sudah negatif dikarenakan sebelum hasil swab mereka keluar, pedagang ini tetap berjualan.
“Ini kan aneh, padahal SOP kami tidak demikian, kami tidak memberikan mereka berjualan jika hasil tes swab negatif atau rapidnya reaktif.
Yang kedua jika mereka melanggar, mereka berada pada radius 10 meter dengan pedagang yang positif dan menolak untuk ikut tes,
maka kami minta mereka melakukan isolasi mandiri 14 hari. Ini aneh sekali dan seperti membebankan komplain pedagang kepada Perumda sendiri,” kata Kompyang.
Kompyang menambahkan, pihaknya tidak akan memaksa 16 pedagang yang hasil swabnya negatif untuk ikut swab lagi.
Untuk pelaksanaan swab kepada 19 orang pedagang ini akan dikoordinasikan lebih lanjut. “Kalau menurut saya yang sudah diswab tidak usah dipaksakan untuk ikut swab yang kedua lagi.
Yang 16 orang dari hasil tracing ini baru wajib untuk ikut tes. Seharusnya kalau memang harus isolasi mandiri, Gugus Tugas Koordinasi dengan Satgas masing-masing desa,
kan ada nama-nama pedagangnya. Jika misalnya kami tidak ijinkan berjualan, di rumahnya mereka kan tetap berkeliaran ke mana-mana
jika tak diawasi Satgas desa atau kelurahannya. Ini kan tidak sinkron jadinya, seharusnya ada koordinasi,” sambungnya.