28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 3:44 AM WIB

Tekan Kontrak dengan Klub Swedia Skovde AIK, Begini Respons Nyoman Aro

DENPASAR – “Becik-becik Bli. Nah ape gen dadi,” terang Nyoman Paul Fernando Aro ketika Jawa Pos Radar Bali menghubunginya via telepon Senin malam kemarin waktu Denpasar.

Sekarang, pesepak bola yang akrab disapa Nyoman Paul ini menetap di Swedia dan baru saja menyelesaikan bangku SMA disana.

Bangku SD dan SMP dihabiskannya di Singaraja. “Saya dulu SD di Mapindo dan lanjut di SMP 1 Singaraja,” ucapnya.

Maklum saja, Nyoman Paul memilih darah keturunan Buleleng dari sang Ibu. Ibunya Kadek Sri Widari berasal dari Desa Anturan.

Sedangkan ayahnya bernama Rami Aro berasal dari Swedia. Menjadi pemain beradarah campuran, menjadikan Nyoman Paul memiliki kelebihan tersendiri.

Dia bisa mendapat apa yang tidak didapat pemain lain seusianya. Ketika sang ayah memutuskan untuk kembali ke Swedia, dia lantas tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk terus mengasah kemampuannya di dunia sepak bola.

Pemain kelahiran Jakarta, 23 Juni 2001 tersebut mengaku kemampuannya terasah semenjak hijrah ke negara asal ayahnya.

“Di Singaraja minim lapangan sepak bola. Akhirnya saya lebih dominan main futsal. Sekarang kemampuan saya bermain sepak bola semakin baik.

Mulai dari mental atau visi bermain saya terasah. Walaupun misalnya saya tidak mendapatkan bayaran sekalipun dari sepak bola, saya tetap bangga dengan diri saya sendiri,” ucapnya.

Meskipun berwajah Bule, tetapi Nyoman Paul tetap harus beradaptasi dengan cuaca disana yang berbeda jauh dengan Singaraja.

Dia juga masih terkendala bahasa. Baru tahun 2018 kemarin, Nyoamn Paul sudah benar-benar bisa fasih berbahasa Swedia.

“Tahun pertama, pasti cuaca yang perlu diadaptasi lagi dan itu mempengaruhi performa saya disana. Lalu kehiduapn sosial yang berbeda jauh dengan di SIngaraja.

Bahasa juga ada kendala. Tapi seiring berjalannya waktu, saya sudah mulai bisa beradaptasi dengan baik ditahun 2018.

Berkat perjuangannya itu pula pemain yang memiliki tinggi badan 180 cm tersebut bisa mendapat tempat di skuad Skovde AIK U-19.

Berkat penampilannya yang cukup memuaskan, akhirnya Nyoman Paul bisa mendapatkan kontrak di skuad senior di klub yang berdiri tahun 1919 tersebut.

“Hari ini (Senin malam WITA), saya tanda tangan kontrak dengan tim senior. Tapi belum tahu detailnya seperti apa. Nanti saya tanda tangan kontrak habis latihan,” ucapnya.

 

DENPASAR – “Becik-becik Bli. Nah ape gen dadi,” terang Nyoman Paul Fernando Aro ketika Jawa Pos Radar Bali menghubunginya via telepon Senin malam kemarin waktu Denpasar.

Sekarang, pesepak bola yang akrab disapa Nyoman Paul ini menetap di Swedia dan baru saja menyelesaikan bangku SMA disana.

Bangku SD dan SMP dihabiskannya di Singaraja. “Saya dulu SD di Mapindo dan lanjut di SMP 1 Singaraja,” ucapnya.

Maklum saja, Nyoman Paul memilih darah keturunan Buleleng dari sang Ibu. Ibunya Kadek Sri Widari berasal dari Desa Anturan.

Sedangkan ayahnya bernama Rami Aro berasal dari Swedia. Menjadi pemain beradarah campuran, menjadikan Nyoman Paul memiliki kelebihan tersendiri.

Dia bisa mendapat apa yang tidak didapat pemain lain seusianya. Ketika sang ayah memutuskan untuk kembali ke Swedia, dia lantas tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk terus mengasah kemampuannya di dunia sepak bola.

Pemain kelahiran Jakarta, 23 Juni 2001 tersebut mengaku kemampuannya terasah semenjak hijrah ke negara asal ayahnya.

“Di Singaraja minim lapangan sepak bola. Akhirnya saya lebih dominan main futsal. Sekarang kemampuan saya bermain sepak bola semakin baik.

Mulai dari mental atau visi bermain saya terasah. Walaupun misalnya saya tidak mendapatkan bayaran sekalipun dari sepak bola, saya tetap bangga dengan diri saya sendiri,” ucapnya.

Meskipun berwajah Bule, tetapi Nyoman Paul tetap harus beradaptasi dengan cuaca disana yang berbeda jauh dengan Singaraja.

Dia juga masih terkendala bahasa. Baru tahun 2018 kemarin, Nyoamn Paul sudah benar-benar bisa fasih berbahasa Swedia.

“Tahun pertama, pasti cuaca yang perlu diadaptasi lagi dan itu mempengaruhi performa saya disana. Lalu kehiduapn sosial yang berbeda jauh dengan di SIngaraja.

Bahasa juga ada kendala. Tapi seiring berjalannya waktu, saya sudah mulai bisa beradaptasi dengan baik ditahun 2018.

Berkat perjuangannya itu pula pemain yang memiliki tinggi badan 180 cm tersebut bisa mendapat tempat di skuad Skovde AIK U-19.

Berkat penampilannya yang cukup memuaskan, akhirnya Nyoman Paul bisa mendapatkan kontrak di skuad senior di klub yang berdiri tahun 1919 tersebut.

“Hari ini (Senin malam WITA), saya tanda tangan kontrak dengan tim senior. Tapi belum tahu detailnya seperti apa. Nanti saya tanda tangan kontrak habis latihan,” ucapnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/