DENPASAR – Ranperda Perubahan Perda Nomor 16/2009 tentang RTRWP Bali memang masih tahap pembahasan. Tetapi, ada beberapa perubahan yang krusial dan mulai mencuat.
Yakni batas maksimum ketinggian bangunan di kawasan tertentu, serta penambahan koefisien dasar bangunan (KDB) di kawasan tertentu terutama di Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK) seperti Bedugul dan Pancasari.
Gubernur Bali Wayan Koster mengaku menyerahkan kepada pembahasan DPRD Bali bersama para pakar.
Gubernur Koster mengaku sangat terbuka untuk didiskusikan dan menerima apapun keputusan dari dewan.
“Apa yang terbaik bagi Bali, bagaimana. Eksekutif, itu kan tawaran kami nanti namanya proses pembahasan silakan itu berunding.
Pertimbangan supaya kita lebih akomodatif, ya mengakomodasi dari berbagai kepentingan. Nanti tentu dalam segi kapasitas ruang,” ucapnya.
Pihaknya mengaku sudah mendengar adanya rencana perubahan KDB maupun ketinggian bangunan. Mengenai dampak kesulitan air, menurut Koster, pihaknya menyalahkan bahwa air yang didapat dari tanah dengan cara mengebor.
Hal itu yang harus dikurangi dan dihilangkan karena lebih membahayakan. Mantan anggota DPR RI ini mengaku untuk air akan membuat sistem sendiri dengan pengolahan air.
“Tidak lagi kita mempergunakan air yang bor. Gunakan air permukaan yang kita kelola nanti tidak masalah. Nanti kita tak lagi begitu. Saya meminimalkan menggali air dari bawah,” ujarnya.
Saat ditanyakan kekhawatiran bencana alam akibat pembangunan di kawasan tersebut, Gubernur Koster menjawab dengan tertawa.
Katanya, jangan memahami dengan cara yang statis tapi harus dengan dinamika. Lanjutnya, yang penting bencana itu bisa diantisipasi dengan baik.
Tapi, sekali lagi ia mengaku sangat terbuka tidak kaku dalam hasil revisi ranperda RTRWP ini. Dan menerima hasil pembahasan DPRD Bali yang mengundang para pakar.
“Yang penting bisa diantisipasi dengan baik menurut saya. Apa yang diwacanakan itu ketinggian pelebaran didiskusikan saja.
Kalau diturunkan lagi oke juga. Rundingkan. Tapi harus dengan pengetahuan jangan perasaan,” tukasnya.