DENPASAR – Kebijakan wajib swab tes untuk wisatawan atau turis yang akan datang ke Bali pada 18 Desember sampai 4 Januari 2021 menuai banyak reaksi dari masyarakat. Bahkan di media sosial berseliweran curhatan pelaku pariwisata maupun wisatawan yang mengaku merugi akibat kebijakan tersebut.
Terkait kebijakan itu, Ni Luh Djelantik, yang merupakan seorang pengusaha dan salah satu tokoh muda di Bali ikut berkomentar. Lewat akun media sosialnya, Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik bahkan membuat surat terbuka untuk gubernur Bali, Wayan Koster. Isinya cukup menohok.
Dalam postingan yang diposting pada Selasa (15/12), wanita berusia 45 tahun itu mengarahkan tulisannya berupa kritik pedas ke Gubernur Wayan Koster.
“SALAM SATU PERIODE.
RAKYAT BALI SUDAH BOSAN MAKAN HIMBAUAN. SURAT TERBUKA untuk Gubernur Bali, I Wayan Koster. Selasa, 15 Desember 2020,” tulisnya dalam kalimat pembuka surat terbuka tersebut.
Di awal, Ni Luh Djelatik mengungkap banyaknya keluhan rekan-rekannya yang tidak setuju dengan kebijakan swab test untuk wisatawan yang datang ke Bali melalui pesawat terbang.
“Wisatawan naik pesawat ke Bali wajib tes PCR H-2 sebelum penerbangan ke Bali serta mewajibkan tes rapid antigen H-2 sebelum perjalanan darat masuk ke Bali. Pak, tahu nggak kalau di beberapa daerah hasil swab baru bisa didapat setelah 3/4 hari. Tidak semua rumah sakit bisa swab tes tiap hari. Contohnya Timika, Papua. PCR TES hanya bisa hari SELASA DAN KAMIS. Sebagian besar wisatawan sudah memesan tiket pesawat, hotel/akomodasi. Mereka sudah siapkan anggaran rapid tes. Dan sekarang ada aturan ini ? Berarti mereka harus siapkan dana 10 kali lipat ? Belum lagi bentrokan aturan harus tes maksimal 2×24 jam sebelum keberangkatan,” tulisnya.
Dia kemudian menulis beberapa contoh kasus yang ditimbulkan akibat kebijakan tersebut. “Contoh 1 : Wisatawan dari Timika rencana ke Bali 27 Des 2020. Sudah bayar tiket & hotel jauh hari sebelumnya. Berarti mereka tes PCR tanggal 25 Des 2020.
Tanggal 25-26 Des itu libur Natal, Pak. Rumah Sakit tidak bisa melayani tes karena libur nasional. Kebayang chaosnya, Pak ?
“Contoh 2 : Wisatawan dari Jakarta rencana ke Bali tanggal 25 Des 2020. 20 orang. Tiket pesawat & hotel sudah dibayar. Mereka sudah siapkan biaya rapid tes Rp. 150.000/orang. Sekarang mereka harus siapkan biaya tes PCR Rp. 30.000.000 ? Bayangkan kerugian mereka, Pak,” urainya lagi.
Selanjutnya dalam tulisan itu, dia menulis bagaimana kurang lebih 10 bulan, Bali telah mati suri. Ekonomi masyarakat Bali pun kian sekarat akibat pariwisata yang tak kunjung bergerak. Hal itu menurutnya membuat masyarakat menjerit.
“Hari ini ada aturan ini. Dadakan. Seolah Bapak baru bangun dari tidur panjang lalu memutuskan bikin aturan yang mencekik tak hanya rakyat Bali tapi juga wisatawan domestik yang udah jauh hari mau ke Bali. Anggaran 756 Milyar penanganan Covid-19 kemarin dipake apa aja sih Pak ? Berani buka-bukaan pak?. Udah dulu ya Pak. Ditunggu revisinya. Jangan lupa bapak bisa duduk di kursi itu karena rakyat. Jangan khianati kepercayaan mereka,” imbuhnya.
Tidak lupa di akhir tulisannya, wanita kelahiran 15 Juni 1975 tersebut memberikan ucapan salam berbau politis. “SALAM NASBEDAG SATU PERIODE. Tak ada guna jadi pemimpin kalau bisanya cuma kasi himbauan dan ujung-ujungnya bikin rakyat sengsara. NILUH DJELANTIK,” katanya memungkasi surat terbuka ini.
Istilah satu periode memang terdengar politis. Ini mengingatkan Wayan Koster yang baru menjadi gubernur Bali untuk periode pertama. Koster akan habis jabatannya pada tahun 2023 mendatang.