DENPASAR – Ribuan rakyat yang tergabung dalam Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBALI) melakukan aksi persembahyangan
dengan tema “Memohon Restu Kepada Hyang Baruna” di Pura Sakenan Desa Pakraman Serangan, Minggu (17/2) siang.
Aksi tersebut dilakukan untuk memohon restu kepada Hyang Baruna yang dalam keyakinan masyarakat Bali sebagai sebagai manifestasi dari penguasa lautan,
agar rakyat diberikan kekuatan untuk melawan rencana reklamasi yang kembali dipaksakan di Teluk Benoa.
Sebelum melakukan persembahyangan, didahului dengan bersih-bersih di areal Pura Sakenan. Bersih-bersih tersebut diikuti dengan antusias penuh oleh seluruh masyarakat Bali yang mengikuti aksi persembahyangan.
Wayan Gendo Suardana, koordinator ForBALI mengatakan bahwa acara bersih-bersih di Pura Sakenan yang ada dalam rangkaian persembahyangan kali ini merupakan
sebuah upaya untuk mendidik massa aksi terutama aksi-aksi yang dilakukan ForBALI, agar senantiasa memperhatikan masalah kebersihan.
“Hal ini selalu terjadi dalam setiap aksi-aksi kita, baik aksi yang dijalanan, dikantor Gubernur dan pada semua aksi-aksi yang kita lakukan” tungkasnya.
Koordinator acara persembahyangan Wayan Apel Hendrawan menjelaskan rangkaian acara persembahyangan kali ini
terdiri dari kegiatan bersih-bersih di sepanjang areal Pura Sakenan, lalu kemudian dilanjutkan dengan acara sembahyang bersama.
“Persembahyangan kali ini kita lakukan guna memohon restu kepada Hyang Baruna dalam membangkitkan semangat perjuangan rakyat guna melindungi laut khususnya Teluk Benoa dari ancaman reklamasi” paparnya.
Setelah sembahyang bersama, maka acara akan dilanjutkan dengan membentangkan lelancingan yang bertuliskan “ForBALI On Fire” yang diusung
diatas kepala yang merupakan simbol dari gerakan Bali Tolak Reklamasi yang tidak akan pernah berhenti sebelum rencana tersebut benar-benar dibatalkan.
Setelah usai melakukan bersih-bersih di areal pura sakenan, masyarakat secara tertib menuju jeroan (masuk ke dalam) Pura Sakenan.
Upacara persembahyangan untuk memohon restu berjuang tersebut dipimpin oleh Gusi Ketut Lengur, yang merupakan Mangku di Pura Sakenan.
Setelah melakukan persembahyangan, bunga-bunga yang telah selesai digunakan sebagai sarana persembahyangan, kembali dipungut dan dibuang pada tempat sampah yang ada di areal Pura Sakenan.
Koordinator ForBALI I Wayan Gendo Suardana juga menyampaikan bahwa acara persembahyangan ini adalah acara persembahyangan yang ke -3 kalinya di Pura Sakenan.
“Persembahyangan kali ini sedikit berbeda Karena menteri Susi Pudjiastusi menerbitkan kembali izin lokasi baru reklamasi Teluk Benoa,
kalau proses perizinan selanjutnya berjalan maka kita harus berjuang 4 tahun lagi, dan untuk itu kita harus mendesak perpres 51/2014 dibatalkan,” pungkasnya.
Ia juga mengatakan akan terus bergerak dengan berapapun orang yang masih mau dan siap berjuang. Sembahyang di Pura Sakenan ini juga bentuk keikhlasan untuk terus berjuang.
“Ini adalah sinyal gerakan, buat siapapun yg tidak serius memperhatikan perjuangan rakyat Bali Tolak Reklamasi” tegasnya.
Prajuru Desa Pakraman Serangan yang mewakili Jro Bandesa Desa Pakraman Serangan Made Yatna yang hadir dalam acara persembahyangan secara tegas mengatakan tetap akan berjuang untuk menolak Reklamasi Teluk Benoa hingga Perpres 51/2014 dibatalkan.
Jro Mangku Pura Sakenan Gusi Ketut Lengur saat memberikan dharma wacana setelah persembahyangan menyatakan akan selalu “nyarengin” perjuangan masyarakat dalam menolak reklamasi Teluk Benoa.
Setelah persembahyangan dilanjutkan dengan aksi pembentangan lelancingan di Jalan Pulau Serangan yang bertuliskan “ForBALI On Fire” tepatnya di atas jembatan Jalan Pulau Serangan,
diiringi teriakan tolak reklamasi Teluk Benoa oleh masaa aksi. Setelah usai, massa kemudian membubarkan diri secara tertib.