DENPASAR– Pembangunan terminal Liquefied Natural gas (LNG) menurut Gubernur Bali, Wayan Koster perencanaan tersebut sudah clear. Koster menerangkan bahwa pembangunan LNG tidak merusak Kawasan Mangrove, terumbu karang dan aktivitas nelayan setempat. Lebih lanjut dikatakan pembangunan LNG untuk kebutuhan listrik di Bali kedepannya.
” Bali akan mandiri energi listrik memanfaatkan energi bersih. Perlu perhatian bersama pada agenda besar dengan menjadikan kebijakan Provinsi Bali mandiri energi, dengan energi bersih,” paparnya di Gedung DPRD Bali, Senin (18/7).
Wayan Koster juga menekankan kebutuhan listrik untuk hal strategis. Bukan saja kebutuhan sehari-hari untuk menyalakan lampu. Namun, strategis yang dimaksud sumber energi itu didapatkan untuk menghidupkan lampu di beberapa tahun yang akan datang. “Saat ini kita memiliki cadangan yang pas-pasan yang disambungkan dari Paiton melalui kabel bawah laut. Bali harus mandiri energi ke depan, bukan dari batu bara atau yang lain, tetapi energi bersih supaya hidup kita bersih dan sehat,” tegas Koster.
Dikatakan, Provinsi Bali sempat ditawarkan sumber listrik dari Paiton. Tetapi itu ditolak oleh Koster karena menurutnya ketika ada gangguan di sana, otomatis Bali juga akan terdampak. “Dengan tegas saya tolak, karena pembangkit listrik di Bali harus dibangun dengan energi bersih. Kenapa lokasinya (LNG,Red) di Bali Selatan? Karena konsumennya banyak di Bali Selatan. Bisa saja dibangun di Celukan Bawang, namun penyaluran ke Bali Selatan tentu perlu biaya lagi,” tegasnya.
Sehingga dia memerintahkan Perusda untuk menjalankan dan terjadinya penolakan, sehingga ia meminta untuk mengkaji ulang. “Tidak boleh dibangun di areal mangrove, terumbu karang tidak boleh terganggu, nelayan tidak boleh terganggu,” kata Koster.
Dia pun tidak mempermasalahkan jika ada penyampaian aspirasi mengenai pembangunan. “Beraksi silahkan, tapi yang bener, tulus, lurus. Ini kami penuh perhitungan, sebenarnya itu sudah clear tidak ada masalah dan tidak ada yang perlu diributkan lagi,” pungkasnya.
Koster membandingkan dengan pembangunan jalan tol diatas laut yang awalnya diributkan tetapi saat ini dinikmati oleh masyarakat. Sehingga menurutnya hal yang wajar jika ada pembangunan di Bali tidak luput dengan pro dan kontra. “Dulu juga membangun jalan di atas air ributnya minta ampun, sekarang dipakai juga. Adanya yang kontra saya berterimakasih, karena bisa melatih emosi saya. Selain itu sesuai visi misi saya, yang mengharmonisasikan semua isinya,”tukasnya. (feb)