DENPASAR – Moda transportasi massa bus Trans Sarbagita warisan Made Mangku Pastika akan tinggal menjadi kenangan.
Dalam waktu dekat, Gubernur Bali Wayan Koster akan memberhentikan program yang dibuat sejak 10 tahun silam itu.
Penghentian program ini lantaran dianggap merugikan, hanya membuang dana APBD saja untuk bahan bakar.
“Saya sudah ditunggu Dirut PT Kereta Api Indonesia untuk mewujudkan proyek kereta listrik sebagai moda transportasi,” ujar Gubernur Koster.
Gubernur Koster mengatakan, desain kereta api itu bakal dibuat spesial. Dia optimistis desain kereta di Bali bakal berbeda dengan gerbong-gerbong kereta api lainnya yang ada di Pulau Jawa.
“Saya setuju karena itu BUMN, tapi kereta api khusus tidak seperti kereta Bandung-Jakarta, Jakarta-Bandung, dan sebagainya, akan tidak menarik.
Nanti lihatlah gerbong yang bagus interior maupun eksteriornya, baik untuk publik maupun wisatawan,” imbuh Koster.
“Yang akan kita kembangkan kereta api listrik ini sudah siap. Saya akan membutuhkan waktu untuk presentasi, tapi saya masih sibuk, belum sempat. PT Kereta Api Indonesia sudah sangat semangat,” terangnya.
Menurut Koster, mendanai Trans Sarbagita seperti buang-buang APBD. Karena itu, dia akan menghentikan transportasi publik tersebut, kecuali jurusan ke Jimbaran, Universitas Udayana.
“Alat transportasi mobil dan motor itu adalah kebanggaan dalam hidup masyarakat kita. Itu adalah cita-citanya. Saya harus punya ini, harus punya ini. Ini kan karena prestige.
Nanti kalau udah bosen pakai mobil atau motor, lama-lama sepeda. Terus ke transportasi publik,” jelasnya.
Alasan dihentikan karena masyarakat tidak ada yang memanfaatkan. Semua lebih senang mengendarai motor atau mobil di Bali.
Hanya saja yang masih dibuka jurusan Kampus Universitas Udayana, Bukit Jimbaran karena jurusan ini yang paling banyak peminatnya.
Terutama dimanfaatkan oleh mahasiswa Unud maupun pegawai/dosen Unud. “Coba sekarang bus Trans Sarbargita itu. Saya sudah berpikir siapa juga dulu punya ide yang konyol ini.
Maka sekarang saya stop. Kita ngasih uang terlalu banyak. Itu kan rugi. Mana ada orang mau pakai Orang pas senang-senangnya naik sepeda motor dari Gianyar kesini.
Orang lebih senang naik sepeda motor, mana ada yang mau duduk-duduk di halte itu lama-lama. Mending kehujanan naik sepeda motor 30 menit. Model gitu ndak cocok,” ujarnya.
“ Maka sekarang saya stop. Bus ini saya stop. Hanya masih yang ke Jimbaran Udayana. Di luar itu stop. Itu didanai oleh APBD minyaknya banyak-banyak rugi.
Bus muter kosong. Itu dikasih duit. Salah rumus. Jangan dulu paksakan sekarang biarkan dulu. Nanti kita mikir model yang lain,” pungkasnya.