27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 1:30 AM WIB

Dari Penemuan Mayat Pegawai Honorer di Badung, Bali

Leher Tertembus Pisau Belati, Kapolsek: Korban Sempat Dikirimi WA dari Anak Lunasi Iuran Sekolah

MANGUPURA– Terkait penemuan mayat I Wayan Sardiasa, 53, –pegawai honorer di Dinas Permukiman dan Pertanahan (Perkimta) Kota Denpasar di kamar rumahnya, Kapolsek Abiansemal Kompol I Gusti Made Sudarma Putra buka suara.

Kapolsek Abiansemal mengatakan,  I Wayan Sardiasa ditemukan tewas bersimbah darah di dalam kamar pada Sabtu (17/9) lalu. Di leher korban ditemukan pisau yang masih tertancap.

Sardiasa diduga kuat bunuh diri. Terungkap dari pengakuan istri korban, Ni Wayan Ratmini. “Menurut istri korban, almarhum memang kerap depresi. Bahkan saksi sempat mengajak suaminya ke balian untuk berobat namun selalu ditolak,” ungkap Kapolsek.

Kapolsek menambahkan, setelah dicocokan dengan keterangan dokter yang melakukan visum luar, kuat dugaan korban bunuh diri.

Pisau ditemukan masih tertancap pada leher kiri bagian bawah. Pisau belati milik almarhum itu masuk sedalam 3 senti dan lebar 3 senti sehingga berakibat fatal. “Ya, pisau mengenai pembuluh nadi atau arteri. Yakni salah satu jenis pembuluh darah yang membawa darah dari jantung dan menyebarkan darah beroksigen ke beberapa bagian tubuh,” kata Kapolsek Abiansemal mengutip keterangan dr. Krisna dari Puskesmas III Abiansemal.

Aliran darah yang keluar sangat deras atau banyak. “Kata dokter, tidak ada orang lain yang mengetahui peristiwa. Oleh karenanya korban kehabisan darah, sehingga nyawanya tidak tertolong. Ya kehabisan darah,” sambungnya.

Atas kejadian tersebut pihak keluarga korban tidak melakukan keberatan, dan sudah membuat surat pernyataan tidak melakukan tuntutan di kemudian hari.

Disinggung mengenai motif bunuh diri diduga depresi karena tak mampu bayar iuran sekolah anak semata wayang, Kapolsek enggan berspekulasi.

Kapolsek mengungkapkan, sang anak sempat mengirim pesan Whatsapp ke HP sang bapak (korban) yang juga seorang pecalang setempat. Bunyi pesan itu: “Pak bisa minta tolong lunasi sekolah sebanyak Rp 2 juta. Bisa kok dicicil sebanyak 4 kali. Kalau saya sudah tamat, langsung cari kerja untuk bantu bapak”.

Walau pun faktanya demikian, lanjut Kapolsek, tapi indikasi lain pun ada. Misalnya karena depresi. “Sebelumnya korban juga sempat mencoba bunuh diri. Motif sebenarnya tak ada yang tahu,” tegas Kapolsek.

Kompol I Gusti Made Sudarma Putra mengatakan, tewasnya sang bapak yang anaknya masih diduk di bangku SMA ini diketahui pertama kali oleh I Nyoman Marsi, 56, sepupu dari almarhum. Mereka tinggal dalam satu kompleks.

Sebelum ditemukan tewas, korban disebut-sebut terlihat seperti stress sejak dua bulan lalu. “Korban selalu bertanya kepada istrinya, bisa ndak anaknya kuliah. Sang istri selalu menenangkan agar korban jangan memikirkan hal yang membuat stres. Selain memikirkan uang sekolah anaknya, korban juga memikirkan bayar utang di LPD,” tukasnya. (dre)

MANGUPURA– Terkait penemuan mayat I Wayan Sardiasa, 53, –pegawai honorer di Dinas Permukiman dan Pertanahan (Perkimta) Kota Denpasar di kamar rumahnya, Kapolsek Abiansemal Kompol I Gusti Made Sudarma Putra buka suara.

Kapolsek Abiansemal mengatakan,  I Wayan Sardiasa ditemukan tewas bersimbah darah di dalam kamar pada Sabtu (17/9) lalu. Di leher korban ditemukan pisau yang masih tertancap.

Sardiasa diduga kuat bunuh diri. Terungkap dari pengakuan istri korban, Ni Wayan Ratmini. “Menurut istri korban, almarhum memang kerap depresi. Bahkan saksi sempat mengajak suaminya ke balian untuk berobat namun selalu ditolak,” ungkap Kapolsek.

Kapolsek menambahkan, setelah dicocokan dengan keterangan dokter yang melakukan visum luar, kuat dugaan korban bunuh diri.

Pisau ditemukan masih tertancap pada leher kiri bagian bawah. Pisau belati milik almarhum itu masuk sedalam 3 senti dan lebar 3 senti sehingga berakibat fatal. “Ya, pisau mengenai pembuluh nadi atau arteri. Yakni salah satu jenis pembuluh darah yang membawa darah dari jantung dan menyebarkan darah beroksigen ke beberapa bagian tubuh,” kata Kapolsek Abiansemal mengutip keterangan dr. Krisna dari Puskesmas III Abiansemal.

Aliran darah yang keluar sangat deras atau banyak. “Kata dokter, tidak ada orang lain yang mengetahui peristiwa. Oleh karenanya korban kehabisan darah, sehingga nyawanya tidak tertolong. Ya kehabisan darah,” sambungnya.

Atas kejadian tersebut pihak keluarga korban tidak melakukan keberatan, dan sudah membuat surat pernyataan tidak melakukan tuntutan di kemudian hari.

Disinggung mengenai motif bunuh diri diduga depresi karena tak mampu bayar iuran sekolah anak semata wayang, Kapolsek enggan berspekulasi.

Kapolsek mengungkapkan, sang anak sempat mengirim pesan Whatsapp ke HP sang bapak (korban) yang juga seorang pecalang setempat. Bunyi pesan itu: “Pak bisa minta tolong lunasi sekolah sebanyak Rp 2 juta. Bisa kok dicicil sebanyak 4 kali. Kalau saya sudah tamat, langsung cari kerja untuk bantu bapak”.

Walau pun faktanya demikian, lanjut Kapolsek, tapi indikasi lain pun ada. Misalnya karena depresi. “Sebelumnya korban juga sempat mencoba bunuh diri. Motif sebenarnya tak ada yang tahu,” tegas Kapolsek.

Kompol I Gusti Made Sudarma Putra mengatakan, tewasnya sang bapak yang anaknya masih diduk di bangku SMA ini diketahui pertama kali oleh I Nyoman Marsi, 56, sepupu dari almarhum. Mereka tinggal dalam satu kompleks.

Sebelum ditemukan tewas, korban disebut-sebut terlihat seperti stress sejak dua bulan lalu. “Korban selalu bertanya kepada istrinya, bisa ndak anaknya kuliah. Sang istri selalu menenangkan agar korban jangan memikirkan hal yang membuat stres. Selain memikirkan uang sekolah anaknya, korban juga memikirkan bayar utang di LPD,” tukasnya. (dre)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/