29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:11 AM WIB

Ada Koin Nikel, Siap Lepas Jika Tawaran Pas

Setiap keping koin milik I Ketut Winata memiliki nilai histori. Bak anak sendiri, Winata menjaga koin dari berbagai belahan dunia itu dengan hati-hati. Namun, karena saat ini terhimpit ekonomi, Winata siap melepas asal jatuh ke tangan yang pas. 

 

MAULANA SANDIJAYA, Sanur, Radar Bali

 

SETELAH lewat tengah malam, ketika anak dan istrinya terlelap, Winata baru bisa meneliti koin-koin yang tersimpan. Waktu dini hari dipilih agar bisa fokus. 

 

Selain mencari kesalahan cetak koin yang bisa menjadi keunikan, pria asal Carangsari, Petang, Badung, itu juga belajar tentang sejarah koin. Mulai tahun koin dicetak, bahan koin, hingga jumlah koin yang dicetak.

 

Salah satu koin bersejarah miliknya yaitu koin bergambar Thomas Jefferson atau Presiden Amerika ke-3. Koin tersebut sempat ditarik pemerintah Amerika saat perang dunia kedua berkecamuk tahun 1942.

 

“Koin ditarik karena terbuat dari nikel. Kebetulan Amerika saat itu kekurangan peluru. Jadinya koin ditarik untuk tambahan membuat peluru,” ungkap Winata.

 

Seperti lukisan, setiap mata uang juga memiliki kode engraver atau pengukir gambar. Jika uang kertas akan dilukis. Profesi engraver sendiri di Indoensia tergolong langka. Saat ini tidak lebih dari sepuluh orang.

 

Winata menyebut tahun dan tempat koin dicetak juga memiliki kode tersendiri di dalam uang. Menurut Winata, mata uang baik koin maupun kertas merupakan cerminan suatu bangsa. Dengan mengoleksi koin maka dirinya belajar budaya suatu bangsa.

 

“Mata uang merupakan identitas suatu bangsa. Semakin berkualitas mata uangnya, maka semakin maju bangsa itu,” imbuhnya.

 

Ada cerita menarik di balik ketekunan Winata dalam mengoleksi koin. Hobinya itu sempat dicibir oleh kawannya. Bahkan, istrinya sendiri juga ikut meragukan. “Bahkan saya sempat dianggap gila karena setiap hari ngurus koin,” kenangnya, lantas terkekeh.

 

Namun, hal itu tidak dimasukkan ke dalam hati. Ia ingin membuktikan jika hobinya itu tidak sia-sia. Winata pun meyakini dirinya sebagai satu-satunya orang di Indonesia yang mengoleksi koin asing dengan jumlah lebih dari seribu keping.

 

Saking seringnya mengamati uang, Winata sampai hafal ketika memegang uang yang memiliki keunikan dan tidak.

 

Bungsu dari delapan bersaudara itu mengaku sudah banyak orang yang menawar koleksinya. Namun, tawaran itu ia tolak lantaran hanya menawar per keping.

 

“Sekarang satu keping dibeli Rp 100 ribu. Itu tidak sepadan dengan waktu dan energi saya selama ini,” tukasnya.

 

Winata tidak akan menjual koinnya dengan satuan atau bijian. Dia akan melepas semua koinnya secara bersamaan. Koleksinya itu akan dilepas kepada kolektor koin yang benar-benar suka koin.

 

Menurutnya koin unik yang dikoleksi bisa dijadikan investasi barang antik. Beberapa tahun mendatang nilai koin semakin tinggi lantaran sudah tidak lagi dicetak dan memiliki keunikan.

 

Berapa akan dilepas? “Semuanya ini saya lepas dari harga Rp 200 juta. Saya lelang selama tiga bulan, harga terakhir yang tinggi jadi pemenangnya,” ucapnya.   

 

Meski sejatinya berat, Winata harus melelang koleksi berharganya itu. Dia berterus terang saat ini kondisi ekonominya sedang terpuruk akibat pandemi Covid-19.

 

Lalu uangnya akan digunakan untuk apa? “Saya pakai kontrak rumah dan membiayai anak sekolah. Kalau ada sisanya saya pakai buka usaha,” tandas ayah tiga anak itu. (Habis)

 

Setiap keping koin milik I Ketut Winata memiliki nilai histori. Bak anak sendiri, Winata menjaga koin dari berbagai belahan dunia itu dengan hati-hati. Namun, karena saat ini terhimpit ekonomi, Winata siap melepas asal jatuh ke tangan yang pas. 

 

MAULANA SANDIJAYA, Sanur, Radar Bali

 

SETELAH lewat tengah malam, ketika anak dan istrinya terlelap, Winata baru bisa meneliti koin-koin yang tersimpan. Waktu dini hari dipilih agar bisa fokus. 

 

Selain mencari kesalahan cetak koin yang bisa menjadi keunikan, pria asal Carangsari, Petang, Badung, itu juga belajar tentang sejarah koin. Mulai tahun koin dicetak, bahan koin, hingga jumlah koin yang dicetak.

 

Salah satu koin bersejarah miliknya yaitu koin bergambar Thomas Jefferson atau Presiden Amerika ke-3. Koin tersebut sempat ditarik pemerintah Amerika saat perang dunia kedua berkecamuk tahun 1942.

 

“Koin ditarik karena terbuat dari nikel. Kebetulan Amerika saat itu kekurangan peluru. Jadinya koin ditarik untuk tambahan membuat peluru,” ungkap Winata.

 

Seperti lukisan, setiap mata uang juga memiliki kode engraver atau pengukir gambar. Jika uang kertas akan dilukis. Profesi engraver sendiri di Indoensia tergolong langka. Saat ini tidak lebih dari sepuluh orang.

 

Winata menyebut tahun dan tempat koin dicetak juga memiliki kode tersendiri di dalam uang. Menurut Winata, mata uang baik koin maupun kertas merupakan cerminan suatu bangsa. Dengan mengoleksi koin maka dirinya belajar budaya suatu bangsa.

 

“Mata uang merupakan identitas suatu bangsa. Semakin berkualitas mata uangnya, maka semakin maju bangsa itu,” imbuhnya.

 

Ada cerita menarik di balik ketekunan Winata dalam mengoleksi koin. Hobinya itu sempat dicibir oleh kawannya. Bahkan, istrinya sendiri juga ikut meragukan. “Bahkan saya sempat dianggap gila karena setiap hari ngurus koin,” kenangnya, lantas terkekeh.

 

Namun, hal itu tidak dimasukkan ke dalam hati. Ia ingin membuktikan jika hobinya itu tidak sia-sia. Winata pun meyakini dirinya sebagai satu-satunya orang di Indonesia yang mengoleksi koin asing dengan jumlah lebih dari seribu keping.

 

Saking seringnya mengamati uang, Winata sampai hafal ketika memegang uang yang memiliki keunikan dan tidak.

 

Bungsu dari delapan bersaudara itu mengaku sudah banyak orang yang menawar koleksinya. Namun, tawaran itu ia tolak lantaran hanya menawar per keping.

 

“Sekarang satu keping dibeli Rp 100 ribu. Itu tidak sepadan dengan waktu dan energi saya selama ini,” tukasnya.

 

Winata tidak akan menjual koinnya dengan satuan atau bijian. Dia akan melepas semua koinnya secara bersamaan. Koleksinya itu akan dilepas kepada kolektor koin yang benar-benar suka koin.

 

Menurutnya koin unik yang dikoleksi bisa dijadikan investasi barang antik. Beberapa tahun mendatang nilai koin semakin tinggi lantaran sudah tidak lagi dicetak dan memiliki keunikan.

 

Berapa akan dilepas? “Semuanya ini saya lepas dari harga Rp 200 juta. Saya lelang selama tiga bulan, harga terakhir yang tinggi jadi pemenangnya,” ucapnya.   

 

Meski sejatinya berat, Winata harus melelang koleksi berharganya itu. Dia berterus terang saat ini kondisi ekonominya sedang terpuruk akibat pandemi Covid-19.

 

Lalu uangnya akan digunakan untuk apa? “Saya pakai kontrak rumah dan membiayai anak sekolah. Kalau ada sisanya saya pakai buka usaha,” tandas ayah tiga anak itu. (Habis)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/