26.5 C
Jakarta
13 Desember 2024, 7:01 AM WIB

Waspada! Tren Bencana Hidrometeorologi di Bali Diprediksi Terus Meningkat, Apa Itu?

DENPASAR – Koordinator Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah III mengikuti diskusi publik yang dibuat 350 Indonesia dan AEER pada pembukaan Festival Demokrasi Energi pada Sabtu (24/9/2022) kemarin.

Menariknya, Koordinator Bidang Data dan Informasi Balai Besar MKG Wilayah III itu memprediksi, tren bencana hidrometeorologi di Bali terus meningkat.

Sekadar informasi, Hidrometeorologi adalah cabang ilmu dari meteorologi yang memelajari siklus air, curah hujan, dan berkaitan dengan iklim dan cuaca. Artinya, kedepan hujan akan lebih singkat dengan intensitas yang lebih tinggi. Masyarakat pun diminta untuk lebih waspada terkait hal tersebut.

“Bali, suhu udaranya mengalami tren yang terus meningkat, trend musim hujan yang meningkat, juga kemarau yang akan menjadi lebih panjang ke depan. Sehingga, bencana akan semakin banyak terjadi”, ujarnya.

Disisi lain, terkait agenda G20 yang terkait transisi energi yang mempengaruhi cuaca pun gagal. Sementara, kebijakan masih sentralistik dan bergantung penuh pada energi fossil, Bali, sebagai lokasi pertemuan G20, kerentanan Bali terhadap krisis iklim terus meningkat.

“Transisi energi yang molor, agenda transisi yang jalan mundur dan justru mewacanakan energi palsu itu sama dengan mereka sedang membiarkan Bali sebagai tempat pertemuan G20, semakin rentan dan semakin terancam krisis iklim,” balas Suriadi Darmoko, Finance Campaigner 350 Indonesia saat diskusi publik itu. (i wayan widiyantara/rid)

 

DENPASAR – Koordinator Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah III mengikuti diskusi publik yang dibuat 350 Indonesia dan AEER pada pembukaan Festival Demokrasi Energi pada Sabtu (24/9/2022) kemarin.

Menariknya, Koordinator Bidang Data dan Informasi Balai Besar MKG Wilayah III itu memprediksi, tren bencana hidrometeorologi di Bali terus meningkat.

Sekadar informasi, Hidrometeorologi adalah cabang ilmu dari meteorologi yang memelajari siklus air, curah hujan, dan berkaitan dengan iklim dan cuaca. Artinya, kedepan hujan akan lebih singkat dengan intensitas yang lebih tinggi. Masyarakat pun diminta untuk lebih waspada terkait hal tersebut.

“Bali, suhu udaranya mengalami tren yang terus meningkat, trend musim hujan yang meningkat, juga kemarau yang akan menjadi lebih panjang ke depan. Sehingga, bencana akan semakin banyak terjadi”, ujarnya.

Disisi lain, terkait agenda G20 yang terkait transisi energi yang mempengaruhi cuaca pun gagal. Sementara, kebijakan masih sentralistik dan bergantung penuh pada energi fossil, Bali, sebagai lokasi pertemuan G20, kerentanan Bali terhadap krisis iklim terus meningkat.

“Transisi energi yang molor, agenda transisi yang jalan mundur dan justru mewacanakan energi palsu itu sama dengan mereka sedang membiarkan Bali sebagai tempat pertemuan G20, semakin rentan dan semakin terancam krisis iklim,” balas Suriadi Darmoko, Finance Campaigner 350 Indonesia saat diskusi publik itu. (i wayan widiyantara/rid)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/