26.9 C
Jakarta
26 April 2024, 21:22 PM WIB

Ini Alasan Bus Trans Sarbagita Sulit Diselamatkan, Mengenaskan…

DENPASAR – Nasib moda transportasi Trans Sarbagita agaknya kian sulit diselamatkan. Setelah dana subsidi operasional dipangkas dari Rp 17 miliar tinggal Rp 4 miliar,

yang berbuntut pada pergantian bus besar menjadi bus medium, kini bus Trans Sarbagita tidak menutup kemungkinan ditiadakan.

Terkait masih ada masyarakat yang menggunakan jasa Trans Sarbagita, Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta harus disurvei lebih dulu. Berapa banyak orang yang mau naik bus.

“Tidak bisa bilang banyak kalau tiga orang. Kalau urusan begini harus survei valid karena pakai duit rakyat bukan duit nenek moyang,” ketusnya.

Sebelumnya, Kadis Perhubungan Pemprov Bali, I GA Ngurah Sudarsana, mengaku sudah melakukan evaluasi dan kajian sebelum anggaran Trans Sarbagita dipangkas tahun ini.

Dijelaskan, berdasar hasil evaluasi disimpulkan lima koridor yang berjalan pada 2017 tidak efektif. Karena itu jumlah koridor dikurangi tinggal dua koridor.

“Salah satu yang kami evaluasi adalah load factor (jumlah penumpang, Red) rendah. Pokoknya jauh sekali dari ideal. Dilahat dari besarnya bus dan secara kasat mata load factor sangat rendah,” ungkap Sudarsana.

Rendahnya load factor itu kemudian menjadi sorotan legislatif. Setelah dilakukan hearing atau rapat dengar pendapat, maka gubernur memutuskan bantuan dana untuk Trans Sarbagita dilakukan efisiensi.

Dari awalnya Rp 17 miliar jadi Rp 4 miliar. Tak ayal, pengurangan dana itu berdampak pada pergantian armada.

Operasional bus besar berkapasitas 55 penumpang yang awalnya 25 unit dikandangkan. Sebagai gantinya yaitu 10 unit bus medium kapasitas  35 penumpang.

10 bus medium ini digunakan melayani koridor I trayek Kota – GWK, dan koridor II trayek Batubulan – Nusa Dua.

“Dari 10 bus medium itu satu digunakan untuk cadangan. Bus cadangan itu tetap beroperasi gantian koridor setiap harinya,” jelasnya.

Efisiensi anggaran ternyata juga berbuntut pada durasi atau waktu tunggu bus. Jarak antara bus satu dengan bus berikutnya selama satu jam.

Untuk moda transportasi umum tentu waktu tunggu hingga satu jam terlalu lama. Bandingkan dengan waktu tunggu angkutan berbasis aplikasi atau online, waktu tunggu hanya hitungan menit.

Terkait waktu tunggu hingga 1 jam ini Sudarsana tak menampik cukup lama. Namun, hal itu dilakukan karena untuk memenuhi anggaran yang ada.

DENPASAR – Nasib moda transportasi Trans Sarbagita agaknya kian sulit diselamatkan. Setelah dana subsidi operasional dipangkas dari Rp 17 miliar tinggal Rp 4 miliar,

yang berbuntut pada pergantian bus besar menjadi bus medium, kini bus Trans Sarbagita tidak menutup kemungkinan ditiadakan.

Terkait masih ada masyarakat yang menggunakan jasa Trans Sarbagita, Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta harus disurvei lebih dulu. Berapa banyak orang yang mau naik bus.

“Tidak bisa bilang banyak kalau tiga orang. Kalau urusan begini harus survei valid karena pakai duit rakyat bukan duit nenek moyang,” ketusnya.

Sebelumnya, Kadis Perhubungan Pemprov Bali, I GA Ngurah Sudarsana, mengaku sudah melakukan evaluasi dan kajian sebelum anggaran Trans Sarbagita dipangkas tahun ini.

Dijelaskan, berdasar hasil evaluasi disimpulkan lima koridor yang berjalan pada 2017 tidak efektif. Karena itu jumlah koridor dikurangi tinggal dua koridor.

“Salah satu yang kami evaluasi adalah load factor (jumlah penumpang, Red) rendah. Pokoknya jauh sekali dari ideal. Dilahat dari besarnya bus dan secara kasat mata load factor sangat rendah,” ungkap Sudarsana.

Rendahnya load factor itu kemudian menjadi sorotan legislatif. Setelah dilakukan hearing atau rapat dengar pendapat, maka gubernur memutuskan bantuan dana untuk Trans Sarbagita dilakukan efisiensi.

Dari awalnya Rp 17 miliar jadi Rp 4 miliar. Tak ayal, pengurangan dana itu berdampak pada pergantian armada.

Operasional bus besar berkapasitas 55 penumpang yang awalnya 25 unit dikandangkan. Sebagai gantinya yaitu 10 unit bus medium kapasitas  35 penumpang.

10 bus medium ini digunakan melayani koridor I trayek Kota – GWK, dan koridor II trayek Batubulan – Nusa Dua.

“Dari 10 bus medium itu satu digunakan untuk cadangan. Bus cadangan itu tetap beroperasi gantian koridor setiap harinya,” jelasnya.

Efisiensi anggaran ternyata juga berbuntut pada durasi atau waktu tunggu bus. Jarak antara bus satu dengan bus berikutnya selama satu jam.

Untuk moda transportasi umum tentu waktu tunggu hingga satu jam terlalu lama. Bandingkan dengan waktu tunggu angkutan berbasis aplikasi atau online, waktu tunggu hanya hitungan menit.

Terkait waktu tunggu hingga 1 jam ini Sudarsana tak menampik cukup lama. Namun, hal itu dilakukan karena untuk memenuhi anggaran yang ada.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/