32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 15:28 PM WIB

Sosialisasi Empat Pilar Ketat Prokes dengan Padukan Offline dan Online

DENPASAR – Seminar berupa Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Gedung Pramuka Kwarda Bali, Kamis (26/11) berlangsung menarik. Seminar ini mengikuti standar protokol kesehatan Covid-19 secara ketat. Yakni memadukan offline (luar jaringan/ luring) dan online (dalam jaringan/ daring).

Acara ini digelar secara offline dan online karena menghadirkan orang dalam jumlah banyak. Agar tetap taat prokes, maka peserta offline dibatasi hanya 30 orang.

“Tapi yang hadir secara offline sekitar 25 orang,” kata Arya Gangga, salah satu peserta sosialisasi ini.

Dengan dibatasi secara offline, maka peserta lainnya yang lebih banyak mengikuti secara online dengan memanfaatkan aplikasi rapat online Zoom.

“Seluruh peserta yang hadir tetap memperhatikan dan menjaga protokol kesehatan,” jelasnya.

Dari masuk ke lokasi sosialisasi, peserta harus mengenakan masker, cuci tangan menggunakan sabun, dan menjaga jarak. Termasuk tempat duduknya diatur sedemikian rupa agar ada jarak yang cukup untuk mengantisipasi penularan Covid-19.

“Sebagai sebuah solusi sementara itu (seminar dengan padukan online dan offline) bisa dikatakan baik dan dapat dilakukan dengan baik jika memperhatikan esensi kegiatan dan protokol kesehatan,” jelas dia.

Meski demikian, dia mengakui, peserta yang mengikuti secara daring juga tidak bisa semaksimal peserta yang datang secara fisik dalam seminar tersebut.

Acara sosialisasi ini sendiri dihadiri Anggota MPR RI, I Gusti Ngurah Rai Wirajaya dan beberapa narasumber lainnya. Acara ini diselenggarakan oleh DPR RI yang diselenggarakan secara berkala.

I Gusti Agung Rai Wirajaya mengatakan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI ini sangat penting dilaksanakan karena masih banyak masyarakat yang belum memahami apa makna dari Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.

Dalam acara tersebut seorang mahasiswa bernama Arya Gangga yang merupakan sebagai peserta menyatakan bahwa masih terdapat masyarakat yang belum paham apa makna dari Pancasila tersebut.

“Dalam lingkungan kampus yang seharusnya memperluas pemikiran-pemikiran intelektual saja masih terdapat pemikiran feodal, hal ini dapat membuat mahasiswa tidak siap dalam mengutarakan argumen maupun berbeda pendapat,” ujar pemilik Praga Pustaka Bali ini.

Arya gangga mengkungkapkan bagaimana pemerintah harus dapat memperluas ruang-ruang dialektika agar mahasiswa bebas mengeluarkan pemikiran-pemikiran kritis, dan kampus memiliki peran dalam menjamin mahasiswa untuk mengeluarkan dan mengedepankan pemikiran-pemikiran kritis.

“Saya berharap bagaimana sosialisasi Empat Pilar ini dapat kita ilhami dan implementasikan bersama,” tukasnya.

Anggota MPR RI, I Gusti Agung Rai Wirajaya pun sepakat dan sangat mengapresiasi mahasiswa-mahasiswa yang memiliki pemikiran-pemikiran kritis. Di samping itu juga, Rai Wirajaya menantang anak muda seperti Arya Gangga untuk merapat dalam partai di tahun 2024 mendatang.

“Karena kita membutuhkan pemuda kritis untuk memperbaiki kondisi bangsa,” pungkasnya.

DENPASAR – Seminar berupa Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Gedung Pramuka Kwarda Bali, Kamis (26/11) berlangsung menarik. Seminar ini mengikuti standar protokol kesehatan Covid-19 secara ketat. Yakni memadukan offline (luar jaringan/ luring) dan online (dalam jaringan/ daring).

Acara ini digelar secara offline dan online karena menghadirkan orang dalam jumlah banyak. Agar tetap taat prokes, maka peserta offline dibatasi hanya 30 orang.

“Tapi yang hadir secara offline sekitar 25 orang,” kata Arya Gangga, salah satu peserta sosialisasi ini.

Dengan dibatasi secara offline, maka peserta lainnya yang lebih banyak mengikuti secara online dengan memanfaatkan aplikasi rapat online Zoom.

“Seluruh peserta yang hadir tetap memperhatikan dan menjaga protokol kesehatan,” jelasnya.

Dari masuk ke lokasi sosialisasi, peserta harus mengenakan masker, cuci tangan menggunakan sabun, dan menjaga jarak. Termasuk tempat duduknya diatur sedemikian rupa agar ada jarak yang cukup untuk mengantisipasi penularan Covid-19.

“Sebagai sebuah solusi sementara itu (seminar dengan padukan online dan offline) bisa dikatakan baik dan dapat dilakukan dengan baik jika memperhatikan esensi kegiatan dan protokol kesehatan,” jelas dia.

Meski demikian, dia mengakui, peserta yang mengikuti secara daring juga tidak bisa semaksimal peserta yang datang secara fisik dalam seminar tersebut.

Acara sosialisasi ini sendiri dihadiri Anggota MPR RI, I Gusti Ngurah Rai Wirajaya dan beberapa narasumber lainnya. Acara ini diselenggarakan oleh DPR RI yang diselenggarakan secara berkala.

I Gusti Agung Rai Wirajaya mengatakan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI ini sangat penting dilaksanakan karena masih banyak masyarakat yang belum memahami apa makna dari Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.

Dalam acara tersebut seorang mahasiswa bernama Arya Gangga yang merupakan sebagai peserta menyatakan bahwa masih terdapat masyarakat yang belum paham apa makna dari Pancasila tersebut.

“Dalam lingkungan kampus yang seharusnya memperluas pemikiran-pemikiran intelektual saja masih terdapat pemikiran feodal, hal ini dapat membuat mahasiswa tidak siap dalam mengutarakan argumen maupun berbeda pendapat,” ujar pemilik Praga Pustaka Bali ini.

Arya gangga mengkungkapkan bagaimana pemerintah harus dapat memperluas ruang-ruang dialektika agar mahasiswa bebas mengeluarkan pemikiran-pemikiran kritis, dan kampus memiliki peran dalam menjamin mahasiswa untuk mengeluarkan dan mengedepankan pemikiran-pemikiran kritis.

“Saya berharap bagaimana sosialisasi Empat Pilar ini dapat kita ilhami dan implementasikan bersama,” tukasnya.

Anggota MPR RI, I Gusti Agung Rai Wirajaya pun sepakat dan sangat mengapresiasi mahasiswa-mahasiswa yang memiliki pemikiran-pemikiran kritis. Di samping itu juga, Rai Wirajaya menantang anak muda seperti Arya Gangga untuk merapat dalam partai di tahun 2024 mendatang.

“Karena kita membutuhkan pemuda kritis untuk memperbaiki kondisi bangsa,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/