DENPASAR – Sosiolog Universitas Udayana Gede Kamajaya meminta pemerintah serius mengejar data perkembangan virus varian baru yang masuk ke Bali.
Hal itu dilakukan sebagai bentuk pemerintah merespons kondisi di tengah masyarakat. “Kalaupun tidak ada varian baru, kita tidak bisa melonggarkan prokes.
Kita di Bali jangan lengah. Intinya pemerintah harus jujur, jangan ada yang disembunyikan,” ujar Kamajaya.
Dosen Fisip Unud itu khawatir jika tidak ada kejelasan atau solusi, masyarakat akan mengalami distrust atau ketidakpercayaan.
Dan, hal itu sangat berbahaya. “Masyarakat sudah kelelahan. Peraturan terus berulang dan berbagai imbauan, publik menjadi jenuh,” paparnya.
Kondisi ekonomi kian menurun ditambah berbagai pembatasan serta aturan yang terus berubah-ubah membuat masyarakat kian abai dengan aturan.
“Jika ini dibiarkan sangat mungkin publik makin abai, karena isi perut berbanding lurus dengan ketaatan prokes,” tandasnya.
Akademisi asal Buleleng itu mengungkapkan, Bali bisa meniru Singapura yang memutuskan hidup berdampingan dengan Covis-19. Pandemi menjadi endemi.
Menurutnya syarat meniru Singapura yaitu angka terjangkit harian harus turun dibarengi rasio vaksinasi pada warga. Sehingga terbentuk kekebalan kelompok.
“Bali sangat bisa meniru Singapura. Syaratnya angka penularan terus menurun. Karena itu, warga bisa bareng-bareng menyukseskan vaksinasi,” pungkasnya.