RadarBali.com – Pengidap penyakit HIV/AIDS di Bali meningkat drastis. Pada tahun 2014, tercatat hanya ada sekitar 8.000 pengidap.
Kemudian di tahun 2016 mencapai 13.774 jiwa. Lonjakkan penderita virus Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune Deficiency Syndrome di tahun 2017 meningkat drastis menjadi 17.090.
“Denpasar yang paling tinggi angka kasus yang teridentifikasi HIV/AIDS dibandingkan delapan kabupaten/kota lainnya,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya di Denpasar, saat dikonfirmasi Selasa, (29/8) kemarin.
Jumlah penderita HIV/AIDS di Denpasar 6.695 jiwa. Dengan rincian penderita AIDS, 2.029 berjenis kelamin laki-laki dan perempuan 968.
Kemudian untuk penderita HIV laki-laki mencapai 2.157 kasus dan perempuan 1.541 kasus.
Dari jumlah tersebut rata-rata kumulatif kasus tersebut mencapai 39,2 persen dengan perincian 3.698 dengan penderita HIV dan AIDS 2.997.
Dijelaskan Suarjaya peringkat kedua jumlah kasus HIV/AIDS mencapai 16,3 persen terdapat di Kabupaten Badung dengan total 2.783 penderita.
Kemudian diperingkat ketiga jumlah kasus HIV/AIDS mencapai 15 persen terdapat di Kabupaten Buleleng dengan total 2.569 orang.
Dengan rincian teridentifikasi mengidap HIV sebanyak 1.848 dan dengan penderita AIDS 721 orang.
Dari jumlah tersebut, tidak hanya orang Bali yang terserang HIV/AIDS. Namun banyak pula warga negara asing yang tinggal di Bali terinfeksi virus mematikan.
Warga negara Amerika berjumlah 5 orang, Australia 2 orang, Belanda 2 orang, Italia, 1 orang dan Irlandia 1 orang.
Selanjutnya penderita HIV/AIDS juga berasal dari luar Bali yang bekerja di pulau Dewata sebanyak 534.
Meningkatnya penderita penyakit mematikan itu karena tidak ada rasa kehati-hatian masyarakat terhadap tubuhnya.
Penyakit HIV/AIDS ini bisa ditularkan melalui hubungan seks bebas serta narkoba dengan bergantian memakai jarum suntik.
Masyarakat harus memeriksakan diri jika ada gejala terkait penyakit ini dengan melakukan konseling difasilitasi layanan kesehatan.
Jika masyarakat melakukan konseling dan periksa nanti akan ketahuan penyakit. Sehingga bisa ditangani lebih cepat.
Kami saat ini sedang gencar melakukan sosialisasi bahaya virus ini. Di masing-masing sekolah, layananan publik dan dan layanan kesehatan.