TABANAN– Kendati telah dibukanya pariwisata Bali dengan menghapus syarat rapid antigen dan PCR bagi pelaku perjalanan dalam negeri (PPDN), dan membebaskan masa karantina bagi tamu dengan visa VOA. Rupanya belum berdampak signifikan terhadap minat wisatawan untuk berlibur ke Museum Subak di Banjar Sanggulan, Desa Banjaranyar, Kecamatan Kediri, Tabanan.
Jumlah kunjungan ke musem subak tersebut sampai dengan Maret 2022 relatif masih rendah. Pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Subak mencatat, sampai dengan bulan ketiga di tahun ini, jumlah kunjungan baru 18 orang.
“Sejauh ini masih relatif kecil. Sampai Maret 2022 baru 18 orang,” jelas Kepala UPT Museum Subak Tabanan, Ida Ayu Nyoman Ratna Pawitrani, Minggu (3/4).
Meski demikian, dari 18 orang kunjungan tersebut, beberapa orang di antaranya merupakan tamu asing.
“Di Maret kemarin sudah mulai ada tamu asing. Dari Prancis satu orang. Dari Jerman satu orang. Dan Belgia dua orang,” jelasnya.
Ini dimungkinkan karena di awal Maret tahun ini, Pemerintah telah melonggarkan sejumlah kebijakan yang terkait pembatasan pelaku perjalanan orang dari negara lain atau dalam negeri.
Di luar tamu asing, pengunjung yang datang sebagian di antaranya mahasiswa dari Tabanan, Denpasar, Surabaya, dan Jogjakarta. “Yang mahasiswa malah ada yang dari Surabaya dan Jogjakarta,” katanya.
Diakui Ratna, bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19, jumlah kunjungan ke Museum Subak menurun drastis. Rata-rata kunjungan per tahun sebelum pandemi terjadi pada 2020 lalu, jumlahnya bisa mencapai enam ribu orang pengunjung.
Namun sejak pandemi, jumlahnya merosot menjadi 555 orang pengunjung pada 2020. Bahkan di 2021 tercatat hanya 115 atau 119 orang.
“Nah selain dibukanya pelonggaran perjalanan bagi wisatawan. Kemudian dibuka kembali pembelajaran tatap muka. Mudah-mudahan kunjungan di museum subak meningkat kembali,” pungkasnya.