31.2 C
Jakarta
13 September 2024, 15:17 PM WIB

Banyu Pinaruh, Umat Berdatangan di Penglukatan Pancoran Solas

 

MANGUPURA-  Pada hari Banyu Pinaruh (sehari setelah Hari Saraswati), Minggu (27/3) Penglukatan Pancoran Solas Taman Mumbul Sangeh mulai didatangi oleh pemedek (umat) untuk melangsungkan ritual pengelukatan. Tempat pengelukatan yang buka dari pukul 04.00-19.00 itu didatangi ribuan umat tetapi mereka berdatangan secara berkesinambungan dan juga tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes).

 

I Gusti Agung Made Adi Wijaya selaku Ketua Pengelola Penglukatan Pancoran Solas, Taman Mumbul Sangeh mengatakan pada hari Banyu Pinaruh ini kedatangan umat untuk melangsungkan ritual bertambah.  “Namun buka tempat melukat ini kami batasi dari pukul 04.00 sampai 19.00. kalau sebelumnya Covid-19, biasanya pada Hari Saraswati dan Banyu Pinaruh kami buka 24 jam penuh,” terang Agung Adi Wijaya saat ditemui di lokasi, Minggu kemarin.

 

Kedatangan masyarakat untuk melukat juga tidak terjadi kerumunan. Selain areal tersebut luas dan menerapkan prokes, kehadiran umat juga secara berkesinambungan dari pagi hingga sore hari. “Sekarang yang datang tidak seketika membludak tetapi berkesinambungan. Pemedek (umat) yang datang untuk sekarang ini 100 persen warga lokal Bali. Kalau sebelum pandemi ada juga tamu asing yang datang, ” bebernya.

 

Lebih lanjut, Penglukatan Pancoran Solas ini sudah masuk Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Kabupaten Badung. Bahkan  per 1 Januari 2022 sudah bekerja sama dengan Dinas Pariwisata (Dispar) Badung  untuk pemungutan tiket atau memungut retribusi bagi yang masuk areal tempat tersebut. Tiketnya Rp 10 ribu dewasa, Rp 5 ribu untuk anak-anak lokal. Semua hasil tiket ini diserahkan ke Pemkab Badung dan Pemkab sendiri kembali menyerahkan sebanyak 75 persen ke desa adat,” terangnya.

 

Disinggung ada rencana untuk pengembangan kawasan, ia mengakui sejatinya setahun lalu sudah ada rencana pengembangan di bagian selatan tempat pengelukatan. Karena ada tanah milik desa dan juga lahan pribadi masyarakat. Rencana ada penataan seluas 1 hektar yang ada hubungannya dengan air. Baik itu kolam air deras, kuliner, SPA dan lainnya. Namun untuk mewujudkan itu masih terkendala pembebasan lahan masyarakat. “Setahun lalu rencana dan juga ada desainnya untuk pengembangan kawasan di bagian selatan,” ujarnya.

 

Sementara ia berharap pandemi Covid-19 ini segera berlalu. Terlebih masyarakat juga sudah taat prokes, melakukan vaksinasi.  “Harapan kami sudah pasti ada kenaikan kunjungan wisatawan yang datang ke Bali khusus ke tempat pengelukatan ini. Karena ketika kunjungan meningkat tentu akan berdampak terhadap perkembangan ekonomi masyarakat,” pungkasnya.

 

 

MANGUPURA-  Pada hari Banyu Pinaruh (sehari setelah Hari Saraswati), Minggu (27/3) Penglukatan Pancoran Solas Taman Mumbul Sangeh mulai didatangi oleh pemedek (umat) untuk melangsungkan ritual pengelukatan. Tempat pengelukatan yang buka dari pukul 04.00-19.00 itu didatangi ribuan umat tetapi mereka berdatangan secara berkesinambungan dan juga tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes).

 

I Gusti Agung Made Adi Wijaya selaku Ketua Pengelola Penglukatan Pancoran Solas, Taman Mumbul Sangeh mengatakan pada hari Banyu Pinaruh ini kedatangan umat untuk melangsungkan ritual bertambah.  “Namun buka tempat melukat ini kami batasi dari pukul 04.00 sampai 19.00. kalau sebelumnya Covid-19, biasanya pada Hari Saraswati dan Banyu Pinaruh kami buka 24 jam penuh,” terang Agung Adi Wijaya saat ditemui di lokasi, Minggu kemarin.

 

Kedatangan masyarakat untuk melukat juga tidak terjadi kerumunan. Selain areal tersebut luas dan menerapkan prokes, kehadiran umat juga secara berkesinambungan dari pagi hingga sore hari. “Sekarang yang datang tidak seketika membludak tetapi berkesinambungan. Pemedek (umat) yang datang untuk sekarang ini 100 persen warga lokal Bali. Kalau sebelum pandemi ada juga tamu asing yang datang, ” bebernya.

 

Lebih lanjut, Penglukatan Pancoran Solas ini sudah masuk Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Kabupaten Badung. Bahkan  per 1 Januari 2022 sudah bekerja sama dengan Dinas Pariwisata (Dispar) Badung  untuk pemungutan tiket atau memungut retribusi bagi yang masuk areal tempat tersebut. Tiketnya Rp 10 ribu dewasa, Rp 5 ribu untuk anak-anak lokal. Semua hasil tiket ini diserahkan ke Pemkab Badung dan Pemkab sendiri kembali menyerahkan sebanyak 75 persen ke desa adat,” terangnya.

 

Disinggung ada rencana untuk pengembangan kawasan, ia mengakui sejatinya setahun lalu sudah ada rencana pengembangan di bagian selatan tempat pengelukatan. Karena ada tanah milik desa dan juga lahan pribadi masyarakat. Rencana ada penataan seluas 1 hektar yang ada hubungannya dengan air. Baik itu kolam air deras, kuliner, SPA dan lainnya. Namun untuk mewujudkan itu masih terkendala pembebasan lahan masyarakat. “Setahun lalu rencana dan juga ada desainnya untuk pengembangan kawasan di bagian selatan,” ujarnya.

 

Sementara ia berharap pandemi Covid-19 ini segera berlalu. Terlebih masyarakat juga sudah taat prokes, melakukan vaksinasi.  “Harapan kami sudah pasti ada kenaikan kunjungan wisatawan yang datang ke Bali khusus ke tempat pengelukatan ini. Karena ketika kunjungan meningkat tentu akan berdampak terhadap perkembangan ekonomi masyarakat,” pungkasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/