27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 2:26 AM WIB

Siapkah Kita Mengakhiri Pandemi? (1)

Hasil Survei, Antibodi Masyarakat Terbilang Tinggi

Pandemi telah berlangsung selama dua tahun terakhir. Berbagai cara dan upaya telah diterapkan demi mengendalikan kasus. Mulai dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hingga vaksinasi. Apakah kita akan segera mengakhiri pandemi dan melangkah ke endemi?

 

Eka Prasetya/Candra Gupta

 

KARDIAN Narayana, 34, merasa tercengang. Laporan di salah satu klinik swasta yang ada di Singaraja, menyatakan bahwa ia sudah memiliki antibodi Covid-19. Padahal dia belum mendapatkan vaksin.

 

Pria yang akrab disapa Cotek itu merupakan salah seorang pegiat film di Kabupaten Buleleng. Dia baru mendapatkan vaksin Covid-19 dosis pertama pada 11 Maret lalu. Alasannya dia tengah melakukan riset untuk film dokumenter yang dia susun. Film itu mengulas tentang pandemi Covid-19.

 

Pada 9 Maret 2022, Cotek berinisiatif melakukan tes titer antibodi di salah satu klinik swasta. Hasil itu diterima dua hari kemudian. Dia sengaja melakukan tes antibodi sebelum menerima vaksin. Karena dia yakin semua warga akan memiliki kekebalan alami terhadap Covid-19.

 

“Tanggal 11 Maret pagi saya vaksin di Dinas Kesehatan. Siangnya saya ambil hasil tes antibodi di klinik. Petugasnya bilang saya sudah punya antibodi Covid-19,” ceritanya.

 

Cotek pun tercengang. Dia menjelaskan pada laboran-tenaga kependidikan di laboratorium, bahwa dirinya belum pernah menerima vaksin Covid-19. Dia baru menerima vaksin beberapa jam sebelum menerima hasil laboratorium. “Penjelasannya waktu itu sih saya dianggap penyintas (Covid-19),” imbuhnya.

 

Secara formal, Cotek tak pernah dinyatakan positif Covid-19. Namun pada Juni 2021 lalu, dia sempat merasakan gejala yang mirip dengan Covid-19. Diantaranya badan lesu, nyeri pada persendian, serta flu berkepanjangan.

 

Tatkala itu dia tak pernah melakukan tes Covid-19. Baik rapid test antigen maupun swab PCR. Tarif tes mandiri dirasa tidak terjangkau. Tarif rapid tes antigen ketika itu mencapai Rp 275 ribu sekali tes, sedangkan swab PCR mencapai Rp 900 ribu.

 

Tes gratis hanya diberikan bagi warga yang masuk kategori kontak erat. Sedangkan swab PCR gratis yang diusulkan secara mandiri, hanya dilayani di UPTD Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Laboratorium itu terletak di Kota Denpasar.

 

Dari tempat tinggal Cotek di Kelurahan Banjar Tegal, Buleleng, butuh waktu tempuh selama 3 jam menuju Kota Denpasar. Alhasil ia memilih beristirahat di rumah selama sepekan. “Di rumah ya hanya minum vitamin dan loloh intaran (jamu tradisional). Selain itu ya istirahat. Mungkin waktu itu saya kena Covid-19. Karena tidak tes, akhirnya tidak tercatat,” ujar pria yang juga programmer film pada ajang Minikino Film Festival itu.

 

Belakangan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan hasil survey serologi yang dilakukan Kementerian Kesehatan bersama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI). Pengumuman itu disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden pada 18 April 2022.

 

Menkes Budi menyampaikan, hasil survey serologi menunjukkan bahwa kadar antibodi masyarakat Indonesia menyentuh angka 99,2 persen. Meningkat bila dibandingkan survey serologi yang dilakukan pada bulan Desember 2021, yang menunjukkan angka 88,6 persen.

 

“Artinya 99,2 persen dari populasi masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi. Bisa itu berasal dari vaksinasi maupun juga berasal dari infeksi,” kata Budi.

 

Selain itu, Kemenkes dan FKM UI juga melakukan pengukuran kadar antibodi. Kadar antibodi masyarakat kini telah berada di angka 7.000 sampai 8.000. Kadar tersebut terbilang tinggi.

 

“Sehingga kalau nanti diserang virus, daya tahan tubuh bisa cepat menghadapinya dan mengurangi sekali risiko masuk rumah sakit apalagi risiko untuk wafat. Itu yang menyebabkan kenapa kami percaya mudik kali ini berjalan lancar tanpa memberi dampak negatif,” imbuhnya.

 

Pernyataan dari Menkes Budi, sekaligus menguatkan hipotesa dari Cotek. Dia yakin masyarakat yang terpapar Covid-19 jauh lebih tinggi dari laporan pemerintah.

 

“Ada kemungkinan program vaksinasi covid pemerintah berhasil, ada kemungkinan masyarakat tidak peduli kena covid, yang penting bisa makan. Itu yang saya rekam dalam film saya,” ujarnya. (Bersambung)

Pandemi telah berlangsung selama dua tahun terakhir. Berbagai cara dan upaya telah diterapkan demi mengendalikan kasus. Mulai dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hingga vaksinasi. Apakah kita akan segera mengakhiri pandemi dan melangkah ke endemi?

 

Eka Prasetya/Candra Gupta

 

KARDIAN Narayana, 34, merasa tercengang. Laporan di salah satu klinik swasta yang ada di Singaraja, menyatakan bahwa ia sudah memiliki antibodi Covid-19. Padahal dia belum mendapatkan vaksin.

 

Pria yang akrab disapa Cotek itu merupakan salah seorang pegiat film di Kabupaten Buleleng. Dia baru mendapatkan vaksin Covid-19 dosis pertama pada 11 Maret lalu. Alasannya dia tengah melakukan riset untuk film dokumenter yang dia susun. Film itu mengulas tentang pandemi Covid-19.

 

Pada 9 Maret 2022, Cotek berinisiatif melakukan tes titer antibodi di salah satu klinik swasta. Hasil itu diterima dua hari kemudian. Dia sengaja melakukan tes antibodi sebelum menerima vaksin. Karena dia yakin semua warga akan memiliki kekebalan alami terhadap Covid-19.

 

“Tanggal 11 Maret pagi saya vaksin di Dinas Kesehatan. Siangnya saya ambil hasil tes antibodi di klinik. Petugasnya bilang saya sudah punya antibodi Covid-19,” ceritanya.

 

Cotek pun tercengang. Dia menjelaskan pada laboran-tenaga kependidikan di laboratorium, bahwa dirinya belum pernah menerima vaksin Covid-19. Dia baru menerima vaksin beberapa jam sebelum menerima hasil laboratorium. “Penjelasannya waktu itu sih saya dianggap penyintas (Covid-19),” imbuhnya.

 

Secara formal, Cotek tak pernah dinyatakan positif Covid-19. Namun pada Juni 2021 lalu, dia sempat merasakan gejala yang mirip dengan Covid-19. Diantaranya badan lesu, nyeri pada persendian, serta flu berkepanjangan.

 

Tatkala itu dia tak pernah melakukan tes Covid-19. Baik rapid test antigen maupun swab PCR. Tarif tes mandiri dirasa tidak terjangkau. Tarif rapid tes antigen ketika itu mencapai Rp 275 ribu sekali tes, sedangkan swab PCR mencapai Rp 900 ribu.

 

Tes gratis hanya diberikan bagi warga yang masuk kategori kontak erat. Sedangkan swab PCR gratis yang diusulkan secara mandiri, hanya dilayani di UPTD Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Laboratorium itu terletak di Kota Denpasar.

 

Dari tempat tinggal Cotek di Kelurahan Banjar Tegal, Buleleng, butuh waktu tempuh selama 3 jam menuju Kota Denpasar. Alhasil ia memilih beristirahat di rumah selama sepekan. “Di rumah ya hanya minum vitamin dan loloh intaran (jamu tradisional). Selain itu ya istirahat. Mungkin waktu itu saya kena Covid-19. Karena tidak tes, akhirnya tidak tercatat,” ujar pria yang juga programmer film pada ajang Minikino Film Festival itu.

 

Belakangan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan hasil survey serologi yang dilakukan Kementerian Kesehatan bersama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI). Pengumuman itu disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden pada 18 April 2022.

 

Menkes Budi menyampaikan, hasil survey serologi menunjukkan bahwa kadar antibodi masyarakat Indonesia menyentuh angka 99,2 persen. Meningkat bila dibandingkan survey serologi yang dilakukan pada bulan Desember 2021, yang menunjukkan angka 88,6 persen.

 

“Artinya 99,2 persen dari populasi masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi. Bisa itu berasal dari vaksinasi maupun juga berasal dari infeksi,” kata Budi.

 

Selain itu, Kemenkes dan FKM UI juga melakukan pengukuran kadar antibodi. Kadar antibodi masyarakat kini telah berada di angka 7.000 sampai 8.000. Kadar tersebut terbilang tinggi.

 

“Sehingga kalau nanti diserang virus, daya tahan tubuh bisa cepat menghadapinya dan mengurangi sekali risiko masuk rumah sakit apalagi risiko untuk wafat. Itu yang menyebabkan kenapa kami percaya mudik kali ini berjalan lancar tanpa memberi dampak negatif,” imbuhnya.

 

Pernyataan dari Menkes Budi, sekaligus menguatkan hipotesa dari Cotek. Dia yakin masyarakat yang terpapar Covid-19 jauh lebih tinggi dari laporan pemerintah.

 

“Ada kemungkinan program vaksinasi covid pemerintah berhasil, ada kemungkinan masyarakat tidak peduli kena covid, yang penting bisa makan. Itu yang saya rekam dalam film saya,” ujarnya. (Bersambung)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/