28 C
Jakarta
19 April 2024, 23:14 PM WIB

Buleleng Klaim Nihil Kematian Akibat PMK, tapi Puluhan Sapi Dijagal

SINGARAJA – Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Buleleng terus meluas. Pada akhir pekan lalu, hanya ditemukan 21 kasus PMK di Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt. Namun kini telah tercatat ada 268 kasus yang tersebar di 6 desa.

 

Kamis kemarin (7/7) tim kesehatan hewan dari Dinas Pertanian Buleleng mulai melakukan vaksinasi terhadap sapi. Vaksinasi dilakukan pada sapi-sapi yang ada di Desa Pejarakan Kecamatan Gerokgak dan Desa Lokapaksa Kecamatan Seririt. “Kami sudah lakukan langkah-langkah. Diantaranya disinfeksi pada kandang yang sudah dinyatakan (ada sapi) terjangkit. Vaksinasi pada sapi juga sudah mulai hari ini. Injeksi vitamin pada sapi juga mulai kami lakukan,” kata Sekkab Buleleng Gede Suyasa.

 

Suyasa mengaku saat ini kasus PMK di Buleleng mulai melonjak tajam. Kasus yang tadinya berada pada 2 digit, melonjak menjadi 3 digit dalam waktu singkat. Kasus ditemukan pada 2 desa di Kecamatan Seririt dan 4 desa di Kecamatan Gerokgak.

 

Suyasa mengklaim dari 268 kasus yang ditemukan, tidak ada seekor pun hewan yang dinyatakan mati akibat PMK. Namun ada 28 ekor sapi yang disembelih setelah dinyatakan terkena PMK. Konon proses penyembelihan itu dilakukan untuk mengendalikan kasus PMK. Pemerintah menyebut proses penyembelihan itu dengan istilah “pemotongan bersyarat”. “Kalau potong bersyarat itu kan masih boleh dijual dagingnya. Hanya bagian jeroan, kepala, dan kaki yang tidak boleh dikonsumsi. Beda halnya kalau stomping out. Itu kan pemotongan paksa dan seluruhnya dikubur,” kata Suyasa.

 

Di sisi lain, peternak di Desa Lokapaksa, berharap pemerintah bisa mengendalikan harga godel. Sebab harga mengalami fluktuasi. Godel pejantan tadinya bisa dijual hingga Rp 8 juta. Namun harga anjlok menjadi Rp 6,5 juta hingga Rp 7 juta per ekor.

 

Ketua Kelompok Ternak Nandhini Swara Desa Lokapaksa, Komang Adnya Yasa mengatakan, peternak berharap pemerintah segera mengendalikan wabah PMK. Sehingga harga godel kembali stabil. Sebab peternak juga mendapat pemasukan yang lumayan dari hasil penjualan anakan sapi. “Kalau sapi dewasa sekarang ini kan tidak keluar desa. Jadi rata-rata diserap sama pengepul di sini. Mudah-mudahan ini tidak berkepanjangan dan wabahnya cepat berakhir,” kata Adnya Yasa.

Asal tahu saja, penyebaran virus PMK cukup tinggi. Sebab virus menyebar melalui udara. Apabila ada seekor sapi yang ditemukan dalam sebuah kandang, maka sapi-sapi lainnya hampir dipastikan akan ikut terkena PMK. Kini pemerintah telah membatasi lalu lintas hewan di desa-desa yang dinyatakan positif PMK. Selain itu dua pasar hewan di Buleleng, yakni Pasar Hewan Pejarakan dan Pasar Hewan Pancasari, telah ditutup sejak awal pekan ini. (eps)

SINGARAJA – Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Buleleng terus meluas. Pada akhir pekan lalu, hanya ditemukan 21 kasus PMK di Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt. Namun kini telah tercatat ada 268 kasus yang tersebar di 6 desa.

 

Kamis kemarin (7/7) tim kesehatan hewan dari Dinas Pertanian Buleleng mulai melakukan vaksinasi terhadap sapi. Vaksinasi dilakukan pada sapi-sapi yang ada di Desa Pejarakan Kecamatan Gerokgak dan Desa Lokapaksa Kecamatan Seririt. “Kami sudah lakukan langkah-langkah. Diantaranya disinfeksi pada kandang yang sudah dinyatakan (ada sapi) terjangkit. Vaksinasi pada sapi juga sudah mulai hari ini. Injeksi vitamin pada sapi juga mulai kami lakukan,” kata Sekkab Buleleng Gede Suyasa.

 

Suyasa mengaku saat ini kasus PMK di Buleleng mulai melonjak tajam. Kasus yang tadinya berada pada 2 digit, melonjak menjadi 3 digit dalam waktu singkat. Kasus ditemukan pada 2 desa di Kecamatan Seririt dan 4 desa di Kecamatan Gerokgak.

 

Suyasa mengklaim dari 268 kasus yang ditemukan, tidak ada seekor pun hewan yang dinyatakan mati akibat PMK. Namun ada 28 ekor sapi yang disembelih setelah dinyatakan terkena PMK. Konon proses penyembelihan itu dilakukan untuk mengendalikan kasus PMK. Pemerintah menyebut proses penyembelihan itu dengan istilah “pemotongan bersyarat”. “Kalau potong bersyarat itu kan masih boleh dijual dagingnya. Hanya bagian jeroan, kepala, dan kaki yang tidak boleh dikonsumsi. Beda halnya kalau stomping out. Itu kan pemotongan paksa dan seluruhnya dikubur,” kata Suyasa.

 

Di sisi lain, peternak di Desa Lokapaksa, berharap pemerintah bisa mengendalikan harga godel. Sebab harga mengalami fluktuasi. Godel pejantan tadinya bisa dijual hingga Rp 8 juta. Namun harga anjlok menjadi Rp 6,5 juta hingga Rp 7 juta per ekor.

 

Ketua Kelompok Ternak Nandhini Swara Desa Lokapaksa, Komang Adnya Yasa mengatakan, peternak berharap pemerintah segera mengendalikan wabah PMK. Sehingga harga godel kembali stabil. Sebab peternak juga mendapat pemasukan yang lumayan dari hasil penjualan anakan sapi. “Kalau sapi dewasa sekarang ini kan tidak keluar desa. Jadi rata-rata diserap sama pengepul di sini. Mudah-mudahan ini tidak berkepanjangan dan wabahnya cepat berakhir,” kata Adnya Yasa.

Asal tahu saja, penyebaran virus PMK cukup tinggi. Sebab virus menyebar melalui udara. Apabila ada seekor sapi yang ditemukan dalam sebuah kandang, maka sapi-sapi lainnya hampir dipastikan akan ikut terkena PMK. Kini pemerintah telah membatasi lalu lintas hewan di desa-desa yang dinyatakan positif PMK. Selain itu dua pasar hewan di Buleleng, yakni Pasar Hewan Pejarakan dan Pasar Hewan Pancasari, telah ditutup sejak awal pekan ini. (eps)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/