SINGARAJA – Desa Patas membagikan eco enzyme kepada peternak. Aparatur desa mendorong agar peternak memanfaatkan eco enzyme sebagai disinfektan alami. Sehingga kebersihan dan sanitasi kandang ternak dapat terjaga.
Desa Patas kini mengelola sebuah Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST). Sebagian sampah organik dikelola sebagai pupuk dan sebagian lagi diolah menjadi eco enzyme. Nah eco enzyme itu kini dibagikan pada peternak.
Setiap peternak mendapatkan 600 mililiter eco enzyme. Khusus peternak skala komunal, mendapatkan jatah lebih banyak. Selain itu pihak desa juga menggandeng beberapa komunitas lain yang rutin memproduksi eco enzyme.
Perbekel Patas Kadek Sara Adnyana mengungkapkan, upaya itu dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) di wilayahnya. Upaya pencegahan mutlak dilakukan, sebab versi Satgas PMK kini ada 4 desa di Kecamatan Gerokgak yang masuk dalam zona merah PMK.
“Eco enzyme sudah kami bagikan ke peternak. Kami juga sudah anjurkan bahwa 1 liter eco enzyme itu dicampur dengan 50 liter air. Ini digunakan untuk menjaga sanitasi dan kebersihan kandang. Sehingga virusnya tidak berkembang,” kata Sara Adnyana.
Lebih lanjut Sara mengungkapkan, para peternak sebenarnya sudah memiliki cara tradisional untuk mencegah penyakit tersebut. Tatkala menemukan kaki ternak yang luka, peternak merendam kaki dengan air garam. Selain itu peternak juga memberikan loloh pada ternak mereka.
“Kalau secara sains kan itu untuk membunuh virus dan bakteri, sekaligus meningkatkan imun tubuh. Kami bersama Dinas Pertanian juga sudah lakukan sosialisasi. Supaya peternak tidak resah. Apalagi tingkat kematian akibat PMK ini rendah. Hanya 4 persen dari total kasus,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengatakan, pihaknya terus berusaha mengendalikan wabah PMK di Buleleng. Kini pihaknya berupaya menghabiskan vaksin PMK yang telah disuplai dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Bali. Vaksin itu akan dioptimalkan bagi sapi-sapi di wilayah Desa Lokapaksa dan Desa Pejarakan.
Menurut Sumiarta saat ini Dinas Peternakan Bali hanya mengirimkan 2 ribu dosis vaksin PMK. Jumlah itu terbilang minim. Sebab jumlah populasi ternak di desa zona merah mencapai 28 ribu ekor. “Kami sudah ajukan amprah lagi. Syaratnya kan yang suplai pertama ini harus habis dulu. Dalam pekan ini kami habiskan, setelah itu pekan depan sudah bisa amprah lagi. Vaksinnya khusus kami berikan pada hewan yang sehat sebagai langkah pencegahan,” demikian Sumiarta. (eps)