SINGARAJA– Sopir yang melintasi Jalan Raya Singaraja-Denpasar, sebagai jalur alternatif menuju Denpasar, mengeluhkan kondisi jalan yang ekstrem. Selain itu jalur yang memutar harus membuat sopir siap norok, tekor, atau menutupi kekurangan ongkos pembelian bahan bakar minyak (BBM).
Seperti yang diakui Purnawan. Pengemudi asal Brebes, Jawa Tengah, itu mengangkut bawang merah dari kampung kelahirannya. Muatan tersebut harus sampai di Denpasar secepat mungkin. Bila terlambat, ada kemungkinan bawang-bawang tersebut akan busuk.
Ia mengaku sudah sampai di Gilimanuk pada Senin (17/10) pagi. Dia sempat menanti selama beberapa lama, berharap ada kepastian jalur dibuka kembali. Namun hingga sore tak kunjung ada kepastian. Sehingga arus lalu lintas dialihkan menuju Singaraja.
Tak mau muatannya busuk, Purnawan akhirnya memilih menuju Denpasar melalui jalur pantura Pulau Bali. Dia sebenarnya sudah masuk kawasan Desa Gitgit pada Senin malam. Apes, saat melintas ia berpapasan dengan bus sehingga harus mengurangi kecepatan. Dampaknya truk mengalami selip.
“Kami kan diarahkan kemarin. Kami namanya supir ya ikuti saja aturan polisi. Saya juga belum tahu jalur sini. Baru pertama ini saya lewat jalur ini,” ungkap Purnawan.
Ia menilai kondisi jalur Singaraja-Denpasar terbilang ekstrem. Sebab jalan relatif sempit dengan tikungan-tikungan tajam. Ditambah lagi tingkat kemiringan tanjakan sangat memengaruhi truk-truk dengan tonase besar.
“Jalurnya juga tambah panjang. Otomatis beli solar juga harus tambah. Minimal harus tambah Rp 300 sampai Rp 500 ribu lagi. Maunya memang saya nunggu di Gilimanuk. Tapi karena sudah disuruh lewat sini, muatan juga biar nggak cepat busuk, jadi ya ikutin aja biar cepat sampai,” ujarnya.
Sementara itu Relawan Siaga Bencana Desa Gitgit, Putu Sutresna mengungkapkan, sejak arus lalu lintas dialihkan, cukup banyak kendaraan yang mengalami kendala di ruas jalan tersebut. Setidaknya ada 12 unit truk dan bus yang mengalami kendala. Sebagian besar mengalami masalah pada radiator, ada juga yang terperosok maupun selip karena tidak kuat menanjak.
“Memang banyak sekali yang mogok, ada yang selip karena nggak kuat lewat jalur ini, ada juga yang terperosok karena tumben lewat. Kami sebagai relawan ya harus siap membantu, minimal mengatur lalu lintas. Karena padat sekali arusnya dari kemarin,” ujar Sutresna. (eka prasetia/radar bali)