BULELENG – Kerja di luar negeri khususya di kapal pesiar masih menjadi bidikan warga Bali. “ Setelah Covid- 19 mereda, sekitar 9.000 orang yang telah join on board. Karena dari jumlah crew kapal pesiar ukuran sedang saja, membutuhkan sekitar 1.500 tenaga kerja dan dari jumlah itu terdapat 30 sampai 35 persen PMI (Pekerja Migran Indonesia). Ini peluang yang sangat bagus bagi masyarakat Bali khususnya kelompok usia produktif,” ujar Dr Nyoman Diana, SE, MM, selaku Board Of Director PT Crew Transfer International (CTI) saat melakukan Road Trip di Kabupaten Buleleng, Sabtu (30/7).
Menurut Diana yang juga pengusaha dunia property ini, banyak perusahaan kapal pesiar asing yang semasa pandemi menghentikan usaha mereka serta melakukan pemulangan tenaga kerja asal Bali dalam skala besar.
Sebagian besar yang awalnya bekerja pun banyak yang memutuskan untuk tidak berangkat lagi karena sudah nyaman dengan usaha yang digelutinya. Kondisi tersebut diketahui dari jumlah kru kapal pesiar yang hingga kini telah diberangkatkan pasca-pandemi covid-19 melanda dunia.
Diana mengaku pihaknya baru sekitar 5 bulan kembali melakukan pemberangkatan tenaga migran sebagai kru Kapal Pesiar. Dalam jangka waktu tersebut, berkisar sembilan ribu pekerja yang telah ia berangkatkan ke kapal Carnival Cruise Line.
Dikatakan, satu perusahaan besar seperti Royal cruise line saja memiliki sekitar 20 hingga 30 armada kapal pesiar dan 30 sampai 35 persen akan diisi oleh perja asal Indonesia.
“Coba bayangkan, sekitar 300 hingga 400 tenaga kerja yang dibutuhkan, dikalikan dengan 30 kapal dan itu baru satu perusahaan. Sedangkan kami sudah memiliki kerjasama dengan hampir 80 persen perusahaan asing baik Amerika, Eropa, maupun Asia. Ini peluang besar bagi anak-anak muda kita yang ingin bekerja di luar negeri dan tentunya mengurangi angka pengangguran di Bali pada khususnya,” ungkap Diana.
Dikonfirmasi mengenai biaya keberangkatan, Diana mengaku pihaknya tidak membebani kru dengan uang jasa atau biaya yang diluar mekanisme administrasi. Dalam acara yang turut dihadiri pihak Disnakertrans Pemerintah Kabupaten Buleleng tersebut, ia mengaku tidak mau mengambil kesempatan dibalik peluang besar yang dimilikinya. Pasalnya, dengan mengurangi angka penangguran dan memperbaiki perekonomian pun telah menjadi suatu kebanggan dirinya sebagai salah satu orang Bali.
“Kami agen resmi dan bukan calo pemberangkatan tenaga kerja. Masyarakat yang mencari kerja kan tentu memiliki motivasi untuk memperbaiki perekonomian dan kesalahan besar jika harus membebani mereka (PMI) dengan biaya yang tidak perlu. Prinsip saya, akan lebih baik ketika sekembalinya mereka dari kapal lalu membantu keluarga dan tetangga mereka sendiri sehingga turut membantu bangsa untuk mengurangi masalah pengangguran,” papar Diana.
Selain dihadiri oleh beberapa aparatur pemerintah desa dan Disnakertrans Kabupaten Buleleng, acara Road Trip juga langsung dihadiri CEO CTI Word Wide Miami, Robert Upchurch. Road Trip perdana yang digelar CTI pasca-pandemi ini merupakan acara pertama kalinya yang dilaksanakan di Kabupaten Buleleng.
Sementara itu, Drs Komang Sumertajaya selaku Kadisnakertrans Pemkab Buleleng dalam sambutan tertulisnya menyatakan sangat mengapresiasi PT CTI yang mau berekspansi ke kawasan Bali Utara. Pihaknya mengaku sangat berterima kasih atas kesediaan CTI untuk menyalurkan tenaga kerja asal Buleleng.
Pemerintah Kabupaten Buleleng pun membuka peluang sebesar-besarnya kepada CTI untuk melakukan rekruitmen tenaga kerja di bumi panji sakti. Yang tentunya, peluang yang sangat menguntungkan masyarakat ini dapat menjadi salah satu solusi permasalahan perekonomian khususnya mengurangi angka pengangguran di Buleleng.
Hal senada juga disampaikan Perbekel Desa Panji, Jro Mangku Made Ariawan yang turut hadir diacara tersebut. Ariawan yang juga salah satu praktisi pariwisata ini pun mengaku pihaknya telah membangun MoU (Memorandum Of Undestending) dengan pihak CTI dalam upaya pemberangkatan para pemuda di desa yang dipimpinnya. Hal tersebut disampaikannya saat jeda santai usai pembukaan acara.
“Kami sudah membangun MoU dan mengharapkan betul-betul dilakukan penyaringan untuk kualitas tenaga kerja yang diberangkatkan ke luar negeri. Karena jangan sampai nantinya ada tenaga kerja yang malah bermasalah baik dari attitude maupun keterampilan mereka setelah bekerja,” kata Ariawan. (don)