Gelombang pasang di pesisir Bali Utara semakin mengkhawatirkan saja. Gelombang dilaporkan merusak sebuah bangunan gudang di Desa Tangguwisia.
Kini akses jalan di Kelurahan Kampung Anyar juga rusak. Warga pun was-was karena rumah mereka bisa dihantam ombak, kapan saja.
EKA PRASETIA, Singaraja
WAJAH Nengah Wisada, 52, terlihat lelah. Ia mengaku semalam tak bisa tidur nyenyak. Gelombang pasang yang terjadi sejak Kamis (28/1) lalu benar-benar membuat dirinya was-was.
Pada Jumat (29/1) malam, Wisada menyebut air laut sempat masuk ke dalam rumahnya. Wisada merupakan salah satu warga di Lingkungan Kayubuntil Barat yang berada dalam posisi rentan.
Rumahnya hanya beberapa meter saja dari tepi pantai. Warga makin was-was setelah ombak merusak akses jalan lingkungan di wilayah tersebut pada Jumat malam lalu.
Wisada menuturkan, sekitar pukul 20.00 Jumat malam, angin berhembus kencang. Hal itu diikuti dengan ombak yang terus menggempur dari arah utara. Ombak tak hanya naik ke jalan lingkungan.
Bahkan masuk hingga ke halaman rumah warga yang mukim di kawasan Rumah Sangat Sederhana (RSS) Kayubuntil.
“Airnya itu sampai masuk ke dalam rumah. Ditambah hujan angin. Semalam itu suasana di sini benar-benar mencekam,” ungkap Wisada.
Hal serupa diungkapkan Ketut Sumardika, 48. Pria yang juga Ketua RT 01 Lingkungan Kayubuntil Barat itu mengaku sempat meminta warga mengungsi sekitar pukul 21.00 Jumat malam.
Sebab air sudah mulai masuk ke areal Pura Taru Kembar Amertha Sari. Apabila air sudah masuk areal pura, warga meyakini bahwa gelombang yang menggempur terbilang parah.
“Atap seng di rumah saya itu seperti sudah mau lepas. Masyarakat yang tinggal dekat pantai saya minta mengungsi semua ke balai lingkungan,” tutur Sumardika.
Pagi kemarin (30/1), warga pun masih dibuat resah. Sekitar pukul 07.00 pagi, warga mendapati jalan lingkungan di dekat Pura Taru Kembar Amertha Sari jebol.
Gara-garanya ombak pasang menggerus penahan ombak. Tak main-main, jalan yang jebol panjangnya sekitar 4 meter dengan lebar sekitar 3 meter.
Kini hanya roda dua saja yang bisa melintasi jalan tersebut. “Ini masih pagi, gelombang sudah tinggi begini pak. Sampai 1,5 meter.
Kalau malam, biasanya tambah tinggi. Kami masih was-was, karena biasanya kan gelombang pasang itu puncaknya saat imlek,” kata Sumardika.
Kepala Lingkungan Kayubuntil Barat, Ketut Bukit mengungkapkan, cukup banyak warganya yang tinggal di kawasan pesisir.
Tak kurang dari 50 kepala keluarga kini tinggal di pesisir barat, berhadapan langsung dengan pesisir utara Buleleng. Mereka sangat rentan dengan musibah gelombang pasang hingga banjir rob.
“Tadi malam itu benar-benar parah. Ketinggian ombak itu mungkin sampai 2 meter lebih. Tidak putus-putus. Makanya warga kami di sini gelisah. Ombaknya sudah sampai masuk pura. Merusak jalan juga,” kata Bukit.
Menurut Bukit saat ini warga setidaknya membutuhkan dua hal. Pertama, titik pengungsian yang aman.
Pengungsian ini dibutuhkan karena potensi gelombang pasang masih mengancam hingga akhir Februari mendatang.
Titik pengungsian ini diharapkan bisa jadi lokasi mitigasi warga untuk sementara waktu. Kedua, warga juga meminta agar jalan yang jebol segera diperbaiki.
“Paling tidak dipasangi batu beronjong dulu. Karena sekarang ini hanya sepeda motor saja yang bisa lewat. Mudah-mudahan ini bisa segera dipenuhi,” ujar Bukit. (*)