27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 6:59 AM WIB

Duh, Ulat Grapyak Serang Belasan Hektare Jagung Petani Nusa Penida

SEMARAPURA – Pertanian jagung sejumlah desa di Kecamatan Nusa Penida tidak hanya dihadapkan dengan masalah kekurangan air, tapi juga serangan hama ulat grayak atau Spodoptera Frugiperda.

Bahkan, serangan hama ulat yang menyerang jagung di Desa Bungamekar ini terbilang ekstrem lantaran menyerang pertanian jagung saat masih berupa tunas.

Padahal, biasanya hama ulat baru akan menyerang saat jagung sudah siap panen. Perbekel  Bungamekar, I Wayan Yasa, menuturkan,

sempat diguyur hujan akhir tahun 2019 lalu, para petani di Desa Bungamekar mulai bercocok tanam meski terbilang terlambat.

Komoditi yang ditanam, yakni jagung, kacang tanah, dan ketela. Sayangnya, hujan turun pada saat hari itu saja sehingga pertumbuhan tanaman tersebut kurang baik.

“Tanamannya layu, dan kerdil karena kekurangan air,” katanya. Namun, ternyata tidak hanya itu saja masalah yang dihadapi para petani Nusa Penida.

Tanaman jagung mereka juga diserang hama ulat. Bahkan, hama ulat menyerang tunas jagung sehingga dipastikan jagung yang diserang akan gagal panen.

“Biasanya jagung siap panen baru isi ulat. Ini tumben tunasnya yang diserang ulat. Kalau seperti ini, berpotensi gagal panen,” ujarnya.

Melihat hal itu, dia mengaku telah berkoordinasi dengan penyuluh pertanian untuk bisa mencari solusi atas permasalahan tersebut.

Oleh Dinas Pertanian Klungkung diberikan satu botol insektisida virtako. Hanya saja para petani enggan menggunakannya lantaran sudah pasrah.

“Setelah disemprot, mau mati ulatnya. Kami sudah informasikan ke petani agar menggunakan insektisida yang diberikan dinas, namun menurut mereka sudah

terlambat sehingga membiarkan saja. Apalagi tidak ada air. Terkecuali hujan turun, kemungkinan tanaman mau tumbuh normal kembali,” jelasnya.

Dia mengungkapkan, serangan hama ulat ini kemungkinan terjadi di seluruh desa di Nusa Penida.

“Seperti di Desa Klumpu, persis seperti di desa kami. Setiap saya lewat, mayoritas jagung dimakan ulat,” imbuhnya.

Kepala Dinas Pertanian Klungkung Ida Bagus Gede Juanida membenarkan hama ulat menyerang areal tanaman jagung di Nusa Penida.

Total ada 756,20 hektare lahan pertanian di Kecamatan Nusa Penida yang sedang ditanami jagung.

Dalam kurun waktu 1 hingga 15 Januari 2020, 12 hektare lahan jagung diserang hama ulat grayak.

Serangan hama ulat tersebut tersebar di wilayah Desa Klumpu seluas 2 hektare dari total 35 hektare pertanian jagung.

Desa Batukandik sekitar 5 hektare dari total luas pertanian jagung sekitar 60 hektare. Desa Batumadeg sekitar 2 hektare dari total lahan pertanian jagung sekitar 40 hektare.

Desa Bungamekar sekitar 2 hektare dari total lahan pertanian jagung sekitar 45 hektare dan Desa Sakti sekitar 1 hektare dari total 16 hektare pertanian jagung. 

“Umur tanaman jagung yang diserang hama rata-rata berusia 3 minggu,” ungkapnya. Menurutnya, Dinas Pertanian Klungkung sudah melakukan penanganan dengan memberikan insektisida virtako.

Berkat penanggulangan yang dilakukan, mulai ada perbaikan kualitas tumbuh tanaman jagung yang terserang.

“Ini sangat terkait dengan kondisi iklim, dalam hal ini curah hujan yang agak terlambat,” katanya. 

SEMARAPURA – Pertanian jagung sejumlah desa di Kecamatan Nusa Penida tidak hanya dihadapkan dengan masalah kekurangan air, tapi juga serangan hama ulat grayak atau Spodoptera Frugiperda.

Bahkan, serangan hama ulat yang menyerang jagung di Desa Bungamekar ini terbilang ekstrem lantaran menyerang pertanian jagung saat masih berupa tunas.

Padahal, biasanya hama ulat baru akan menyerang saat jagung sudah siap panen. Perbekel  Bungamekar, I Wayan Yasa, menuturkan,

sempat diguyur hujan akhir tahun 2019 lalu, para petani di Desa Bungamekar mulai bercocok tanam meski terbilang terlambat.

Komoditi yang ditanam, yakni jagung, kacang tanah, dan ketela. Sayangnya, hujan turun pada saat hari itu saja sehingga pertumbuhan tanaman tersebut kurang baik.

“Tanamannya layu, dan kerdil karena kekurangan air,” katanya. Namun, ternyata tidak hanya itu saja masalah yang dihadapi para petani Nusa Penida.

Tanaman jagung mereka juga diserang hama ulat. Bahkan, hama ulat menyerang tunas jagung sehingga dipastikan jagung yang diserang akan gagal panen.

“Biasanya jagung siap panen baru isi ulat. Ini tumben tunasnya yang diserang ulat. Kalau seperti ini, berpotensi gagal panen,” ujarnya.

Melihat hal itu, dia mengaku telah berkoordinasi dengan penyuluh pertanian untuk bisa mencari solusi atas permasalahan tersebut.

Oleh Dinas Pertanian Klungkung diberikan satu botol insektisida virtako. Hanya saja para petani enggan menggunakannya lantaran sudah pasrah.

“Setelah disemprot, mau mati ulatnya. Kami sudah informasikan ke petani agar menggunakan insektisida yang diberikan dinas, namun menurut mereka sudah

terlambat sehingga membiarkan saja. Apalagi tidak ada air. Terkecuali hujan turun, kemungkinan tanaman mau tumbuh normal kembali,” jelasnya.

Dia mengungkapkan, serangan hama ulat ini kemungkinan terjadi di seluruh desa di Nusa Penida.

“Seperti di Desa Klumpu, persis seperti di desa kami. Setiap saya lewat, mayoritas jagung dimakan ulat,” imbuhnya.

Kepala Dinas Pertanian Klungkung Ida Bagus Gede Juanida membenarkan hama ulat menyerang areal tanaman jagung di Nusa Penida.

Total ada 756,20 hektare lahan pertanian di Kecamatan Nusa Penida yang sedang ditanami jagung.

Dalam kurun waktu 1 hingga 15 Januari 2020, 12 hektare lahan jagung diserang hama ulat grayak.

Serangan hama ulat tersebut tersebar di wilayah Desa Klumpu seluas 2 hektare dari total 35 hektare pertanian jagung.

Desa Batukandik sekitar 5 hektare dari total luas pertanian jagung sekitar 60 hektare. Desa Batumadeg sekitar 2 hektare dari total lahan pertanian jagung sekitar 40 hektare.

Desa Bungamekar sekitar 2 hektare dari total lahan pertanian jagung sekitar 45 hektare dan Desa Sakti sekitar 1 hektare dari total 16 hektare pertanian jagung. 

“Umur tanaman jagung yang diserang hama rata-rata berusia 3 minggu,” ungkapnya. Menurutnya, Dinas Pertanian Klungkung sudah melakukan penanganan dengan memberikan insektisida virtako.

Berkat penanggulangan yang dilakukan, mulai ada perbaikan kualitas tumbuh tanaman jagung yang terserang.

“Ini sangat terkait dengan kondisi iklim, dalam hal ini curah hujan yang agak terlambat,” katanya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/