MATARAM, Radar Bali- Kode keras disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali, Trisno Nugroho dalam acara Media Gathering di Mataram, 30 September-1 Oktober 2022. Dalam ulasan berjudul Bolstering Bali Economic Recovery, ia menyebut ada 3 hal penting yang harus menjadi perhatian semua pihak.
Pertama, perekonomian global berisiko tumbuh lebih rendah. Kedua, tekanan inflasi global semakin tinggi. Ketiga, ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi, Trisno Nugroho menjabarkan perekonomian global berisiko tumbuh lebih rendah disertai dengan tingginya tekanan inflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global.
“Penurunan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih besar pada tahun 2023, terutama di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Tiongkok bahkan disertai dengan risiko resesi di sejumlah negara maju. Volume perdangan dunia juga tetap rendah,” ucap sosok kharismatik kelahiran Cilacap tahun 1965 itu.
Trisno Nugroho merinci pertumbuhan PDB dunia di negara maju hingga September 2022 hanya positif di Jepang (PDB 2021 tumbuh 1,6 hingga September 2022 tumbuh 1,7 persen). Di tiga bulan tersisa di tahun 2022, pertumbuhan ekonomi belum berpihak kepada Amerika Serikat, Kawasan Eropa, Tiongkok, India, ASEAN-5, Amerika Latin, negara berkembang Eropa, serta Timur Tengah dan Asia Tengah. Bahkan negara berkembang Eropa tumbuh negatif -2,5 persen hingga September 2022.
Terkait tekanan inflasi global yang semakin tinggi, Trisno Nugroho menyebut di tengah perlambatan ekonomi, disrupsi pasokan meningkat sehingga mendorong harga energi bertahan tinggi. Trisno Nugroho memaparkan tekanan inflasi global semakin tinggi seiring dengan ketegangan geopolitik, kebijakan proteksionisme yang masih berlangsung serta terjadinya heatware di beberapa negara.
“Inflasi di negara maju maupun emerging market meningkat tinggi, bahkan inflasi inti berada dalam tren meningkat sehingga mendorong bank sentral di banyak negara melanjutkan kebijakan moneter agresif,” urai alumnus Universitas Diponegoro itu.
Terakhir, Trisno Nugroho juga mengajak seluruh stakeholder cermat terhadap ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi. Ia menyebut kenaikan fed funds rate yang lebih tinggi diperkirakan masih akan meningkat. “Perkembangan tersebut mendorong semakin kuatnya mata uang dollar AS dan semakin tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global, sehingga mengganggu aliran investasi portofolio dan tekanan nilai tukar di negara-negara emerging market, termasuk Indonesia,” ungkap Trisno Nugroho. (ken/mar)