29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:12 AM WIB

Status Awas Gerus Penjualan Eceran, September Turun Hingga 18,2 Persen

RadarBali.com – Penjualan eceran di Provinsi Bali bulan September mengalami penurunan. Berdasar survei Bank Indonesia (BI), nilai Indeks Penjualan Riil (IPR) turun 18,2 persen.

Penurunan ini lebih rendah jika dibanding bulan Agustus yang hanya turun 18 persen. Kepala Perwakilan BI provinsi Bali Causa Iman Karana mengungkapkan,

penurunan penjualan eceran dipicu oleh beberapa faktor. Mulai dari musim liburan yang sudah lewat yang menyebabkan low season.

Faktor lain adalah aktivitas Gunung Agung yang sebelumnya berada di level Awas. “Faktor penurunan itu paling banyak digerus akibat kondisi Gunung Agung,” ujar Causa Iman Karana, kemarin (2/10).

Banyaknya tamu yang cancel berkunjung ke Bali lantaran aktivitas Gunung Agung membuat 9.000 unit kamar di seluruh hotel di Bali kosong.

Otomatis dengan cancellation ini mengakibatkan daya konsumsi terhadap makanan dan minuman maupun lainnya juga terkena dampak.

“Kalau tamu tidak ada, makanan dan minuman yang seharusnya dikonsumsi tamu jadi tidak ada kan. Tamu kan butuh sarapan,” tuturnya.

Selain sektor makanan dan minuman, penjualan eceran spare part kendaraan juga terjadi kontraksi. Kata pria yang akrab Pak CIK ini, dengan adanya penurunan kunjungan,

kendaraan yang biasanya mengangkut wisatawan tidak mendapat order. “Jadi spare part turun juga,” tukasnya.

Namun pihak BI memprediksi dengan adanya penurunan status Awas menjadi Siaga, akan mampu meningkatkan penjualan eceran di Bali.

Dia memperkirakan, pada bulan Oktober akan terjadi peningkatan sekitar 6,2 persen dari bulan sebelumnya. “Asumsinya adalah dengan penurunan itu akan berakibat lebih baik lagi,” bebernya.

Secara tahunan, penjualan eceran tercatat turun. Terlihat dari IPR pada September tahun ini yang tercatat sebesar 147,90.

Jika dibandingkan dengan September tahun lalu mengalami penurunan 12,6 persen dengan IPR mencapai 169,23.

Turunnya penjualan eceran terjadi pada sektor makanan, minuman dan tembakau sebesar 13,2 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya atau 22,7 persen untuk tahun lalu di periode yang sama

RadarBali.com – Penjualan eceran di Provinsi Bali bulan September mengalami penurunan. Berdasar survei Bank Indonesia (BI), nilai Indeks Penjualan Riil (IPR) turun 18,2 persen.

Penurunan ini lebih rendah jika dibanding bulan Agustus yang hanya turun 18 persen. Kepala Perwakilan BI provinsi Bali Causa Iman Karana mengungkapkan,

penurunan penjualan eceran dipicu oleh beberapa faktor. Mulai dari musim liburan yang sudah lewat yang menyebabkan low season.

Faktor lain adalah aktivitas Gunung Agung yang sebelumnya berada di level Awas. “Faktor penurunan itu paling banyak digerus akibat kondisi Gunung Agung,” ujar Causa Iman Karana, kemarin (2/10).

Banyaknya tamu yang cancel berkunjung ke Bali lantaran aktivitas Gunung Agung membuat 9.000 unit kamar di seluruh hotel di Bali kosong.

Otomatis dengan cancellation ini mengakibatkan daya konsumsi terhadap makanan dan minuman maupun lainnya juga terkena dampak.

“Kalau tamu tidak ada, makanan dan minuman yang seharusnya dikonsumsi tamu jadi tidak ada kan. Tamu kan butuh sarapan,” tuturnya.

Selain sektor makanan dan minuman, penjualan eceran spare part kendaraan juga terjadi kontraksi. Kata pria yang akrab Pak CIK ini, dengan adanya penurunan kunjungan,

kendaraan yang biasanya mengangkut wisatawan tidak mendapat order. “Jadi spare part turun juga,” tukasnya.

Namun pihak BI memprediksi dengan adanya penurunan status Awas menjadi Siaga, akan mampu meningkatkan penjualan eceran di Bali.

Dia memperkirakan, pada bulan Oktober akan terjadi peningkatan sekitar 6,2 persen dari bulan sebelumnya. “Asumsinya adalah dengan penurunan itu akan berakibat lebih baik lagi,” bebernya.

Secara tahunan, penjualan eceran tercatat turun. Terlihat dari IPR pada September tahun ini yang tercatat sebesar 147,90.

Jika dibandingkan dengan September tahun lalu mengalami penurunan 12,6 persen dengan IPR mencapai 169,23.

Turunnya penjualan eceran terjadi pada sektor makanan, minuman dan tembakau sebesar 13,2 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya atau 22,7 persen untuk tahun lalu di periode yang sama

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/