25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:15 AM WIB

Cuaca Ekstrem, Petani Kakao Sulit Tangani Serangan Penyakit Tanaman

NEGARA – Serangan penyakit akibat dampak cuaca ekstrem membuat petani kakao di Jembrana kewalahan.

Mereka harus bekerja keras untuk menanggulangi penyakit itu agar kualitas biji kakao yang dihasilkan tidak menurun.

Kelian Subak Abian Danuh Sari, Banjar Yeh Mekecir, Desa Dangintukadaya, I Gusti Agung Putu Widana mengatakan, cuaca ekstrem belakangan ini sangat merugikan petani baik dari segi waktu maupun tenaga.

Pasalnya, untuk tetap mempertahankan produktifitas dan kualitas tanaman kakao, petani harus bekerja lebih ekstra.

“Upaya pencegahan kami lakukan dengan panen sesering mungkin, pemupukan, sanitasi, dan perawatan,” ujarnya.

Dengan berbagai upaya, petani berusaha agar produktivitas tanaman kakao maupun kualitas biji kakao yang dihasilkan tidak menurun.

Kepala Bidang Perkebunan  Dinas Pertanian dan Pangan Pemkab Jembrana I Komang Ariada mengatakan, pihaknya telah menerjunkan petugas namun produktifitas tergantung keaktifan krama subak itu sendiri.

“Jangankan meningkatkan produksi, bagaimana bisa mempertahankan produksi dan kualitas kalau tanaman kakao  jarang dirawat,” ungkapnya.

Namun, di tengah tingginya dampak cuaca yang ekstrem ini, produktifitas kakao Jembrana masih menjadi yang tertinggi di Bali yakni mencapai 2.849,79 ton per tahun.

Untuk menanggulangi penyakit akan segera melaksanakan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) bagi petani kakao dan berkoordinasi dengan PPL untuk pengendalian hama penyakit secara langsung.

 “Penyakit busuk buah ini sifatnya alami dan insidentil serta tergantung pada iklim dan lokasinya, berbeda dengan penyakit mati muncuk (PSD) yang menular secara luas,” jelasnya

NEGARA – Serangan penyakit akibat dampak cuaca ekstrem membuat petani kakao di Jembrana kewalahan.

Mereka harus bekerja keras untuk menanggulangi penyakit itu agar kualitas biji kakao yang dihasilkan tidak menurun.

Kelian Subak Abian Danuh Sari, Banjar Yeh Mekecir, Desa Dangintukadaya, I Gusti Agung Putu Widana mengatakan, cuaca ekstrem belakangan ini sangat merugikan petani baik dari segi waktu maupun tenaga.

Pasalnya, untuk tetap mempertahankan produktifitas dan kualitas tanaman kakao, petani harus bekerja lebih ekstra.

“Upaya pencegahan kami lakukan dengan panen sesering mungkin, pemupukan, sanitasi, dan perawatan,” ujarnya.

Dengan berbagai upaya, petani berusaha agar produktivitas tanaman kakao maupun kualitas biji kakao yang dihasilkan tidak menurun.

Kepala Bidang Perkebunan  Dinas Pertanian dan Pangan Pemkab Jembrana I Komang Ariada mengatakan, pihaknya telah menerjunkan petugas namun produktifitas tergantung keaktifan krama subak itu sendiri.

“Jangankan meningkatkan produksi, bagaimana bisa mempertahankan produksi dan kualitas kalau tanaman kakao  jarang dirawat,” ungkapnya.

Namun, di tengah tingginya dampak cuaca yang ekstrem ini, produktifitas kakao Jembrana masih menjadi yang tertinggi di Bali yakni mencapai 2.849,79 ton per tahun.

Untuk menanggulangi penyakit akan segera melaksanakan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) bagi petani kakao dan berkoordinasi dengan PPL untuk pengendalian hama penyakit secara langsung.

 “Penyakit busuk buah ini sifatnya alami dan insidentil serta tergantung pada iklim dan lokasinya, berbeda dengan penyakit mati muncuk (PSD) yang menular secara luas,” jelasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/