TABANAN – Petani buah kelapa di Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan akhir-akhir ini menjerit. Pasalnya, sudah berbulan-bulan harga buah kelapa tak kunjung normal.
Harga buah kelapa yang semulanya berkisar Rp 3.000 sampai 3.300, kini merosot tajam menjadi Rp 1.200 sampai Rp 1.300.
Salah satu petani asal Banjar Dinas Lalalinggah, Desa Lalalinggah, Selemadeg Barat, Putu Gede Juliastrawan, mengakui, hari raya tidak membawa pengaruh apapun terhadap kenaikan harga kelapa.
Harganya tetap anjlok. Bahkan, beberapa petani di desanya memilih tidak memanen hasil kebunnya meski sudah memasuki masa panen.
“Daripada harus menanggung rugi dengan hasil yang tidak seberapa jika dibandingkan dengan ongkos memanen,” ujarnya.
Jika dipaksakan tetap dijual justru akan merugi. Memanen kelapa memerlukan biaya yang cukup besar, kalau hasil jualnya sedikit tidak akan sebanding dengan biaya yang kita keluarkan alias tekor.
Untuk memanen kelapa setidaknya petani harus menyediakan biasa ongkos sewa jasa petik, biaya kendaraan pengangkut. Karena proses memanen tidak bisa dikerjakan sendiri.
“Tipis kami mendapat keuntungan dengan harga kelapa saat ini antara Rp 1.200 hingga Rp 1.300. Sedangkan ongkos panen Rp 750 sampai Rp 850 hingga,” ungkapnya.
Menurutnya, setiap panen rata-rata menghasilkan 2.000 butir kelapa. Harga kelapa yang anjlok sejati sudah terjadi sejak 8 bulan yang lalu.
Hingga memasuki tahun 2019 harga buah kelapa tak kunjung normal kembali. “Anjlok harga kelapa, kami sebagai petani berharap agar menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Bali
dan khususnya Kabupaten Tabanan. Semoga bisa memberikan jalan keluar agar harga kelapa tidak semakin merosot tajam,” tandasnya