PANCASARI – Petani paprika di Buleleng kini putus asa. Harga komoditas yang anjlok, membuat petani terpuruk.
Sebagian petani paprika yang ada di Desa Pancasari, kini terpaksa mengganti tanaman.
Bahkan ada beberapa petani yang kini dalam kondisi pailit karena gagal membayar tunggakan di bank.
Biasanya dalam kondisi normal paprika bisa dijual dengan harga Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu per kilogram. Pada saat permintaan tinggi, harganya bisa melonjak hingga Rp 70 ribu per kilogram.
Kini harga paprika disebut benar-benar anjlok. Harga jual paprika di tingkat petani hanya Rp 6 ribu per kilogram.
Bahkan ada yang menjual hingga Rp 4 ribu per kilogram. Harga tersebut merupakan harga terendah dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.
Dampaknya, beberapa petani terpaksa mengganti tanaman mereka dengan komoditas lain. Bahkan ada petani yang membuang paprikanya begitu saja, karena harga jualnya terlampau rendah.
Saking rendahnya, harga jual paprika tak cukup untuk ongkos angkut ke pasar. Salah seorang petani, Wayan Kerti mengaku posisi petani paprika kini sangat dilematis.
Dengan harga Rp 6 ribu per kilogram, petani tak mampu memberikan perawatan yang layak bagi tanaman.
“Jangan dah hitung tenaga memelihara ini. Untuk beli pupuk saja nggak cukup. Akhirnya ya sudah dirawat seadanya saja,” kata Kerti.
Meski harganya terbilang rendah, ia memilih bertahan dengan komoditas paprika. Ia berharap kondisi harga segera pulih.
“Ini sudah tiga bulan terakhir harganya anjlok. Sementara tunggu dulu. Mudah-mudahan ada harga lagi,” imbuhnya.
Petani lainnya, Kadek Baktiyasa juga mengakui hal serupa. Pria yang sudah menggeluti komoditas paprika selama 14 tahun terakhir ini, menyebut harga paprika kali ini yang paling anjlok.
Biasanya harga terendah adalah Rp 12 ribu. “Tumben selama saya jadi petani paprika harganya sampai segini.
Sebelum-sebelumnya tidak pernah di bawah Rp 10 ribu. Sekarang paling tinggi harganya itu Rp 8 ribu,” keluhnya.
Ia menduga anjloknya harga berkaitan dengan anjloknya industri pariwisata di Lombok setelah terkena bencana gempa.
Menurutnya cukup banyak komoditas paprika yang disuplai ke Lombok maupun kawasan wisata lain di Nusa Tenggara.
“Sekarang petani itu sudah berhitung. Mau bertahan, mau lanjut, atau mau ganti tanaman saja. Kalau petani yang punya kredit, itu sudah pasti bangkrut dia,” ujarnya.
Para petani pun berharap pemerintah bisa turun tangan dan melakukan intervensi pasar. Sehingga petani punya cukup modal untuk merawat tanaman mereka.