SINGARAJA – Pendapatan para petani bunga di Buleleng terjun bebas. Utamanya para petani bunga hias. Ceruk pasar penjualan bunga menjadi makin sempit.
Sehingga mereka kelimpungan memasarkan produk pertanian mereka. Sayangnya pemerintah belum memberikan insentif bagi para petani ini.
Saat ini sentra pertanian bunga di Buleleng ada di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada. Tercatat ada dua kelompok tani bunga yang ada di wilayah tersebut.
Yakni Kelompok Tani Mekar Sari dan Kelompok Tani Pudak Lestari. Para petani kebanyakan memelihara bunga krisan, lily putih, anturium, dan pikok.
Tadinya produksi para petani disalurkan ke Bali Selatan. Utamanya ke industri pariwisata. Entah itu hotel, villa, restoran, hingga spa.
Namun sejak pandemi melanda, bunga menjadi salah satu aspek yang paling pertama terdampak pandemi.
Para pengusaha pariwisata mengurangi pembelian bunga. Seiring dengan industri pariwisata yang kian tiarap, para petani bunga pun kian gigit jari.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta yang dikonfirmasi, tak menampik kondisi tersebut. Sumiarta menyebut selama pandemi ini omzet para petani bunga di Pancasari turun drastis.
Penurunan berkisar 80 persen hingga 90 persen. “Turun permintaan karena kondisi pariwisata Bali sedang tiarap,” bebernya.
Apakah selama pandemi ini ada insentif bagi petani bunga? Sumiarta mengaku hingga kini belum ada insentif bagi para petani.
Lebih lagi para petani bunga. Sebab kondisi keuangan daerah sangat terbatas. Lebih lagi dengan penundaan pencairan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Provinsi dan refocusing Dana Alokasi Umum (DAU).
“Sementara ini kami belum bisa memberikan insentif modal. Tapi kami upayakan mereka bisa mendapat dukungan sarana prasarana.
Kami sudah pernah memberikan bantuan rumah kasa dan sarana prasarana lain. Nanti bila kondisi keuangan memungkinan, kami akan suplai sarana lagi ke sana,” ujar Sumiarta.