DENPASAR – Dibukanya keran ekspor buah manggis ke Tiongkok membawa harapan positif bagi petani dan juga eksportir manggis di Bali.
Diprediksi kondisi ini dapat kembali menggairahkan pasar manggis di luar negeri. Pasalnya, buah dengan citarasa asam manis ini tidak hanya
menyasar satu pasar saja, namun bisa beberapa negara selain Tiongkok yang menjadi negara tujuan ekspor manggis terbesar dari Bali.
Pelaku eksportir manggis yang juga Ketua Asosiasi Manggis Bali Jro Putu Tesan mengatakan, dengan dibukanya kembali ekspor manggis dari Indonesia ke Tiongkok, pihaknya berharap menjadi pasar tetap dan berkelanjutan.
Yang menggembirakan, pihaknya mendapat bantuan bibit dari Dirjen Hortikultura sebanyak 7000 bibit manggis.
“Kami juga punya bibit manggis yang namanya pala sari serasi dan sudah teregistrasi serta varietasnya sudah dilepas Kementerian Pertanian,” ujarnya.
Tahun 2019 mendatang, pihak asosiasi juga berencana menambah lahan manggis di Bali sebanyak 10 ribu hektare.
Saat ini sudah dilakukan pemetaan di dua wilayah yakni Bangli dan Karangasem dengan menyasar lahan-lahan nganggur yang tidak termanfaatkan.
“Manggis itu cocok di mana saja. Makanya kami harap, lahan manggis bisa berkembang merata di Bali. Bali memang kecil, tapi kita masih banyak punya lahan perkebunan,” kata Tesan.
Hingga saat ini di Bali terdapat 4.100 hektare lahan manggis. Dari total lahan tersebut, terdapat 950 hektar yang sudah panen.
Sementara 3.200 hektare lahan manggis lainnya masih dalam proses pengembangan dan sudah berusia tiga tahun. Lahan manggis terbanyak berada di Wilayah Tabanan dan Buleleng.
Produksi manggis dari berbagai daerah di Bali yang diekspor ke China selama musim manggis tahun 2018 bisa mencapai 1.000 ton.(