25.6 C
Jakarta
23 November 2024, 7:30 AM WIB

Harga Cabai Turun, Petani di Bali Masih Untung

TABANAN – Harga cabai memang sudah tiga bulan lebih tak terkendali. Tak heran membuat petani cabai ketiban untung berkali-kali lipat. Pasalnya harga cabai tembus ratusan ribu perkilogramnya.

 

Namun menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan yang juga bertepatan dengan datangnya bulan Suci Ramadan harga cabai perlahan mulai turun.  

 

Menurut salah satu petani asal Banjar Dinas Kembang Mertha, Desa Candi Kuning, Baturiti Tabanan Dewa Putu Wimpie Wardhiana, harga cabai di tingkat petani saat ini Rp 50 ribu per kilogramnya. Dibandingkan dengan bulan Januari hingga Maret harga cabai perkilogram menyetuh Rp 80-100 ribu di tingkat petani.

 

“Harga cabai turun karena pasokan cabai yang melimpah dari luar Bali. Selain itu di bulan April ini memang waktu musim panen. Sehingga mempengaruhi harga cabai,” kata Dewa Wimpie, dikonfirmasi Rabu (7/4).

 

Kendati harga cabai turun, Dewa Wimpie menyebut sebagai petani masih untung. Pasalnya biaya operasional tertutupi. Misalnya dalam 5 are luas areal lahan yang ditanami cabai hanya mengeluarkan biaya operasional sebesar Rp 1-1,5 juta. Itu untuk biaya pembelian pupuk dan perawatan. Sedangkan bibit cabai dibudidaya secara mandiri.

 

Untuk setiap tiga hari sekali panen cabai menghasilkan antara 15-20 kilogram. Artinya apa, jika dikalkulasi penghasilan mampu mencapai Rp 750 ribu sampai 1 juta per tiga hari dengan harga Rp50 ribu per kilogram. Dan panen cabai tidak hanya sekali tetapi berlanjutan.

 

“Ini yang saya katakan petani masih untung, meski keutungan tidak begitu banyak,” ungkapnya.        

Sementara itu Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Tabanan, I Gusti Nyoman Arya Wardana mengatakan harga cabai mulai turun sejak 2 April lalu. Jika sebelumnya harga cabai merah kecil kwalitas I senilai Rp 110 ribu. Saat ini turun menjadi Rp 70 ribu perkilogram.

 

Kemudian untuk harga cabai kwalitas II juga mengalami penurunan senilai Rp 35 ribu, yang sebelumnya menyeuh harga Rp 100 ribu.

 

Menurutnya, turunnya harga cabai ini disebabkan, karena pasokan cabai rawit dari luar Bali khususnya Jawa kini sudah masuk pengepul dan pedagang di pasar-pasar di Bali. Tidak hanya itu faktor lainnya, karena para petani di luar Bali sedangkan mengalami musim panen cabai.

 

“Sehingga itu yang membuat harga cabai turun jelang Hari Raya Galungan Kuningan dan jelang datang bulan Suci Ramadhan,” ungkapnya.  

 

Dia melanjutkan sesuai hasil pemantauan dan komunikasi dengan para pedagang di pasar. Penurunan harga cabai ini tidak secara drastis. Namun secara bertahap, setelah perlahan pasokan cabai di masing-masing pedagang pasar mulai terpenuhi.

 

“Kalau dulu kan cabai dari petani tidak bisa memenuhi kebutuhan di Bali. Begitu pula tidak ada cabai yang masuk ke Bali. Otomatis itu yang membuat harga cabai naik. Sekarang kan pasokan cabai banyak,” ujarnya.

 

Dia berharap dengan turunnya harga tersebut, mudah-mudah diikuti dengan turunya harga beberapa kebutuhan pokok lainnya. Seperti harga daging babi yang kini menyentuh Rp 80-90 ribu perkilogram.

 

“Kalau kebutuhan harga pokok lainnya masih stabil. Seperti beras, minyak dan kebutuhan pangan lainnya,” tandasnya.

TABANAN – Harga cabai memang sudah tiga bulan lebih tak terkendali. Tak heran membuat petani cabai ketiban untung berkali-kali lipat. Pasalnya harga cabai tembus ratusan ribu perkilogramnya.

 

Namun menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan yang juga bertepatan dengan datangnya bulan Suci Ramadan harga cabai perlahan mulai turun.  

 

Menurut salah satu petani asal Banjar Dinas Kembang Mertha, Desa Candi Kuning, Baturiti Tabanan Dewa Putu Wimpie Wardhiana, harga cabai di tingkat petani saat ini Rp 50 ribu per kilogramnya. Dibandingkan dengan bulan Januari hingga Maret harga cabai perkilogram menyetuh Rp 80-100 ribu di tingkat petani.

 

“Harga cabai turun karena pasokan cabai yang melimpah dari luar Bali. Selain itu di bulan April ini memang waktu musim panen. Sehingga mempengaruhi harga cabai,” kata Dewa Wimpie, dikonfirmasi Rabu (7/4).

 

Kendati harga cabai turun, Dewa Wimpie menyebut sebagai petani masih untung. Pasalnya biaya operasional tertutupi. Misalnya dalam 5 are luas areal lahan yang ditanami cabai hanya mengeluarkan biaya operasional sebesar Rp 1-1,5 juta. Itu untuk biaya pembelian pupuk dan perawatan. Sedangkan bibit cabai dibudidaya secara mandiri.

 

Untuk setiap tiga hari sekali panen cabai menghasilkan antara 15-20 kilogram. Artinya apa, jika dikalkulasi penghasilan mampu mencapai Rp 750 ribu sampai 1 juta per tiga hari dengan harga Rp50 ribu per kilogram. Dan panen cabai tidak hanya sekali tetapi berlanjutan.

 

“Ini yang saya katakan petani masih untung, meski keutungan tidak begitu banyak,” ungkapnya.        

Sementara itu Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Tabanan, I Gusti Nyoman Arya Wardana mengatakan harga cabai mulai turun sejak 2 April lalu. Jika sebelumnya harga cabai merah kecil kwalitas I senilai Rp 110 ribu. Saat ini turun menjadi Rp 70 ribu perkilogram.

 

Kemudian untuk harga cabai kwalitas II juga mengalami penurunan senilai Rp 35 ribu, yang sebelumnya menyeuh harga Rp 100 ribu.

 

Menurutnya, turunnya harga cabai ini disebabkan, karena pasokan cabai rawit dari luar Bali khususnya Jawa kini sudah masuk pengepul dan pedagang di pasar-pasar di Bali. Tidak hanya itu faktor lainnya, karena para petani di luar Bali sedangkan mengalami musim panen cabai.

 

“Sehingga itu yang membuat harga cabai turun jelang Hari Raya Galungan Kuningan dan jelang datang bulan Suci Ramadhan,” ungkapnya.  

 

Dia melanjutkan sesuai hasil pemantauan dan komunikasi dengan para pedagang di pasar. Penurunan harga cabai ini tidak secara drastis. Namun secara bertahap, setelah perlahan pasokan cabai di masing-masing pedagang pasar mulai terpenuhi.

 

“Kalau dulu kan cabai dari petani tidak bisa memenuhi kebutuhan di Bali. Begitu pula tidak ada cabai yang masuk ke Bali. Otomatis itu yang membuat harga cabai naik. Sekarang kan pasokan cabai banyak,” ujarnya.

 

Dia berharap dengan turunnya harga tersebut, mudah-mudah diikuti dengan turunya harga beberapa kebutuhan pokok lainnya. Seperti harga daging babi yang kini menyentuh Rp 80-90 ribu perkilogram.

 

“Kalau kebutuhan harga pokok lainnya masih stabil. Seperti beras, minyak dan kebutuhan pangan lainnya,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/