RadarBali.com – Tingginya harga garam sejak beberapa minggu lalu, ternyata tidak terlalu dinikmati para petani garam di Pantai Karang Dadi, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung.
Mendung yang sering menghiasi langit Klungkung bahkan hingga hujan deras, membuat para petani garam tidak bisa bekerja.
Salah seorang petani garam Pantai Karang Dadi, Dewa Ketut Candra, 75, di Pantai Karang Dadi, Selasa (8/8) menuturkan, sejak beberapa minggu belakangan ini garam yang diproduksinya ditawar para pengepul dengan harga yang cukup tinggi.
Jika biasanya harga garam yang dia jual berkisar Rp 10 ribu per 1,25 kilogram, sejak beberapa minggu ini, garam ditawar dengan harga Rp 20 ribu per 1,25 kilogram.
“Saya tidak pernah jual ke pasar karena sudah ada pengepul yang datang langsung,” ungkapnya. Sayangnya, tingginya harga garam tidak bisa dinikmati petani garam Klungkung.
Pasalnya akibat cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini, membuat hasil produksi garamnya hanya 10 kilogram per hari.
Berbeda dengan saat cuaca cerah yang produksi garamnya bisa mencapai 15 kilogram per hari. “Kalau musim hujan, saya tidak bisa produksi garam. Karena matahari yang buat air lautnya menjadi garam. Ini baru hari ini (kemarin, red) saya produksi garam lagi karena kemarin-kemarin hujan,” terangnya.
Dewa Ayu Candra yang merupakan istri dari Dewa Ketut Candra menambahkan, karena stok yang terbatas namun permintaan cukup tinggi, dia mengaku baru akan menjual garamnya ketika harga garam yang ditawarkan menggiurkan.
Wisatawan yang berkunjung ke tempat produksi garamnya untuk melihat proses produksi garam, dikatakannya kerap membeli garam dengan harga yang cukup tinggi, yaitu Rp 30 ribu per 1,25 kilogram.
“Kalau tidak menarik harganya, saya stok di gudang. Tidak rusak kalau disimpan, malahan tambah bagus karena lebih kering,” tandasnya.