28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 3:55 AM WIB

Penyakit Blas Resahkan Petani Bali, Serang Sawah di Tamblang

SINGARAJA – Serangan penyakit blas membuat petani di Subak Lanyahan, Desa Tamblang, resah. Hektaran sawah di subak tersebut, diserang penyakit yang disebabkan oleh jamur itu.

Akibatnya hektaran sawah terancam tak bisa memberikan hasil panen yang maksimal. Penyakit itu menyerang sejak sebulan lalu.

Penyakit ini memang tak menyerang seluruh lahan sawah di subak. Dari hasil pemetaan, lahan yang terserang penyakit mencapai 2,1 hektare dari areal subak seluas 30 hektare.

Jamur yang memicu penyakit blas, menyerang leher malai padi. Akibatnya leher malai menjadi busuk bahkan patah.

Pada padi dengan leher malai yang membusuk, pengisian padi menjadi terhambat. Kalau toh bulir padi muncul, bulirnya bisa hampa.

Kepala Dinas Pertanian Buleleng Nyoman Genep yang dikonfirmasi kemarin, tak memungkiri hal tersebut. Genep mengaku dirinya sudah sempat mendatangi subak tersebut.

Dari dugaan sementara, penyakit kemungkinan menyerang padi karena pengaruh cuaca. Sehingga jamur mudah berkembang.

Genep menyatakan telah meminta Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) menangani masalah tersebut dengan perlakuan khusus.

“Serangannya tidak menyeluruh. Di satu petak ada sedikit, petak lain ada sedikit. Kalau ditotal ada 2,1 hektare.

Kami sudah sempat datang ke sana. Kami harap petani bisa memertahankan sisanya. Karena sebentar lagi kan panen,” kata Genep.

Lebih lanjut Genep mengatakan, dirinya sudah berupaya agar para petani di Subak Lanyahan mendapat kompensasi.

Mengingat para petani sudah mengikuti program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Sayangnya tidak semua petani yang bisa mendapat kompensasi.

“Hanya ada lima petani yang memenuhi syarat. Total luas lahannya itu 50 are. Sesuai persyaratan, yang bisa mendapat

klaim asuransi itu yang kerusakan lahannya minimal 75 persen. Kami sudah verifikasi, yang memenuhi syarat hanya 50 are itu saja,” kata Genep.

Sementara untuk lahan pertanian lainnya, tidak akan mendapat kompensasi. Meski begitu, Genep optimistis hal itu tak memberikan dampak besar pada petani yang lahannya diserang penyakit. Sebab serangan terjadi secara terbatas.

SINGARAJA – Serangan penyakit blas membuat petani di Subak Lanyahan, Desa Tamblang, resah. Hektaran sawah di subak tersebut, diserang penyakit yang disebabkan oleh jamur itu.

Akibatnya hektaran sawah terancam tak bisa memberikan hasil panen yang maksimal. Penyakit itu menyerang sejak sebulan lalu.

Penyakit ini memang tak menyerang seluruh lahan sawah di subak. Dari hasil pemetaan, lahan yang terserang penyakit mencapai 2,1 hektare dari areal subak seluas 30 hektare.

Jamur yang memicu penyakit blas, menyerang leher malai padi. Akibatnya leher malai menjadi busuk bahkan patah.

Pada padi dengan leher malai yang membusuk, pengisian padi menjadi terhambat. Kalau toh bulir padi muncul, bulirnya bisa hampa.

Kepala Dinas Pertanian Buleleng Nyoman Genep yang dikonfirmasi kemarin, tak memungkiri hal tersebut. Genep mengaku dirinya sudah sempat mendatangi subak tersebut.

Dari dugaan sementara, penyakit kemungkinan menyerang padi karena pengaruh cuaca. Sehingga jamur mudah berkembang.

Genep menyatakan telah meminta Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) menangani masalah tersebut dengan perlakuan khusus.

“Serangannya tidak menyeluruh. Di satu petak ada sedikit, petak lain ada sedikit. Kalau ditotal ada 2,1 hektare.

Kami sudah sempat datang ke sana. Kami harap petani bisa memertahankan sisanya. Karena sebentar lagi kan panen,” kata Genep.

Lebih lanjut Genep mengatakan, dirinya sudah berupaya agar para petani di Subak Lanyahan mendapat kompensasi.

Mengingat para petani sudah mengikuti program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Sayangnya tidak semua petani yang bisa mendapat kompensasi.

“Hanya ada lima petani yang memenuhi syarat. Total luas lahannya itu 50 are. Sesuai persyaratan, yang bisa mendapat

klaim asuransi itu yang kerusakan lahannya minimal 75 persen. Kami sudah verifikasi, yang memenuhi syarat hanya 50 are itu saja,” kata Genep.

Sementara untuk lahan pertanian lainnya, tidak akan mendapat kompensasi. Meski begitu, Genep optimistis hal itu tak memberikan dampak besar pada petani yang lahannya diserang penyakit. Sebab serangan terjadi secara terbatas.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/