28.1 C
Jakarta
22 November 2024, 19:34 PM WIB

Paling Murah di Bali, Bupati Suwirta Tidak Ikut Gratiskan Tagihan Air

SEMARAPURA – Dampak pandemic corona virus disease (Covid-19) terhadap perekonomian masyarakat sangat luar biasa.

Bagaimana tidak, Covid-19 telah membuat puluhan ribu masyarakat Klungkung di rumahkan, bahkan ratusan orang di PHK.

Meski begitu, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta sampai saat ini tidak berencana mengikuti pemimpin daerah lainnya di Bali

yang memberikan potongan bahkan menggratiskan tagihan air yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Menurut Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, PDAM Tirta Mahottama Kabupaten Klungkung sudah beberapa tahun ini tidak menaikan tarif airnya.

Bahkan tarif air PDAM Klungkung disebut-sebut sebagai yang paling murah di Bali. Bila pelanggan PDAM Klungkung diberikan diskon atau gratis, dia khawatir perusahaan daerah itu tidak bisa beroperasi dengan baik.

Sebab dengan tarif saat ini saja dia mengaku PDAM Klungkung sudah mengencangkan ikat pinggang.

“Kalau digratiskan, takutnya PDAM Klungkung tidak bisa melakukan perbaikan jaringan air bila ada yang rusak,” katanya.

Dibeberkannya, PDAM Tirta Mahottama Kabupaten Klungkung setiap tahun mengajukan untuk melakukan penyesuaian tarif.

Namun, sama seperti tahun sebelum-sebelumnya, dia selalu menolaknya. Belum bisa melayani masyarakat Klungkung dengan baik merupakan alasannya tidak merestui penyesuaian tarif itu.

“Penyesuaian tarif baru akan dia setujui bila pelayanan PDAM Klungkung sudah memuaskan. Kalau sekarang kan belum. Masih ada masyarakat yang sudah terpasang rekening air namun tidak keluar air,” tandasnya.

Sebelumnya Direktur PDAM Tirta Mahottama Kabupaten Klungkung, Nyoman Renin Suyasa, mengungkapkan, terakhir kali PDAM Klungkung melakukan penyesuaian tarif pada tahun 2009.

Hingga akhirnya berdasarkan audit dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tahun 2018 menyatakan,

tarif dasar air minum PDAM Klungkung belum Full Cost Recovery (FCR) atau tidak memiliki nilai ekonomi karena belum dapat menutup biaya produksi.

Berdasar data keuangan tahun 2018, untuk rata-rata harga jual air itu sebesar Rp 3.333 per meter kubik. Sedangkan harga pokok air Rp 4.037 per meter kubik.

“Sehingga selisih harga pokok produksi dengan harga jual itu sekitar Rp 704 per meter kubik. Sehingga kami harus melakukan efisiensi terhadap berbagai hal,” katanya.

Jika dibandingkan dengan harga produksi tahun 2017 yang sekitar Rp 3. 820 per meter kubik, harga produksi tahun 2018 mengalami peningkatan hingga Rp 217 per meter kubik.

Hal itu lantaran PDAM Klungkung yang sebelumnya menerapkan sistem gravitasi pada pipa penyuplai dari

sumber air di wilayah Kecamatan Rendang, Karangasem, kini beralih ke sistem perpompaan yang membutuhkan tenaga listrik.

Sehingga PDAM Klungkung yang biasanya membayar listrik sekitar Rp 400 juta per bulan, kini rata-rata sekitar Rp 700 juta per bulan.

“Kami mengubah sistem dari gravitasi ke perpompaan lantaran pipa kami terkena dampak erupsi. Jadi, penyuplaian air dari sumber mata air didominasi dengan sistem

perpompaan sebanyak 22 sumber mata air. Sementara yang menggunakan sistem gravitasi hanya sebanyak 7 sumber mata air,” bebernya. 

SEMARAPURA – Dampak pandemic corona virus disease (Covid-19) terhadap perekonomian masyarakat sangat luar biasa.

Bagaimana tidak, Covid-19 telah membuat puluhan ribu masyarakat Klungkung di rumahkan, bahkan ratusan orang di PHK.

Meski begitu, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta sampai saat ini tidak berencana mengikuti pemimpin daerah lainnya di Bali

yang memberikan potongan bahkan menggratiskan tagihan air yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Menurut Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, PDAM Tirta Mahottama Kabupaten Klungkung sudah beberapa tahun ini tidak menaikan tarif airnya.

Bahkan tarif air PDAM Klungkung disebut-sebut sebagai yang paling murah di Bali. Bila pelanggan PDAM Klungkung diberikan diskon atau gratis, dia khawatir perusahaan daerah itu tidak bisa beroperasi dengan baik.

Sebab dengan tarif saat ini saja dia mengaku PDAM Klungkung sudah mengencangkan ikat pinggang.

“Kalau digratiskan, takutnya PDAM Klungkung tidak bisa melakukan perbaikan jaringan air bila ada yang rusak,” katanya.

Dibeberkannya, PDAM Tirta Mahottama Kabupaten Klungkung setiap tahun mengajukan untuk melakukan penyesuaian tarif.

Namun, sama seperti tahun sebelum-sebelumnya, dia selalu menolaknya. Belum bisa melayani masyarakat Klungkung dengan baik merupakan alasannya tidak merestui penyesuaian tarif itu.

“Penyesuaian tarif baru akan dia setujui bila pelayanan PDAM Klungkung sudah memuaskan. Kalau sekarang kan belum. Masih ada masyarakat yang sudah terpasang rekening air namun tidak keluar air,” tandasnya.

Sebelumnya Direktur PDAM Tirta Mahottama Kabupaten Klungkung, Nyoman Renin Suyasa, mengungkapkan, terakhir kali PDAM Klungkung melakukan penyesuaian tarif pada tahun 2009.

Hingga akhirnya berdasarkan audit dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tahun 2018 menyatakan,

tarif dasar air minum PDAM Klungkung belum Full Cost Recovery (FCR) atau tidak memiliki nilai ekonomi karena belum dapat menutup biaya produksi.

Berdasar data keuangan tahun 2018, untuk rata-rata harga jual air itu sebesar Rp 3.333 per meter kubik. Sedangkan harga pokok air Rp 4.037 per meter kubik.

“Sehingga selisih harga pokok produksi dengan harga jual itu sekitar Rp 704 per meter kubik. Sehingga kami harus melakukan efisiensi terhadap berbagai hal,” katanya.

Jika dibandingkan dengan harga produksi tahun 2017 yang sekitar Rp 3. 820 per meter kubik, harga produksi tahun 2018 mengalami peningkatan hingga Rp 217 per meter kubik.

Hal itu lantaran PDAM Klungkung yang sebelumnya menerapkan sistem gravitasi pada pipa penyuplai dari

sumber air di wilayah Kecamatan Rendang, Karangasem, kini beralih ke sistem perpompaan yang membutuhkan tenaga listrik.

Sehingga PDAM Klungkung yang biasanya membayar listrik sekitar Rp 400 juta per bulan, kini rata-rata sekitar Rp 700 juta per bulan.

“Kami mengubah sistem dari gravitasi ke perpompaan lantaran pipa kami terkena dampak erupsi. Jadi, penyuplaian air dari sumber mata air didominasi dengan sistem

perpompaan sebanyak 22 sumber mata air. Sementara yang menggunakan sistem gravitasi hanya sebanyak 7 sumber mata air,” bebernya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/