29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:34 AM WIB

Harga Menjanjikan, Desa Panji Anom Buleleng Kembangkan Padi Ketan

SUKASADA – Penggunaan dana desa seharusnya tetap melihat potensi desa yang dimiliki. Tidak melulu penggunaan dana desa terfokus pada sektor infrastruktur desa.

Seperti pengerjaan rabat, beton, jalan desa dan kegiatan fisik lainnya. Sehingga sektor perekonomian di desa dapat berjalan.

Sebagai contoh di Desa Panji Anom, Sukasada, Buleleng. Karena lebih banyak masyarakatnya bermata pencarian sebagai petani dan luas wilayahnya lahan tanah basah, pihak desa mewajibkan petani setempat menanam padi ketan dan injin.

Perbekel Panji Anom I Made Gina menjelaskan, terobasan baru untuk para kelian subak ini diberlakukan sejak tahun 2017 lalu.

Dasarnya karena desa melihat potensi wilayah yang ada. Dengan luas pertanian sekitar 250 hektare dan perkebunan 181 hektare.

“Sehingga kami arahkan program dana desa yang menyentuh pada masyarakat. Kelian desa subak minta tanam padi ketan dan padi injin. Akhirnya mereka menyetujui dan mensosialisikan kepada para petani,” ungkapnya.

Setiap satu anggota petani yang memiliki 0,5 hektar atau 1 hektare lahan pertanian mereka, harus menyisihkan sebesar 4 sampai 5 are lahan pertanian untuk di tanami padi ketan dan padi injin.

Sisanya padi beras. Sebelum dilakukan penanaman pihaknya beberapa kali menguji coba terlebih dahulu varietas padi ketan dan injin yang bisa dipanen dalam waktu 3-4 bulan itu.

“Dari APBDes desa kami membantu pembelian bibit padi ketan dan injin masing-masing subak senilai Rp 2 juta untuk pembibitan saja dan bantuan bibit dilakukan setiap tahunnya,” kata Made Gina.

Menurut Made Gina, penanaman  padi ketan dan padi injin ini diberlakukan di enam subak basah. Yakni Subak Pancoran, Lebah Siung, Batu Puluh Atas, Batu PuluhBawah, Puncak Landep, dan Subak Cempaka.

“Selain itu mengapa kami jadikan ketan dan injin di desa harus ditanam, mengingat mengalami kelangkaan.

Kemudian kebutuhan akan ketan injin tetap dibutuhkan oleh masyarakat. Karena menjadi bahan baku oleh makanan dan jajan sehari-hari masyarakat,” terangnya.

Dalam 4-5 are lahan padi ketan dan injin mampu menghasilkan 50 sampai 75 kilogram ketan dan injin. Kalau untuk 1 hektar hasilnya mencapai 5 sampai 6 ton.

Hasil dari padi dan ketan dijual kepada BUMDes dan BUMDes menjual perkilogramnya sebesar Rp 25 ribu rupiah. “Untuk produk kemasan belum kami miliki, rencana akan mengarah kesana,” pungkasnya. 

SUKASADA – Penggunaan dana desa seharusnya tetap melihat potensi desa yang dimiliki. Tidak melulu penggunaan dana desa terfokus pada sektor infrastruktur desa.

Seperti pengerjaan rabat, beton, jalan desa dan kegiatan fisik lainnya. Sehingga sektor perekonomian di desa dapat berjalan.

Sebagai contoh di Desa Panji Anom, Sukasada, Buleleng. Karena lebih banyak masyarakatnya bermata pencarian sebagai petani dan luas wilayahnya lahan tanah basah, pihak desa mewajibkan petani setempat menanam padi ketan dan injin.

Perbekel Panji Anom I Made Gina menjelaskan, terobasan baru untuk para kelian subak ini diberlakukan sejak tahun 2017 lalu.

Dasarnya karena desa melihat potensi wilayah yang ada. Dengan luas pertanian sekitar 250 hektare dan perkebunan 181 hektare.

“Sehingga kami arahkan program dana desa yang menyentuh pada masyarakat. Kelian desa subak minta tanam padi ketan dan padi injin. Akhirnya mereka menyetujui dan mensosialisikan kepada para petani,” ungkapnya.

Setiap satu anggota petani yang memiliki 0,5 hektar atau 1 hektare lahan pertanian mereka, harus menyisihkan sebesar 4 sampai 5 are lahan pertanian untuk di tanami padi ketan dan padi injin.

Sisanya padi beras. Sebelum dilakukan penanaman pihaknya beberapa kali menguji coba terlebih dahulu varietas padi ketan dan injin yang bisa dipanen dalam waktu 3-4 bulan itu.

“Dari APBDes desa kami membantu pembelian bibit padi ketan dan injin masing-masing subak senilai Rp 2 juta untuk pembibitan saja dan bantuan bibit dilakukan setiap tahunnya,” kata Made Gina.

Menurut Made Gina, penanaman  padi ketan dan padi injin ini diberlakukan di enam subak basah. Yakni Subak Pancoran, Lebah Siung, Batu Puluh Atas, Batu PuluhBawah, Puncak Landep, dan Subak Cempaka.

“Selain itu mengapa kami jadikan ketan dan injin di desa harus ditanam, mengingat mengalami kelangkaan.

Kemudian kebutuhan akan ketan injin tetap dibutuhkan oleh masyarakat. Karena menjadi bahan baku oleh makanan dan jajan sehari-hari masyarakat,” terangnya.

Dalam 4-5 are lahan padi ketan dan injin mampu menghasilkan 50 sampai 75 kilogram ketan dan injin. Kalau untuk 1 hektar hasilnya mencapai 5 sampai 6 ton.

Hasil dari padi dan ketan dijual kepada BUMDes dan BUMDes menjual perkilogramnya sebesar Rp 25 ribu rupiah. “Untuk produk kemasan belum kami miliki, rencana akan mengarah kesana,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/