31.2 C
Jakarta
13 September 2024, 14:50 PM WIB

Tanggul Hilang, Abrasi Kian Parah, Begini Curhat Jro Mangku Dharma

SEMARAPURA – Abrasi yang terjadi di Pantai Karangdadi, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan semakin menjadi-jadi.

Saking dahsyatnya abrasi di pantai tersebut, tidak hanya merusak sejumlah bangunan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kusamba, namun juga tanggul pemecah ombak,

jalan aspal, bahkan para pedagang yang berjualan di pesisir pantai sudah beberapa kali berpindah lokasi agar tidak terhantam ombak.

Saat Jawa Pos Radar Bali mengunjungi Pantai Karangdadi, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, kemarin,

tanggul pemecah ombak yang seharusnya berfungsi memecah ombak sebagai upaya menekan laju abrasi malah sudah tenggelam.

Tidak heran bila satu bangunan PPI lenyap, dan satu lagi sudah rusak parah. Tidak sampai di sana, jalan beraspal menuju pantai pun amblas.

Kondisi itu tentunya membuat pedagang yang berjualan di pesisir pantai was-was sehingga tidak heran bila mereka sudah beberapa kali pindah lokasi semakin ke utara.

Jro Mangku Dharma, salah seorang warga asal Desa Kusamba yang sehari-harinya berjualan di Pantai Karangdadi saat ditemui di warungnya, menuturkan, ombak besar mulai terjadi di pantai itu sejak empat hari yang lalu.

Meski baru terjadi empat hari yang lalu, dia mengaku sudah melakukan langkah antisipasi dengan memindahkan warungnya yang terbuat dari rangkaian kayu dan gedek itu sejak sebulan yang lalu.

“Saya sudah pindahkan warung saya sejak sebulan yang lalu. Kalau tidak begitu, sudah habis warung saya dihantam ombak.

Saking besarnya ombak beberapa hari ini, warung saya yang sudah pindah jauh ke utara saja hampir kena ombak,” ungkapnya.

Berjualan sejak tahun 2006, dia mengaku sudah cukup mahir membaca kondisi ombak di pantai itu. Tidak heran bila sebelum ombak tersebut berhasil menyapu warungnya, sudah jauh-jauh hari warungnya dipindahkan.

“Ini sudah keempat kalinya saya pindahkan warung. Mulai bulan-bulan ini, ombaknya akan semakin besar. Kemungkinan sebulan lagi saya kembali memindahkan warung saya jauh ke utara,” ujarnya.

Meski terus dibayang-bayangi besarnya deburan ombak yang waktu-waktu bisa menghantam warungnya, dia mengaku masih tetap ingin berjualan di tempat itu.

Sebab penghasilan yang dia peroleh dengan berjualan di pinggir pantai cukup lumayan, yakni rata-rata Rp 500 ribu per hari.

Omzet sebesar itu dia bisa raup lantaran Pantai Karangdadi merupakan salah satu pantai yang banyak dikunjungi para pemancing.

“Yang memancing di sini lumayan banyak. Tidak hanya warga di sekitar sini. Pemancing asal Bangli dan Gianyar, juga banyak yang ke sini,” katanya.

Hanya saja sejak virus corona mewabah dan ada larangan warga luar Klungkung memancing di pantai itu, dia mengaku penjualannya menurun drastis.

Jangan Rp 500 ribu per hari, omzet Rp 50 ribu per hari saja sulit didapatkannya. “Sampai siang ini saja saya baru dapat jualan Rp 5 ribu. Kalau buka warung, penjualan tidak seberapa.

Kalau tidak buka, ada perasaan tidak nyaman karena sudah terbiasa. Jadi saya buka saja warungnya. Semoga virus ini cepat hilang,” harapnya.

SEMARAPURA – Abrasi yang terjadi di Pantai Karangdadi, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan semakin menjadi-jadi.

Saking dahsyatnya abrasi di pantai tersebut, tidak hanya merusak sejumlah bangunan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kusamba, namun juga tanggul pemecah ombak,

jalan aspal, bahkan para pedagang yang berjualan di pesisir pantai sudah beberapa kali berpindah lokasi agar tidak terhantam ombak.

Saat Jawa Pos Radar Bali mengunjungi Pantai Karangdadi, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, kemarin,

tanggul pemecah ombak yang seharusnya berfungsi memecah ombak sebagai upaya menekan laju abrasi malah sudah tenggelam.

Tidak heran bila satu bangunan PPI lenyap, dan satu lagi sudah rusak parah. Tidak sampai di sana, jalan beraspal menuju pantai pun amblas.

Kondisi itu tentunya membuat pedagang yang berjualan di pesisir pantai was-was sehingga tidak heran bila mereka sudah beberapa kali pindah lokasi semakin ke utara.

Jro Mangku Dharma, salah seorang warga asal Desa Kusamba yang sehari-harinya berjualan di Pantai Karangdadi saat ditemui di warungnya, menuturkan, ombak besar mulai terjadi di pantai itu sejak empat hari yang lalu.

Meski baru terjadi empat hari yang lalu, dia mengaku sudah melakukan langkah antisipasi dengan memindahkan warungnya yang terbuat dari rangkaian kayu dan gedek itu sejak sebulan yang lalu.

“Saya sudah pindahkan warung saya sejak sebulan yang lalu. Kalau tidak begitu, sudah habis warung saya dihantam ombak.

Saking besarnya ombak beberapa hari ini, warung saya yang sudah pindah jauh ke utara saja hampir kena ombak,” ungkapnya.

Berjualan sejak tahun 2006, dia mengaku sudah cukup mahir membaca kondisi ombak di pantai itu. Tidak heran bila sebelum ombak tersebut berhasil menyapu warungnya, sudah jauh-jauh hari warungnya dipindahkan.

“Ini sudah keempat kalinya saya pindahkan warung. Mulai bulan-bulan ini, ombaknya akan semakin besar. Kemungkinan sebulan lagi saya kembali memindahkan warung saya jauh ke utara,” ujarnya.

Meski terus dibayang-bayangi besarnya deburan ombak yang waktu-waktu bisa menghantam warungnya, dia mengaku masih tetap ingin berjualan di tempat itu.

Sebab penghasilan yang dia peroleh dengan berjualan di pinggir pantai cukup lumayan, yakni rata-rata Rp 500 ribu per hari.

Omzet sebesar itu dia bisa raup lantaran Pantai Karangdadi merupakan salah satu pantai yang banyak dikunjungi para pemancing.

“Yang memancing di sini lumayan banyak. Tidak hanya warga di sekitar sini. Pemancing asal Bangli dan Gianyar, juga banyak yang ke sini,” katanya.

Hanya saja sejak virus corona mewabah dan ada larangan warga luar Klungkung memancing di pantai itu, dia mengaku penjualannya menurun drastis.

Jangan Rp 500 ribu per hari, omzet Rp 50 ribu per hari saja sulit didapatkannya. “Sampai siang ini saja saya baru dapat jualan Rp 5 ribu. Kalau buka warung, penjualan tidak seberapa.

Kalau tidak buka, ada perasaan tidak nyaman karena sudah terbiasa. Jadi saya buka saja warungnya. Semoga virus ini cepat hilang,” harapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/