26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 3:25 AM WIB

Penyaluran Kredit di Bali Tak Maksimal, Ini Penyebab Utamanya…

DENPASAR – Penyaluran kredit di Bali pada Maret tahun ini tercatat tumbuh 5,32 persen dengan nilai mencapai Rp 83 miliar (yoy).

Penyaluran kredit terbesar berdasar wilayah, yakni Denpasar 54,59 persen, Badung 14,32 persen dan Buleleng 8,39 persen. Namun penyaluran pada bulan Maret tahun diklaim belum maksimal.

Menurut Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 8 Bali-Nusa Tenggara Hizbullah, penyaluran kredit dengan tingkat pertumbuhan 5,32 persen tersebut kurang cukup untuk menggerakkan perekonomian.

Idealnya, kata dia, pertumbuhan kredit tumbuh di atas 6 persen. “Perbankan itu sebetulnya punya likuiditas yang cukup untuk menyalurkan kredit ke sektor riil. Cuma sektor riilnya kurang jalan sekarang,” ujarnya.

Dia memprediksi lemahnya penyaluran kredit dilatarbelakangi beberapa faktor. Beberapa di antaranya dampak erupsi Gunung Agung,

penurunan wisatawan yang masuk ke Bali hingga pengaruh pertumbuhan ekonomi secara nasional yang masih rendah.

“Makanya pada Maret itu, dana masyarakat di atas 8 persen, asetnya juga sama. Artinya sebagian dana itu tidak tersalur ke kredit. Supaya ekonomi bergerak,” jelas Hizbullah.

Lebih lanjut Hizbullah mengungkapkan, sektor riil itu kalau di Bali yang banyak menyerap kredit terjadi pada usaha seperti hotel, bangunan hotel, properti, UKM, dan pertanian.

Ketika dana masyarakat tidak tersalurkan ke kredit, oleh bank dana ini ditempatkan di beberapa sektor lain. Seperti surat berharga dan pasar uang.

“Perbankan mau menyalurkan, tapi nasabah nggak ada. Mungkin, kreditur masih wait and see.Bisa jadi melihat kondisi, karena tahun ini tahun politik jadi ada kekhawatiran,” pungkasnya

DENPASAR – Penyaluran kredit di Bali pada Maret tahun ini tercatat tumbuh 5,32 persen dengan nilai mencapai Rp 83 miliar (yoy).

Penyaluran kredit terbesar berdasar wilayah, yakni Denpasar 54,59 persen, Badung 14,32 persen dan Buleleng 8,39 persen. Namun penyaluran pada bulan Maret tahun diklaim belum maksimal.

Menurut Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 8 Bali-Nusa Tenggara Hizbullah, penyaluran kredit dengan tingkat pertumbuhan 5,32 persen tersebut kurang cukup untuk menggerakkan perekonomian.

Idealnya, kata dia, pertumbuhan kredit tumbuh di atas 6 persen. “Perbankan itu sebetulnya punya likuiditas yang cukup untuk menyalurkan kredit ke sektor riil. Cuma sektor riilnya kurang jalan sekarang,” ujarnya.

Dia memprediksi lemahnya penyaluran kredit dilatarbelakangi beberapa faktor. Beberapa di antaranya dampak erupsi Gunung Agung,

penurunan wisatawan yang masuk ke Bali hingga pengaruh pertumbuhan ekonomi secara nasional yang masih rendah.

“Makanya pada Maret itu, dana masyarakat di atas 8 persen, asetnya juga sama. Artinya sebagian dana itu tidak tersalur ke kredit. Supaya ekonomi bergerak,” jelas Hizbullah.

Lebih lanjut Hizbullah mengungkapkan, sektor riil itu kalau di Bali yang banyak menyerap kredit terjadi pada usaha seperti hotel, bangunan hotel, properti, UKM, dan pertanian.

Ketika dana masyarakat tidak tersalurkan ke kredit, oleh bank dana ini ditempatkan di beberapa sektor lain. Seperti surat berharga dan pasar uang.

“Perbankan mau menyalurkan, tapi nasabah nggak ada. Mungkin, kreditur masih wait and see.Bisa jadi melihat kondisi, karena tahun ini tahun politik jadi ada kekhawatiran,” pungkasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/