28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 6:31 AM WIB

Selamat Sampai Puncak Gunung Agung Karena Kuasai Tujuh Ilmu Sastra

Misi Jro Mangku Mokoh atau Ketut Artha naik ke puncak Gunung Agung belum selesai. Dia akan mendaki lagi karena benang tridatu belum semuanya diambil.

 

 

WAYAN PUTRA, Amlapura

JRO Mangku Mokoh bertekad menyelesaikan misinya naik kembali ke puncak Gunung Agung. Dia akan menggenapinya sepuluh kali. 

Misi terakhir untuk menuntaskan ritual sebagai kewajibannya. Pria tiga anak ini berencana akan naik pada Buda Manis Dukut atau Buda Pon sekitar dua bulan mendatang.

Misi kali ini adalah untuk mengambil semua benang tri datu yang dia simpan di puncak Gunung Agung.

Karena keberaniannya mendaki di tengah erupsi, beberapa kalangan menilai Mangku Mokoh ini punya ilmu linuih atau kesaktian.

Ada juga yang mengatakan kalau Mangku Mokoh menguasai Kandapat sehingga bisa memecah raga. Yaitu, raga yang satunya masih tinggal dan satunya yang naik ke puncak.

Benarkah? Mangku Mokoh sendiri langsung membantah semua itu. Dirinya mengaku tidak punya ilmu kesaktian.

Ini dia lakukan dengan niat tulus untuk ngayah melakukan ritual sesuai dengan disebutkan dalam lontar yang dibaca.

Kebetulan selama ini yang menjadi pegangannya adalah ilmu tujuh sastra. Dirinya yakin akan selamat saat naik ke puncak Gunung Agung karena apa yang dilakukan semata – mata untuk ngayah kepada Ida Betara Giri Tolangkir.

Sebelum naik dirinya memang acap melakukan persembahyangan di Pura Tap Sai. Bahkan, saat kembali disambut bak pahlawan oleh warga Dusun Pura Gae.

Menurut Mangku Mokoh, sekali pun naik dari sisi utara namun dia bisa melihat Pura Pasar Agung Giri Tolangkir Selat terlihat dengan jelas.

Ini karena pemandangan dari atas cukup terang karena pohon – pohon di lereng Gunung Agung yang selama ini menghalanginya sudah kering dan merangas.

“Saat ini Pura Pasar Agung terlihat jelas dari puncak,” akunya. Saat naik terakhir pada 24 Desember lalu, dia mengaku tidak menemukan hewan – hewan di atas Gunung Agung.

Beda saat mendaki pada 13 Desember lalu masih menemukan kera yang berkeliaran di lereng gunung. Ditanya soal lontar tujuh sastra diakui memang warisan dari orang tuanya.

Khususnya soal dewasa ayu. Tentang kemungkinan letusan besar Mangku Mokoh mengatakan letusan akan terjadi namun tidak bisa besar. Ini menurutnya, karena material yang ada di kawah Gunung Agung memang sedikit.

Saat naik, Mangku Mokoh memang selalu mengajak orang lain. Bahkan, pernah rombongan berjumlah 11 orang dan semuanya bisa mencapai puncak.

Diakui pula, saat ini puncak Gunung Agung seluruhnya sudah tertutup debu atau abu. Ada juga longsor di beberapa sisi yakni sisi selatan dan utara. Hanya sisi barat dan timur yang masih utuh.

Mangku Mokoh juga menjelaskan kalau Tukad Yeh Sah memang hulunya ada di Gunung Agung. Bahkan, Tukad Yeh Sah sendiri merupakan campuran tujuh sungai yang ada di Puncak Gunung Agung.

Karena itu tukad ini memang akan menjadi salah satu aliran material lahar kalau terjadi erupsi. Sementara tukad lainnya termasuk Tukad Panti yang melintas di Dusun Tukad Sabuh hanya satu alur.

Karena kiprahnya tersebut Mangku Mokoh mengakui kerap ditemui para pejabat dari PVMBG untuk diajak diskusi terkait perkembangan Gunung Agung.

Khususnya pengalamannya mendaki dan mengamati langsung erupsi. Wayan Wenten, sang adik mengaku punya pengalaman unik saat sang kakaknya naik pada 13 Desember lalu.

Wenten sendiri mengaku sempat menyusul kakaknya untuk naik ke puncak. Namun, sayang gagal mencapai puncak karena kehilangan jejak.

“Awalnya saya temukan jejak kakak saya namun sampai di madya tiba-tiba hilang,” ujarnya. Wenten sendiri langsung menghubungi kakaknya dengan ponsel.

Bahkan, keduanya sempat komunikasi.  Sang kakak meminta Wenten untuk melihat sinar lampu senter yang sengaja diarahkan ke lereng gunung sebagai petunjuk.

Namun, tetap saja Wenten tidak melihat apa – apa. Karena sudah dini hari sekitar jam 02.00 dia memilih  putar haluan pulang ke Pura Gae.

Wenten sendiri mengaku sempat waswas karena sang kakak naik saat gunung sedang bergejolak. Mangku Mokoh sendiri mengaku acap naik lewat jalur utara atau Desa Ban.

Alasanya karena lokasi itu cukup dikenal. Selaian itu lewat jalur ini dia mengaku bisa sembahyang di tujuh titik yang dia sudah tandai. Jalur lainnya belum pernah dicobanya.

Mangku justru tertantang mendaki di saat Gunung Agung dalam status Awas. Saat naik 13 Desembe lalu, sempat mengambil beberapa foto dengan kamera ponsel dan video.

Sementara saat naik 24 Desember lalu dirinya mengaku tidak sempat melakukan dokumentasi dengan baik. 

Misi Jro Mangku Mokoh atau Ketut Artha naik ke puncak Gunung Agung belum selesai. Dia akan mendaki lagi karena benang tridatu belum semuanya diambil.

 

 

WAYAN PUTRA, Amlapura

JRO Mangku Mokoh bertekad menyelesaikan misinya naik kembali ke puncak Gunung Agung. Dia akan menggenapinya sepuluh kali. 

Misi terakhir untuk menuntaskan ritual sebagai kewajibannya. Pria tiga anak ini berencana akan naik pada Buda Manis Dukut atau Buda Pon sekitar dua bulan mendatang.

Misi kali ini adalah untuk mengambil semua benang tri datu yang dia simpan di puncak Gunung Agung.

Karena keberaniannya mendaki di tengah erupsi, beberapa kalangan menilai Mangku Mokoh ini punya ilmu linuih atau kesaktian.

Ada juga yang mengatakan kalau Mangku Mokoh menguasai Kandapat sehingga bisa memecah raga. Yaitu, raga yang satunya masih tinggal dan satunya yang naik ke puncak.

Benarkah? Mangku Mokoh sendiri langsung membantah semua itu. Dirinya mengaku tidak punya ilmu kesaktian.

Ini dia lakukan dengan niat tulus untuk ngayah melakukan ritual sesuai dengan disebutkan dalam lontar yang dibaca.

Kebetulan selama ini yang menjadi pegangannya adalah ilmu tujuh sastra. Dirinya yakin akan selamat saat naik ke puncak Gunung Agung karena apa yang dilakukan semata – mata untuk ngayah kepada Ida Betara Giri Tolangkir.

Sebelum naik dirinya memang acap melakukan persembahyangan di Pura Tap Sai. Bahkan, saat kembali disambut bak pahlawan oleh warga Dusun Pura Gae.

Menurut Mangku Mokoh, sekali pun naik dari sisi utara namun dia bisa melihat Pura Pasar Agung Giri Tolangkir Selat terlihat dengan jelas.

Ini karena pemandangan dari atas cukup terang karena pohon – pohon di lereng Gunung Agung yang selama ini menghalanginya sudah kering dan merangas.

“Saat ini Pura Pasar Agung terlihat jelas dari puncak,” akunya. Saat naik terakhir pada 24 Desember lalu, dia mengaku tidak menemukan hewan – hewan di atas Gunung Agung.

Beda saat mendaki pada 13 Desember lalu masih menemukan kera yang berkeliaran di lereng gunung. Ditanya soal lontar tujuh sastra diakui memang warisan dari orang tuanya.

Khususnya soal dewasa ayu. Tentang kemungkinan letusan besar Mangku Mokoh mengatakan letusan akan terjadi namun tidak bisa besar. Ini menurutnya, karena material yang ada di kawah Gunung Agung memang sedikit.

Saat naik, Mangku Mokoh memang selalu mengajak orang lain. Bahkan, pernah rombongan berjumlah 11 orang dan semuanya bisa mencapai puncak.

Diakui pula, saat ini puncak Gunung Agung seluruhnya sudah tertutup debu atau abu. Ada juga longsor di beberapa sisi yakni sisi selatan dan utara. Hanya sisi barat dan timur yang masih utuh.

Mangku Mokoh juga menjelaskan kalau Tukad Yeh Sah memang hulunya ada di Gunung Agung. Bahkan, Tukad Yeh Sah sendiri merupakan campuran tujuh sungai yang ada di Puncak Gunung Agung.

Karena itu tukad ini memang akan menjadi salah satu aliran material lahar kalau terjadi erupsi. Sementara tukad lainnya termasuk Tukad Panti yang melintas di Dusun Tukad Sabuh hanya satu alur.

Karena kiprahnya tersebut Mangku Mokoh mengakui kerap ditemui para pejabat dari PVMBG untuk diajak diskusi terkait perkembangan Gunung Agung.

Khususnya pengalamannya mendaki dan mengamati langsung erupsi. Wayan Wenten, sang adik mengaku punya pengalaman unik saat sang kakaknya naik pada 13 Desember lalu.

Wenten sendiri mengaku sempat menyusul kakaknya untuk naik ke puncak. Namun, sayang gagal mencapai puncak karena kehilangan jejak.

“Awalnya saya temukan jejak kakak saya namun sampai di madya tiba-tiba hilang,” ujarnya. Wenten sendiri langsung menghubungi kakaknya dengan ponsel.

Bahkan, keduanya sempat komunikasi.  Sang kakak meminta Wenten untuk melihat sinar lampu senter yang sengaja diarahkan ke lereng gunung sebagai petunjuk.

Namun, tetap saja Wenten tidak melihat apa – apa. Karena sudah dini hari sekitar jam 02.00 dia memilih  putar haluan pulang ke Pura Gae.

Wenten sendiri mengaku sempat waswas karena sang kakak naik saat gunung sedang bergejolak. Mangku Mokoh sendiri mengaku acap naik lewat jalur utara atau Desa Ban.

Alasanya karena lokasi itu cukup dikenal. Selaian itu lewat jalur ini dia mengaku bisa sembahyang di tujuh titik yang dia sudah tandai. Jalur lainnya belum pernah dicobanya.

Mangku justru tertantang mendaki di saat Gunung Agung dalam status Awas. Saat naik 13 Desembe lalu, sempat mengambil beberapa foto dengan kamera ponsel dan video.

Sementara saat naik 24 Desember lalu dirinya mengaku tidak sempat melakukan dokumentasi dengan baik. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/