RadarBali.com – Bonsai memang tidak ada matinya. Setelah bonsai asli jadi primadona, kali ini muncul varian baru yakni bonsai sintetik.
Bahkan, bonsai buatan ini sudah ngetren dan masuk sampai ke desa desa di Karangasem. Terutama di kawasan Selat, Rendang, dan Sidemen.
Yang menarik, agungnya mirip dengan batu akik yang juga sempat booming beberapa bulan lalu. Bonsai sintetik di minati karena perawatan murah dan mudah.
Karena tidak butuh waktu bertahun tahun untuk mendesain sebuah bonsai menjadi bagus seperti pada bonsai hidup.
Hal ini diakui sendiri oleh perajin bonsai sintetik, Ketut Suda 44. Pria asal Dusun Babakan, Peringsari, Selat, ini, mulai menekuni bonsai sintetik sejak dua bulan lalu.
Bahkan dia rela meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai sopir karena profesi yang baru ini dianggap lebih menjanjikan. Membuat bonsai sintetik ini sangat cepat.
Diawali dengan pencarian kayu sebagai bahan baku sampai jadi dibutuhkan waktu sekitar 10 hari. Pencarian kayu untuk bahan baku yang dinilai paling sulit.
Selain itu proses finishing juga cukup memakan waktu. “Selama ini saya memakai kayu gamal sebagai bahan baku, karena gampang mencari bahannya,” kata Suda.
Selain itu, kayu gamal juga cukup unik dan memiliki bentuk yang mudah di tata karena kayunya cukup lembek.
Lantaran bentuknya yang indah, bonsai sintetik dari kayu gamal juga gampang laku dengan harga jual cukup mahal.
Untuk bikin bonsai sintetik, Suda dibantu dua keponakanya, yakni Ni Komang Kris Darmayanti, 19, dan Luh Putu Indrayani, 26.
Menurut Damayanti dan Indrayani, membuat bonsai sintetik seperti itu tidak sulit. “Hanya di butuhkan insting,” klaim keponakan Suda ini.
Selain membuat bonsai, keduanya juga kerap menjual bagian dari bonsai sintetik terutama pada bagian daun dan buah.
Untuk bonsai yang belum laku, sementara dipajang di depan rumah. Untuk harga tergantung keindahan. Baru – baru ini dia jual Rp 1,2 juta per buah dengan tema melon.
Selain itu harga juga tergantung ukuran bonsai tersebut. Kalau kecil harganya paling mahal Rp 400 ribu.