DENPASAR – Gejolak yang terjadi pada harga ayam akibat suplai yang kurang masih akan terus berlanjut.
Perkumpulan Rumah Potong Unggas (Perpu) Bali, Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Layer Bali, dan Dinas Peternakan Bali menggelar pertemuan yang difasilitasi Komisi II DRD Bali.
Dalam pertemuan tersebut, peternak diminta terus mencari pola beternak yang bisa meningkatkan bobot ayam tanpa penggunaan antibiotic growth promoters (AGP) yang dilarang pemerintah sejak awal tahun 2018.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan I Putu Sumantra mengungkapkan, dalam kondisi saat ini, pihaknya meminta agar semua komponen bisa saling mendukung.
Kurangnya suplai yang terjadi akibat berat ayam yang tidak sesuai mengakibatkan Bali harus mendatangkan daging ayam dari luar pulau.
“Karena di Bali tidak tersedia, dan peternak di Bali sudah memberi izin untuk mendatangkan daging ayam dari Jawa,” tutur I Putu Sumantra.
Namun, kata dia, pengadaan daging ayam dari Jawa ini harus memperhatikan pasar dan situasi.
“Harus jelas pasarnya. Kalau di pasar becek (tradisional) itu ada yang kecil dan besar. Jangan masuk daging dari Jawa,” terangnya.
Sehingga ayam yang diproduksi peternak di Bali bisa tetap terserap. “Yang terpenting langkah koordinasi dan negosiasi,” imbuhnya.
Pihaknya meminta agar peternak di Bali terus mencari pola beternak tanpa penggunaan pakan AGP.
Disinggung mengenai pendampingan pemerintah kepada peternak, kata Sumantra, tengah diupayakan. Terutama mendampingi peternak untuk mengubah pola beternak
“Tidak bisa langsung begitu saja diterapkan. Seperti mengubah pola kandang dari tingkat menjadi panggung dan dapat modal dari mana?” jelas Sumantra.