25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:45 AM WIB

Relokasi Pasar Gianyar Terbendung, Tempat Relokasi Tak Representatif

GIANYAR – Rencana pemerintah Gianyar merehab pasar umum Gianyar tak terbendung. Protes pedagang lewat spanduk tak menghalangi niat pemkab melakukan rehab.

Pekan ini, pedagang akan dipindahkan ke tempat relokasi. Hanya saja, lokasi relokasi diperkirakan gerah dan banjir.

Tempat relokasi pedagang di Kelurahan Samplangan, akan ditempati ribuan pedagang secara bertahap mulai Kamis (14/5) ini.

Relokasi sementara ini diprediksi akan gerah karena minim pohon perindang. Terutama setelah pukul 10.00. Terlebih bangunan semi permanen tempat berjualan beratapkan asbes. 

Disamping itu, lahan relokasi agak landai. Di bawah jalan raya. Dulu, lahan itu rawa. Bupati Gianyar, Made Mahayastra, yang sidak ke tempat relokasi mengakui kondisi tersebut.

“Saya rasa di sini perlu penghijauan. Karena pukul 10.00 ke atas pasti akan agak panas. Sehingga perlu perindang, apalagi 1,5 tahun di sini,” ujar Bupati Mahayastra disela sidak.

Pihaknya berniat menghias dengan pepohonan. “Sehingga kami akan tanam pohon jadi, bukan bibit,” jelasnya.

Selain penghijauan, Mahayastra juga mengaku sedikit khawatir tempat relokasi ini akan banjir saat musim penghujan.

Terlebih sebelum disulap jadi tempat relokasi, biasanya kawasan itu jadi genangan air saat hujan. “Drainasenya sebenarnya sudah cukup, tapi di tes dulu gimana kondisinya saat hujan,” jelasnya.

Yang paling penting, drainase jangan sampai tersumbat. “Itu tugas kepala pasar. Jadikanlah ini bersih,” pintanya. Selain itu, Mahayastra juga memandang perlu memperbanyak tempat sampah.

“Tempat seluas ini dengan pedagang sebanyak ini, kayaknya tempat sampah yang tersedia masih kecil. Maka perlu ditambahkan,” imbuhnya. 

Masih menurut Mahayastra, jika dikaitkan dengan penanganan Covid-19, tempat relokasi ini dipandang lebih representatif daripada kondisi Pasar Umum Gianyar saat ini.

“Dilihat dari penanganan Covid-19, ini lebih representatif. Lebih gampang ngaturnya, lebih bisa jaga jarak,” ujarnya. 

Untuk agenda relokasi pedagang pun, masih tetap sesuai tahapan yakni mulai Kamis (14/5) nanti.

Saat itu, sekaligus mulai dilakukan pengundian nomor urut pedagang sesuai jenis dagangan, mlaspas dan ngingsiran Ida Bhatara Rambut Sedana ke tempat relokasi.

“Tanggal 14 ini, pedagang sudah mulai bisa pindah. Akan dilakukan undian. Hari itu juga pedagang sudah bisa lakukan persiapan sebelum berjualan,” ujarnya. 

Jika proyek berjalan lancar, Mahayastra memperkirakan para pedagang hanya akan berjualan secara darurat sekitar 1,5 tahun saja.

“Kalau jalan normal, disini hanya 1,5 tahun,” terangnya. Pemindahan pedagang, diagendakan selama 10 hari hingga 24 Mei 2020. 

Selanjutnya, 28 Mei 2020 akan dilakukan pembongkaran. “24 Mei semua pedagang harus sudah pindah. Tanggal 28 akan saya mulai bongkar.

Dari perhitungan, lama pembongkaran sekitar 2 bulan, Juni-Agustus. Jadi Oktober fisik sudah selesai lelang, mulai tahapan pembangunan,” jelasnya.

Dengan bangga, Bupati Mahayastra mengklaim bahwa dalam sejarah, baru pertama kali Pemkab Gianyar mengerjakan mega proyek yang menelan anggaran Rp 250 miliar.

“Mungkin dalam sejarah, tumben ada proyek sebesar ini dengan anggaran Rp 250 miliar. Mohon doanya, mudah-mudahan berjalan lancar.

Ini adalah visi misi saya sebelum jadi Bupati, saat debat kandidat ini jadi salah satu program unggulan sektor ekonomi,” terangnya.

Selain Pasar Gianyar, Bupati Mahayastra juga berjanji akan memperbaiki semua pasar di Bumi Seni Gianyar.

“Pasar Kabupaten maupun pasar desa, semua kita perbaiki. Kemarin mungkin sudah 7 pasar selesai. Sekarang tinggal Pasar Blahbatuh

yang rencananya mau dipindah, Pasar Ubud dan Pasar Payangan. Mudah-mudahan dalam 5 tahun ini selesai,” pungkasnya.

GIANYAR – Rencana pemerintah Gianyar merehab pasar umum Gianyar tak terbendung. Protes pedagang lewat spanduk tak menghalangi niat pemkab melakukan rehab.

Pekan ini, pedagang akan dipindahkan ke tempat relokasi. Hanya saja, lokasi relokasi diperkirakan gerah dan banjir.

Tempat relokasi pedagang di Kelurahan Samplangan, akan ditempati ribuan pedagang secara bertahap mulai Kamis (14/5) ini.

Relokasi sementara ini diprediksi akan gerah karena minim pohon perindang. Terutama setelah pukul 10.00. Terlebih bangunan semi permanen tempat berjualan beratapkan asbes. 

Disamping itu, lahan relokasi agak landai. Di bawah jalan raya. Dulu, lahan itu rawa. Bupati Gianyar, Made Mahayastra, yang sidak ke tempat relokasi mengakui kondisi tersebut.

“Saya rasa di sini perlu penghijauan. Karena pukul 10.00 ke atas pasti akan agak panas. Sehingga perlu perindang, apalagi 1,5 tahun di sini,” ujar Bupati Mahayastra disela sidak.

Pihaknya berniat menghias dengan pepohonan. “Sehingga kami akan tanam pohon jadi, bukan bibit,” jelasnya.

Selain penghijauan, Mahayastra juga mengaku sedikit khawatir tempat relokasi ini akan banjir saat musim penghujan.

Terlebih sebelum disulap jadi tempat relokasi, biasanya kawasan itu jadi genangan air saat hujan. “Drainasenya sebenarnya sudah cukup, tapi di tes dulu gimana kondisinya saat hujan,” jelasnya.

Yang paling penting, drainase jangan sampai tersumbat. “Itu tugas kepala pasar. Jadikanlah ini bersih,” pintanya. Selain itu, Mahayastra juga memandang perlu memperbanyak tempat sampah.

“Tempat seluas ini dengan pedagang sebanyak ini, kayaknya tempat sampah yang tersedia masih kecil. Maka perlu ditambahkan,” imbuhnya. 

Masih menurut Mahayastra, jika dikaitkan dengan penanganan Covid-19, tempat relokasi ini dipandang lebih representatif daripada kondisi Pasar Umum Gianyar saat ini.

“Dilihat dari penanganan Covid-19, ini lebih representatif. Lebih gampang ngaturnya, lebih bisa jaga jarak,” ujarnya. 

Untuk agenda relokasi pedagang pun, masih tetap sesuai tahapan yakni mulai Kamis (14/5) nanti.

Saat itu, sekaligus mulai dilakukan pengundian nomor urut pedagang sesuai jenis dagangan, mlaspas dan ngingsiran Ida Bhatara Rambut Sedana ke tempat relokasi.

“Tanggal 14 ini, pedagang sudah mulai bisa pindah. Akan dilakukan undian. Hari itu juga pedagang sudah bisa lakukan persiapan sebelum berjualan,” ujarnya. 

Jika proyek berjalan lancar, Mahayastra memperkirakan para pedagang hanya akan berjualan secara darurat sekitar 1,5 tahun saja.

“Kalau jalan normal, disini hanya 1,5 tahun,” terangnya. Pemindahan pedagang, diagendakan selama 10 hari hingga 24 Mei 2020. 

Selanjutnya, 28 Mei 2020 akan dilakukan pembongkaran. “24 Mei semua pedagang harus sudah pindah. Tanggal 28 akan saya mulai bongkar.

Dari perhitungan, lama pembongkaran sekitar 2 bulan, Juni-Agustus. Jadi Oktober fisik sudah selesai lelang, mulai tahapan pembangunan,” jelasnya.

Dengan bangga, Bupati Mahayastra mengklaim bahwa dalam sejarah, baru pertama kali Pemkab Gianyar mengerjakan mega proyek yang menelan anggaran Rp 250 miliar.

“Mungkin dalam sejarah, tumben ada proyek sebesar ini dengan anggaran Rp 250 miliar. Mohon doanya, mudah-mudahan berjalan lancar.

Ini adalah visi misi saya sebelum jadi Bupati, saat debat kandidat ini jadi salah satu program unggulan sektor ekonomi,” terangnya.

Selain Pasar Gianyar, Bupati Mahayastra juga berjanji akan memperbaiki semua pasar di Bumi Seni Gianyar.

“Pasar Kabupaten maupun pasar desa, semua kita perbaiki. Kemarin mungkin sudah 7 pasar selesai. Sekarang tinggal Pasar Blahbatuh

yang rencananya mau dipindah, Pasar Ubud dan Pasar Payangan. Mudah-mudahan dalam 5 tahun ini selesai,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/