SINGARAJA – Harga cengkih tak kunjung membaik meski lagi musim panen. Saat ini harga cengkih basah di tingkat petani tinggal Rp 16 ribu.
Merosotnya harga cengkih membuat petani malah buntung. Pasalnya, jika cengkih dipanen, boros diupah buruh pungut.
Salah satu petani cengkih asal Desa Tajun, Kubutambahan yang juga mantan Ketua Asosiasi Petani Cengkih Indonesia (APCI) wilayah Bali Made Suyasa mengatakan, harga cengkih saat ini tidak bersahabat.
Anjlok luar bisanya menyentuh harga Rp 16 ribu per kilogram untuk cengkih basah. Sedangkan kering hanya berkisar Rp 50-60 ribu.
Pihaknya tidak mengetahui faktor apa yang membuat harga cengkih terus turun. Padahal, sekitar dua bulan yang lalu harga cengkih Rp 20 per kilogram.
Kondisi ini kontras dengan industry rokok yang terus meningkatkan produksinya. Bahkan, cengkih dalam pembuatan parfum selalu digunakan.
“Anjlok harga cengkih membuat petani kelimpungan. Cengkih tidak dipanen akan rusak di pohon. Dipanen habis pada biaya buruh.
Terpaksa petani pilih panen, namun cengkih tak dijual, tapi di stok,” keluh pria yang memiliki kebun cengkih seluas 2 hektare ini.
Tidak hanya masalah harga yang menjadi persoalan saat ini. Petani cengkih di Buleleng juga masalah hama penyakit yang menyerang tanaman cengkih.
Belakangan ini banyak petani cengkih yang menebang pohon cengkih miliknya. Lantaran tanaman diserang dengan penyakit akar jamur putih cengkih dan penggerek batang batang.
Sebagai petani cengkih, pihaknya berharap pemerintah dapat mencari jalan keluar terkait harga cengkih yang anjlok.
“Minimal pemerintah mampu mengendalikan harga cengkih agar dapat normal kembali,” ujarnya. Hal sama dikeluhkan petani cengkih asal Banjar Lakah, Desa Sidatapa, Nyoman Darmi.
“Harapan kami sebagai petani, pemerintah turun tangan mengendalikan harga cengkih. Paling tidak ditengah panen melimpah kali, hasil cengkeh dapat dapat dirasakan petani,” pungkasnya.