DENPASAR – Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali Ketut Sumardayasa mengungkapkan, penutupan sejumlah outlet Hardys menimbulkan masalah baru.
Ratusan pekerja dirumahkan. Pekerja yang terkena dampak tidak hanya yang langsung bekerja, namun juga tenant, supplier.
Bahkan, usaha mikro yang menyewa space berjualan juga terkena imbas. “Ini harus disikapi secara serius, baik penanganan maupun antisipasi efek yang ditimbulkan,” ungkapnya.
Secara khusus dia meminta agar permasalahan ketenagakerjaan diselesaikan dengan baik.” Tidak hanya nilai, namun juga kepastian akan hak-hak yang harus diterima oleh tenaga kerja “jelas Ketut Sumardayasa.
Melihat outlet yang ditutup, pihaknya mensinyalir ada ratusan tenaga kerja langsung dan 50 persen tenaga kerja tidak langsung yang dirumahkan.
“Kami meminta agar pemerintah cepat turun tangan menyelesaikan permasalahan ini karena akan menimbulkan efek besar,” sambungnya.
Pihaknya mengaku siap untuk melakukan pendampingan dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk sama-sama menyikapi.
”Sampai saat ini kami belum berhasil berkomunikasi dengan PT Artha Sedana retail. Beberapa ditelpon tidak diangkat,” pungkasnya.
Lima Outlet Hardys yang ditutup pasca diambil alih oleh PT Arta Sedana Retailindo yakni di Jembarana, Tabanan, Kuta, Panjer dan Singaraja.
Sebelumnya outlet juga telah tutup di Kawasan Karangasem dan juga Siyut, Bangli.