28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:17 AM WIB

Biaya Produksi Tinggi, Luas Tanam Tembakau di Buleleng Merosot Drastis

SINGARAJA – Tahun 2020 agaknya menjadi tahun yang kurang bersahabat bagi petani tembakau. Sebagian besar petani, memilih tiarap.

Mereka tak menanam tembakau tahun ini. Biaya produksi yang melonjak tajam, menyebabkan para petani memilih tak menanam tembaku.

Sebenarnya luas areal tanam tembakau di Kabupaten Buleleng, rata-rata mencapai 300 hektare per tahun.

Biasanya petani menanam tembakau virginia sebagai varietas yang dominan. Ada pula yang mengembangkan tembakau white burley dan tembakau rajangan.

Khusus tahun ini, luas tanam tembakau diperkirakan tak lebih dari 50 hektare. “Sejauh ini yang sudah pasti menanam itu kan petani di Desa Patemon.

Mereka tiap tahun memang menanam tembakau rajangan. Luasnya tidak seberapa, kemungkinan hanya 30 hektare saja,” kata Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta.

Menurut Sumiarta, kondisi ekonomi yang serba tak pasti, membuat petani tembaku memilih tak menanam tahun ini. Kebanyakan petani mengeluh biaya produksi yang terlalu besar.

Utamanya biaya sewa lahan dan biaya operasional pengeringan. Padahal keberadaan tanaman tembakau cukup banyak menyerap tenaga kerja musiman tiap tahunnya.

“Banyak petani tembakau yang tidak menanam tahun ini. Penyebabnya memang sewa lahan mahal. Apalagi sekarang pandemi, belum ada kepastian harga dari mitra kerjasama.

Mereka beralih ke tanaman lain dulu. Ada yang menanam jagung, bunga, termasuk padi juga ada,” kata Sumiarta.

Khusus petani di Desa Patemon, Sumiarta menyebut mereka relatif tak terpengaruh dengan harga dari mitra kerjasama.

Sebab hasil panen biasanya dijual langsung ke pasar tradisional. Warga yang mencari tembakau rajangan di pasar tradisional pun jumlahnya cukup banyak.

“Harga tembakau rajangan memang tidak semahal virginia. Tapi pasar dan peminatnya ada. Mereka juga prosesnya masih tradisional.

Ada yang dijual ke pasar tradisional, ada yang digunakan sendiri. Jadi yang masih menanam, ya hanya yang di Patemon itu saja,” demikian Sumiarta. 

SINGARAJA – Tahun 2020 agaknya menjadi tahun yang kurang bersahabat bagi petani tembakau. Sebagian besar petani, memilih tiarap.

Mereka tak menanam tembakau tahun ini. Biaya produksi yang melonjak tajam, menyebabkan para petani memilih tak menanam tembaku.

Sebenarnya luas areal tanam tembakau di Kabupaten Buleleng, rata-rata mencapai 300 hektare per tahun.

Biasanya petani menanam tembakau virginia sebagai varietas yang dominan. Ada pula yang mengembangkan tembakau white burley dan tembakau rajangan.

Khusus tahun ini, luas tanam tembakau diperkirakan tak lebih dari 50 hektare. “Sejauh ini yang sudah pasti menanam itu kan petani di Desa Patemon.

Mereka tiap tahun memang menanam tembakau rajangan. Luasnya tidak seberapa, kemungkinan hanya 30 hektare saja,” kata Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta.

Menurut Sumiarta, kondisi ekonomi yang serba tak pasti, membuat petani tembaku memilih tak menanam tahun ini. Kebanyakan petani mengeluh biaya produksi yang terlalu besar.

Utamanya biaya sewa lahan dan biaya operasional pengeringan. Padahal keberadaan tanaman tembakau cukup banyak menyerap tenaga kerja musiman tiap tahunnya.

“Banyak petani tembakau yang tidak menanam tahun ini. Penyebabnya memang sewa lahan mahal. Apalagi sekarang pandemi, belum ada kepastian harga dari mitra kerjasama.

Mereka beralih ke tanaman lain dulu. Ada yang menanam jagung, bunga, termasuk padi juga ada,” kata Sumiarta.

Khusus petani di Desa Patemon, Sumiarta menyebut mereka relatif tak terpengaruh dengan harga dari mitra kerjasama.

Sebab hasil panen biasanya dijual langsung ke pasar tradisional. Warga yang mencari tembakau rajangan di pasar tradisional pun jumlahnya cukup banyak.

“Harga tembakau rajangan memang tidak semahal virginia. Tapi pasar dan peminatnya ada. Mereka juga prosesnya masih tradisional.

Ada yang dijual ke pasar tradisional, ada yang digunakan sendiri. Jadi yang masih menanam, ya hanya yang di Patemon itu saja,” demikian Sumiarta. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/