32.4 C
Jakarta
12 September 2024, 18:20 PM WIB

Pandemi Covid, Penjualan Bokor Batok Kelapa di Klungkung Turun Drastis

SEMARAPURA – Hampir setiap hari upacara adat di Bali terjadi, baik itu berkaitan dengan kelahiran, pernikahan maupun kematian.

Tidak heran bila produk kerajinan seperti bokor berbahan batok kelapa yang diproduksi Ni Wayan Mariani, asal Banjar Kawan, Desa Sulang, Klungkung banyak diminati.

Hanya saja sejak adanya wabah virus corona, permintaan pasar menurun. Sehingga dia yang sebelumnya mengandalkan penjualan bokor batok kelapa

untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga, kini juga harus mengerjakan pekerjaan lain agar tetap berpenghasilan.

Ni Wayan Mariani saat ditemui di kediamannya menuturkan, ia sudah tiga tahun lamanya menjadi perajin bokor batok kelapa.

Bokor jenis itu biasanya digunakan membawa gula, kopi, beras dan lainnya untuk diberikan kepada kerabat yang memiliki upacara adat seperti peringatan kelahiran, pernikahan dan juga kematian.

“Setiap bulannya saya bisa memarkan sekitar 50 buah bokor,” kata Ni Wayan Mariani. Hanya saja saat virus corona datang, penjualannya menurun drastis.

Dalam sebulan, ia mengaku hanya bisa memasarkan sekitar 10 buah bokor saja. Padahal dari segi harga, produk bokor yang ia jual tergolong murah.

Yakni sekitar Rp 20 ribu untuk bokor berukuran kecil dan Rp 40 ribu untuk bokor berukuran besar.

“Selama ini saya jualnya ke pasar-pasar yang ada di Klungkung. Karena penjualan ke pasar-pasar sepi, saya coba lewat facebook. Tetapi tetap tidak terlalu banyak yang beli. Satu sampai dua orang saja yang beli,” ungkapnya.

Melihat penjualannya yang kini jauh menurun, sejak pandemi Covid-19 ia tidak hanya memproduksi bokor batok kelapa namun juga membuat ceper.

Itu dilakukannya agar bisa membantu sang suami, Wayan Kariasa yang berprofesi sebagai buruh bangunan. “Bersyukur masih bisa bantu suami walau penjualan menurun seperti ini,” ujarnya.

Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan Wayan Ardiasa mengaku sedang berusaha membantu pelaku UMKM yang terkena dampak wabah Covid-19.

Dalam waktu dekat ini, ia berencana menggelar pelatihan pemasaran secara daring. Selain itu, ia juga akan membantu mempromosikan produk para UMKM. 

SEMARAPURA – Hampir setiap hari upacara adat di Bali terjadi, baik itu berkaitan dengan kelahiran, pernikahan maupun kematian.

Tidak heran bila produk kerajinan seperti bokor berbahan batok kelapa yang diproduksi Ni Wayan Mariani, asal Banjar Kawan, Desa Sulang, Klungkung banyak diminati.

Hanya saja sejak adanya wabah virus corona, permintaan pasar menurun. Sehingga dia yang sebelumnya mengandalkan penjualan bokor batok kelapa

untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga, kini juga harus mengerjakan pekerjaan lain agar tetap berpenghasilan.

Ni Wayan Mariani saat ditemui di kediamannya menuturkan, ia sudah tiga tahun lamanya menjadi perajin bokor batok kelapa.

Bokor jenis itu biasanya digunakan membawa gula, kopi, beras dan lainnya untuk diberikan kepada kerabat yang memiliki upacara adat seperti peringatan kelahiran, pernikahan dan juga kematian.

“Setiap bulannya saya bisa memarkan sekitar 50 buah bokor,” kata Ni Wayan Mariani. Hanya saja saat virus corona datang, penjualannya menurun drastis.

Dalam sebulan, ia mengaku hanya bisa memasarkan sekitar 10 buah bokor saja. Padahal dari segi harga, produk bokor yang ia jual tergolong murah.

Yakni sekitar Rp 20 ribu untuk bokor berukuran kecil dan Rp 40 ribu untuk bokor berukuran besar.

“Selama ini saya jualnya ke pasar-pasar yang ada di Klungkung. Karena penjualan ke pasar-pasar sepi, saya coba lewat facebook. Tetapi tetap tidak terlalu banyak yang beli. Satu sampai dua orang saja yang beli,” ungkapnya.

Melihat penjualannya yang kini jauh menurun, sejak pandemi Covid-19 ia tidak hanya memproduksi bokor batok kelapa namun juga membuat ceper.

Itu dilakukannya agar bisa membantu sang suami, Wayan Kariasa yang berprofesi sebagai buruh bangunan. “Bersyukur masih bisa bantu suami walau penjualan menurun seperti ini,” ujarnya.

Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan Wayan Ardiasa mengaku sedang berusaha membantu pelaku UMKM yang terkena dampak wabah Covid-19.

Dalam waktu dekat ini, ia berencana menggelar pelatihan pemasaran secara daring. Selain itu, ia juga akan membantu mempromosikan produk para UMKM. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/