25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:25 AM WIB

Perajin Arak Klungkung Resah, Produksi dan Penjualan Menurun

SEMARAPURA – Perajin arak di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Klungkung kini diliputi rasa resah. Selain karena hasil nira kelapa yang menurun karena cuaca,

kekhawatiran pengepul arak untuk memasarkan minuman alkohol tradisional menjadi tumpukan beban pikiran mereka yang hanya mengandalkan pendapatan dari memproduksi arak.

Ni Nengah Puspawati, 32, saat ditemui di kediamannya, Desa Besan, Dawan, Klungkung, menuturkan, sejak beberapa minggu ini hasil nira kepala yang berhasil diperolehnya mengalami penurunan.

Itu lantaran wilayahnya beberapa hari terakhir kerap diguyur hujan deras yang kemudian diselingi dengan terik matahari.

“Kalau hujannya rintik-rintik saja, produksi tuaknya lumayan banyak. Kalau hujan deras, kemudian tiba-tiba panas, hasil niranya sedikit. Apalagi kalau hujan seharian, suami saya tidak berani cari nira karena pohonnya licin,” kata Puspawati.

Kondisi itu sudah barang tentu berdampak pada jumlah arak yang berhasil ia produksi. Bila biasanya dia bisa menghasilkan 15 botol arak ukuran 600 ml per tiga hari.

Kini ia membutuhkan waktu empat hari untuk bisa memproduksi dengan jumlah yang sama. “Ada 15 kelapa yang suami saya cari niranya setiap hari.

Itu punya orang lain. Kerja samanya dengan sistem bagi hasil sama pemilik pohon kelapanya,” terang Puspawati.

Tidak hanya dihadapkan dengan produksi nira yang menurun, menurutnya, arak produknya juga dihadapkan dengan penjualan yang menurun.

Selain karena dampak wabah virus corona, menurutnya, penurunan penjualannya juga karena adanya wacana pengenakan sanksi pidana terhadap konsumen minuman beralkohol.

Meski baru rencana, menurutnya kabar itu berhasil membuat para peminum khawatir. “Pengepul arak saya yang cerita kalau konsumen ketakutan.

Termasuk pengepulnya juga takut untuk memasarkan. Biasanya setiap tiga hari sekali cari arak 15 botol. Sekarang empat hari bahkan lebih baru cari arak ke sini,” ungkapnya.

Ia berharap ada solusi terbaik yang bisa diberikan pemerintah. Sebab dari memproduksi araklah warga Desa Besan yang tinggal di dataran tinggi bisa bertahan hidup dan menyekolahkan anak-anaknya.

“Kalau buat arak, saya bisa mengurus rumah dan keluarga tetapi tetap bisa berpenghasilan,” tandasnya. 

SEMARAPURA – Perajin arak di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Klungkung kini diliputi rasa resah. Selain karena hasil nira kelapa yang menurun karena cuaca,

kekhawatiran pengepul arak untuk memasarkan minuman alkohol tradisional menjadi tumpukan beban pikiran mereka yang hanya mengandalkan pendapatan dari memproduksi arak.

Ni Nengah Puspawati, 32, saat ditemui di kediamannya, Desa Besan, Dawan, Klungkung, menuturkan, sejak beberapa minggu ini hasil nira kepala yang berhasil diperolehnya mengalami penurunan.

Itu lantaran wilayahnya beberapa hari terakhir kerap diguyur hujan deras yang kemudian diselingi dengan terik matahari.

“Kalau hujannya rintik-rintik saja, produksi tuaknya lumayan banyak. Kalau hujan deras, kemudian tiba-tiba panas, hasil niranya sedikit. Apalagi kalau hujan seharian, suami saya tidak berani cari nira karena pohonnya licin,” kata Puspawati.

Kondisi itu sudah barang tentu berdampak pada jumlah arak yang berhasil ia produksi. Bila biasanya dia bisa menghasilkan 15 botol arak ukuran 600 ml per tiga hari.

Kini ia membutuhkan waktu empat hari untuk bisa memproduksi dengan jumlah yang sama. “Ada 15 kelapa yang suami saya cari niranya setiap hari.

Itu punya orang lain. Kerja samanya dengan sistem bagi hasil sama pemilik pohon kelapanya,” terang Puspawati.

Tidak hanya dihadapkan dengan produksi nira yang menurun, menurutnya, arak produknya juga dihadapkan dengan penjualan yang menurun.

Selain karena dampak wabah virus corona, menurutnya, penurunan penjualannya juga karena adanya wacana pengenakan sanksi pidana terhadap konsumen minuman beralkohol.

Meski baru rencana, menurutnya kabar itu berhasil membuat para peminum khawatir. “Pengepul arak saya yang cerita kalau konsumen ketakutan.

Termasuk pengepulnya juga takut untuk memasarkan. Biasanya setiap tiga hari sekali cari arak 15 botol. Sekarang empat hari bahkan lebih baru cari arak ke sini,” ungkapnya.

Ia berharap ada solusi terbaik yang bisa diberikan pemerintah. Sebab dari memproduksi araklah warga Desa Besan yang tinggal di dataran tinggi bisa bertahan hidup dan menyekolahkan anak-anaknya.

“Kalau buat arak, saya bisa mengurus rumah dan keluarga tetapi tetap bisa berpenghasilan,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/